Upaya Guru Agama Islam Dalam Pembinaan Kepribadia Siswa Di MI Darul Ulum Kates Rejotangan Tulungagung (PAI-20)

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pendidikan merupakan kata yang sudah umum. oleh karena itu, boleh dikatakan semua orang mengenal apa yang disebut pendidikan, mulai dari orang yang berpendidikan tinggi. Di samping itu, ada yang berpendapat bahwa pendidikan itu mencakup aspek yang sangat luas ,termasuk semua pengalam yang diperoleh anak dalam pembentukan dan pematangan pribadinya, baik yang dilakukan oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri.’’[1]

pendidikan sedang dihadapkan pada masalah yang sangat mendasar disatu sisi dituntut untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermoral dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar menjadi wahana untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa. Beraklak mulia,sehat,berilmu,cakap kreatif,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

“Pendidikan adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan anak yang cerdas dan mandiri, namun juga dubutuhkan suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif, pesarta didik dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, ahlakmulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan Negara.”[2]



Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.


 

Dalam perkembangan proses kedewasaan tersebut, tidak semua tugas pendidikan dapat dilakukan oleh orang tua, dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan yang lainnya. Oleh karena itu orang tua mengirim anak-anaknya ke sekolah untuk belajar berbagai ilmu pengetahuan. Maka dari situ guru sangat di butuhkan dan sangat penting perannya. guru adalah” pendidik professional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua.”[3] Adapun dalam UUSPN No 14 TAHUN 2005 Bap 1 pasal 1 guru adalah “pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,dan pendidikan menengah.”[4] dalam  pendidikan guru mempunyai tugas ganda yaitu:
“Sebagai  abdi negara dan abdi masyarakat sebagai abdi negara guru di tuntut melaksanakan tugas-tugasnya yang telah menjadi kebijakan pemrintah dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai abdi masyarakat guru di tuntut berperan aktif mendidik masyarakat dari belenggu keterbelakangan menuju kehidupan masa depan yang gemilang.”[5]



Bahwasannya setiap orang tua dan semua guru ingin membina anak agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pendidikan di rumah oleh orang tua maupun di sekolah oleh para guru karena “Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya.”[6] Guru juga memegang peran penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu.

"Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan".[7]



Dalam hal ini guru mempunyai tugas yang cukup berat yaitu ikut membina kepribadian anak di samping mengajarkan pengetahuan kepada anak. Karena ketika anak didik masuk sekolah dasar dalam jiwa anak tersebut telah membawa bekal rasa agama yang terdapat dalam kepribadiannya, dari orang tuanya dan dari gurunya semasa di taman kanak-kanak. Andai kata didikan agama yang diterima dari orang tua di rumah sejalan dan serasi apa yang diterima dari gurunya di taman kanak-kanak maka ia masuk sekolah dasar telah membawa dasar agama yang kuat dan bulat (serasi). Akan tetapi, jika berlainan maka yang dibawanya adalah keragu-raguan karena ia belum dapat memikirkan mana yang benar, apakah agama orang tuanya atau agama gurunya yang ia rasakan adalah adanya kedua-duanya masuk ke dalam pembinaan pribadinya.

Demikian pula akan sikap orang tua yang acuh tak acuh atau negatif terhadap agama, akan mempunyai akibat seperti itu pula dalam pribadi anaknya, seperti yang kita ketahui bahwa pertumbuhan kecerdasan siswa pada usia sekolah dasar belum memungkinkan untuk berfikir logis dan belum dapat memahami hal-hal abstrak, maka apapun yang diketahui kepadanya akan diterima saja. Dia seakan belum dapat menjelaskan mengapa ia harus percaya kepada Tuhan dan belum sanggup menentukan mana yang baik dan mana yang buruk kata-kata yang telah diberikan oleh orang dewasa yang telah populer dan tidak memerlukan penjelasan bagi anak didik tersebut masih belum dapat dipahami maksudnya. Misalnya perkataan baik dan buruk, sopan, jujur, dusta dan sebagainya yang dapat menentukan nilai-nilai agama dan moral bagi siswa masih kabur dan tidak dipahaminya, untuk membina siswa agar mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah mungkin pengertian saja, akan tetapi dia perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik yang diharapkan nanti dia akan mempunyai sifat-sifat itu dan jauh dari sifat-sifat yang tercela, kebiasaan melakukan yang baik dan meninggalkan yang kurang baik.

Kalau di rumah mendidik anak dilakukan melalui latihan dan pembiasaan, maka di dalam lembaga pendidikan yang menjadi pusat adalah guru, karena anak didik akan menyerap apa yang ia lihat dan ia dengar, serta perilaku gurunya, apalagi anak didik yang seperti halnya penjelasan di atas belum mampu berfikir dan masih abstrak, di samping itu juga kemampuannya sangatlah terbatas, seperti halnya guru yang jauh dari agama, ia biasanya berbicara tidak sopan, suka menghardik, tingkah lakunya yang tidak sesuai dengan apa yang harus ia ajarkan kepada anak didiknya, guru yang demikian akan membuat menjadi rusak akhlaknya.

Melalui lembaga pendidikan dasar tersebut, guru menjadi pusat perhatian anak didiknya. Oleh karena itu, guru harus berakhlak dan mampu mencerminkan akhlak yang terbaik yang sesuai dengan ajaran agama Islam di depan anak didiknya sehingga lebih jelasnya pembentukan sikap/perilaku, pembinaan serta perilaku pada umumnya terjadi melalui pengalaman sejak kecil, pendidikan atau pembinaan adalah orang tua kemudian guru, semua pengalaman yang dilaluinya sejak kecil merupakan unsur penting dalam pribadinya sikap anak didik pertama kali dibentuk di rumah melalui pengalaman orang tua, kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru di sekolah.

Adapun dalam hal ini, guru berperan sebagai pendidik maupun sebagai pembina dan pembentuk perilaku keagamaan anak didik yang dapat terwujud dalam bentuk kegiatan seperti halnya latihan-latihan keagamaan yang menyangkut akhlak siswa, yakni yang berhubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya. Pada usia sekolah dasar, anak-anak sedang mengalami pertumbuhan kecerdasan yang sangat cepat, daya khayal dan fantasi yang sangat tinggi, perasaan khayal yang sedang subur dan kemampuan untuk berfikir logis sedang dalam pertumbuhan yang sangat subur. Oleh karena itu, di dalam lembaga pendidikan guru merupakan orang tua siswa. Jadi pembinaan kepribadian merupakan bagian  yang sangat penting sehingga dengan demikian apabila pembinaan dilakukan dengan baik maka akan tercapai tujuan yang di harapkan sebagaimana tujuan pendidikan islam bahwa “tujuan umum pendidikan adalah membimbing anak agar mereka menjadi muslim sejati beriman teguh ,beramal sholeh ,dan berahlak mulia serta bergun bagi masyarakat, agama, dan negara.”[8]

Banyak upaya yang dilakukan guru dalam aplikasinya yaitu untuk melakukan pembinaan kepribadian kepada siswanya, upaya yang dilakukan seorang guru yaitu dengan melakukan upaya atau tindakan yang bersifat atau bertujuan untuk mencegah timbulnya kenakalan, namun pada kenyataannya masih tetap saja banyak keluhan pada setiap lembaga pendidikan berkaitan dengan masalah kepribadian siswa, begitu pula dengan MI Darul Ulum kates Rejotangan  Tulungagung.

Berdasarkan hasil obervasi di MI Darul Ulum Kates Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung memerlukan pembinaan kepribadian siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan tingkah laku siswa selama proses belajar mengajar yaitu banyak siswa yang tidak mengetahui materi pelajaran yang akan disampaikan pada pertemuan itu. Selama mengikuti proses belajar mengajar siswa kurang siap dalam mengikuti pelajaran, kurang memusatkan perhatiannya pada pelajaran, siswa cenderung pasif, hal ini disebabkan karena sebelumnya siswa sama sekali tidak membaca materi pelajaran atau mereka kurang memperhatikan anjuran guru untuk belajar/latihan dirumah. Masalah belajar dirumah ini sering kali diabaikan oleh siswa.

 Oleh karena itu guru mempunyai peran penting dalam pembinaan kepribadian siswa. Berangkat dari uraian tersebut serta melihat kenyataan yang demikian itu,  peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tema. “Upaya guru agama islam dalam pembinaan kepribadian siswa di MI Darul Ulum kates Rejotangan Tulungagung”.




0 Response to "Upaya Guru Agama Islam Dalam Pembinaan Kepribadia Siswa Di MI Darul Ulum Kates Rejotangan Tulungagung (PAI-20)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel