Pengaruh Motivasi Belajar Melalui Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Segiempat Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Sumbergempol (PMT-32)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia kini sedang dihadapankan pada persoalan- persoalan kebangsaan yang sangat krusial dan multidimensional. Reformasi yang pernah digulirkan oleh bangsa Indonesia belum juga menuai hasil yang memuaskan. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa persoalan- persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia yang masih rendah. Dan untuk mengatasi semua itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia.[1]Dan hal ini juga ditegaskan Allah dalam firmannya :
Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang - orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.[2]Sesungguhnya jika manusia dapat mengambil hikmah dari ayat ini segala persoalan dan problema apapun yang dihadapinya akan dengan mudah dapat diselesaikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik bahwa : Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat.[3] Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan dibidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat tepat di dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh sebab itu bidang pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan secara intensif, baik oleh pemerintah maupun pengelola lembaga pendidikan.
Tujuan pendidikan mangarahkan dan membimbing kegiatan guru dan murid dalam proses pengajaran. Dengan adanya tujuan yang jelas maka semua usaha dan pemikiran guru tertuju ke arah pencapaian tujuan itu. Guru hendaknya lebih bijaksana dalam menentukan model atau pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah dicanangkan. Karena masih ada siswa yang kurang semangat, terdorong dan berminat mengikuti kegiatan proses belajar mengajar didalam kelas. Peserta didik yang malas disebabkan karena tidak adanya intensif yang menarik bagi dirinya dan dia tidak merasakan perasaan yang menyenangkan dari pembelajaran yang diterima.[4] Tentunya dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat secara tidak langsung juga mampu mendorong siswa untuk lebih giat belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh abraham maslow, semakin tinggi need achievement yang dimiliki seseorang , semakin serius dia menggeluti sesuatu itu.[5]
Dorongan belajar yang tinggi juga akan mampu menghasilkan prestasi belajar yang maksimal pula. Maka dari itu perlu adanya perbaikan dalam dunia pendidikan kita yang sekarang ini. Berbicara tentang pendidikan sekarang ini tentunya tidak lepas dari pembicaraan tentang pembaharuan pendidikan guna penyempurnaan mutu pendidikan. Dalam kaitannya dengan mengajar matematika, pembaharuan yang dilakukan disini salah satunya adalah pembaruan pembelajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hasil belajar matematika yang diperoleh oleh siswa di sekolah. Diantaranya adalah peserta didik, pengajar dan prasarana dan sarana.[6] Pengajar atau guru memegang peran yang sangat penting dalam meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang diajarkanya dalam proses belajar mengajar. Si semua jenjang pendidikan, matematika menempati alokasi waktu yang banyak dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Tetapi dengan seiring berjalannya waktu, pelajaran matematika bukannya menjadi sosok yang digemari serta menjadi pelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik akan tetapi menjadi sosok yang menakutkan bagi peserta didik. Matematika dianggap sebagai sumber kesulitan dan hal yang dibenci oleh peserta didik. Padahal jika peserta didik merasa tidak senang atau membenci suatu pelajaran maka hal itu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi persoalan tersebut diperlukan seorang pendidik yang kreatif serta inovatif yang mampu menumbuhkan motivasi peserta didik terhadap mata pelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo bahwa :
”Apabila seorang peserta didik mempunyai motivasi belajar matematika, ia akan mempelajarinya dengan sungguh - sungguh sehingga ia mempunyai pengertian yang lebih dalam. Ia dengan mudah dapat mencapai tujuan belajar matematika. Ini berarti peserta didik itu berhasil dalam belajar matematika. Keberhasilan ini akan meningkatkan motivasi belajar matematika, sebaliknya suatu kegagalan dapat menghasilkan harga diri turun, yang berarti motivasi turun”.[7]
Fungsi mata pelajaran matematika adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu.[8] Namun pada umumnya proses pelaksanaan belajar mengajar matematika di sekolah hanya mentransfer apa yang dipunyai guru kepada siswa dalam wujud pelimpahan fakta matematis dan prosedur perhitungan, bahkan sering terjadi dalam menanamkan konsep hanya menekankan bahwa konsep- konsep itu merupakan aturan yang harus dihafal, tidak perlu tahu dari mana asal usul rumus tersebut. Dimana orientasi pembelajaran hanya pada pokoknya siswa bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, meskipun apa yang diajarkannya sebenarnya tidak bermakna.[9] Sedangkan tujuan dari pembelajaran matematika itu adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain maupun dalam kehidupan sehari- hari.[10] Seharusnya pembelajaran matematika di sekolah diciptakan dalam lingkungan belajar yang menyenangkan (tidak dalam suasana yang tegang). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dikutip oleh Suradi Tahmir bahwa suasana yang menyenangkan dapat meningkatkan hasil belajar yang signifikan.[11] Sedangkan di sisi lain, muncul teori belajar baru yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan bentukan (kontruksi) orang yang sedang belajar.[12] Menurut pendapat para ahli konstruktivis, bahwa belajar matematika bukanlah suatu proses ‘ pengepakan’ pengetahuan secara hati- hati melainkan tentang mengorganisir aktivitas, dimana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas termasuk aktivitas dan berfikir konseptual.[13] Dalam hal ini peran guru atau pendidik dalam aliran konstruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator, yang tugasnya adalah merangsang, membantu siswa untuk mau belajar sendiri, dan merumuskan pengertiannya. Sedangkan tugas siswa adalah aktif belajar dan mencerna.[14] Dan dalam mengkonstruksi pengetahuan itu si pelajar harus aktif baik mental maupun fisik.[15] Sekarang salah satu teori belajar yang paling banyak diperbincangkan adalah pembelajaran menggunakan pendekatan realistik atau lebih dikenal realistic mathematic education. RME merupakan gagasan ide Freudental yang menyatakan bahwa matematika itu adalah aktivitas manusia (mathematics as a human activity).[16] Dalam berbagai penelitian menunjukkkan bahwa pembelajaran menggunakan matematika realistik, dapat membuat :
1. Matematika lebih menarik, relevan dan bermakna, tidak formal dan tidak terlalu abstrak.
2. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
3. Menekankan belajar matematika pada‘ learning by doing’.
4. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa menggunakan penyelesaian (algoritma) yang baku.
Salah satu alternatif yang dapat dilaksanakan adalah model pembelajaran melalui pendekatan matematika realistik. Di dalam matematika materi bangun datar adalah salah satu bagian dari materi yang diajarkan pada siswa pada jenjang VII. Banyak sekali hal yang bisa dikaitkan dengan materi ini. Lingkungan tempat belajar siswa seperti jendela, bangku tempat belajar siswa, pintu dan yang lainnya dapat dikaitkan dengan mater bangun datar yang akan siswa pelajari. Masih banyak siswa yang belum mampu memahami materi ini. Hal ini disebabkan karena siswa belum mampu menghubungkan antara pengetahuan konsep dengan masalah kontekstual disekitar mereka yang bisa digunakan untuk memudahkan mereka memecahkan masalah mengenai materi ini. Maka perlu adanya perubahan strategi pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan suasana belajar yang menyenangkan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan mencoba untuk mengembangkan pembelajaran matematika melalui pendekatan matematika realistik yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VII SMPN 2 Sumbergempol Tulungagung tentang materi bangun datar segiempat .
[3] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar.( Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 79
[4] Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. (PT Bumi Aksara: Jakarta,2008) cet ke-4, hal. 215
[5] Ibid., hal.216
[10] Rachmadi Widdiharto, Model- Model Pembelajaran Matematika SMP. (Yogyakarta: PPPG Matematika, 2004), hal. 1
[11] Suradi Tahmir, Model Pembelajaran Resik Sebagai Strategi Mengubah Paradigma Pembelajaran Matematika Di Smp Yang Teachers Oriented Menjadi Student Oriented (http://zainurie.wordpress.com/, diakses 24 desember 2008
[17] Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran…, hal. 143
0 Response to "Pengaruh Motivasi Belajar Melalui Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Segiempat Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Sumbergempol (PMT-32)"
Post a Comment