Pengaruh Pendidikan Tauhid terhadap Pembentukan Kepribadian Anak di MI Al-Hidayah Ngrencak (PAI-25)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kalangan orang tua yang memiliki atensi lebih terhadap masa depan mendatang, tentu memiliki keprihatinan yang sangat tinggi terhadap kondisi moralitas anak sekarang. Dekadensi moral anak telah terjadi di negeri ini. Fenomena ini cukup menggelitik para insane pelaksana dunia pendidikan di elemen manapun, karena bila anak-anak bangsa ini tidak baik moralnya, maka yang paling bertanggung jawab adalah dunia pendidikan.[1]
Masalah serius yang dihadapi pemerintah, masyarakat dan khususnya orang tua adalah masalah pendidikan anak. Walaupun sifat permasalahan yang dihadapi berbeda-beda tergantung karakter tingkat ekonomi, sosial dan warna budayanya. Oleh karena itu, pendidikan Islam sebagai usaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian sesuai dengan harapan. Hal ini mempunyai landasan kemana semua kegiatan dan perumusan tujuan pendidikan Islam itu harus dihubungkan.
Anak merupakan amanat Allah Swt bagi kedua orang tuanya. Ia mempunyai jiwa yang suci dan cemerlang, bila dia sejak kecil dibiasakan baik, dididik dan dilatih dengan kontinyu, sehingga ia tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik pula. Sebaliknya, apabila dia dibiasakan berbuat buruk, nantinya ia terbiasa buruk pula dan menjadikan ia celaka dan rusak. Oleh karena itu, dalam keluarga perlu dibentuk lembaga pendidikan walaupun dalam format yang paling sederhana. Karena pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama.
Sebagai tempat yang pertama dan utama, pendidikan keluarga dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang baik, dikembangkan dalam lembaga formal maupun lembaga non formal. [2]
Sebagai umat Islam sudah semestinya mengenalkan pendidikan agama diperlukan suatu pengetahuan tentang Methodologi pendidikan agama dengan tujuan agar pendidikan agama dapat memperoleh pengetahuan dan kemampuan mendidik agama yang dilengkapi tentang ketrampilan dasar pengajaran.
Tauhid merupakan ajaran Tuhan itu Esa, yang harus diyakini oleh umat Islam. Di mana memang sudah menjadi tuntutan fitrah manusia bahwa dalam dirinya ada sesuatu perasaan yang menyakini adanya Dzat Yang Maha Esa dan Maha Kuasa sebagai tempat berlindung dan mohon pertolongan.
Doktrin tauhid bagi kehidupan manusia, menjadi sumber kehidupan jiwa dan pendidikan kemanusiaan yang tinggi. Tauhid akan mendidik jiwa manusia untuk mengikhlaskan seluruh hidup dan kehidupan kepada Allah semata. Tujuan hidupnya ialah Allah dan harapan yang dikerjarnya ialah keridhaan Allah. Demikian bahwa konsekwensi pembinaan karakter yang agung, menjadi manusia yang suci, jujur dan teguh memegang amanah. Maka tauhid merupakan kekuatan yang besar yang mampu mengatur secara tertib manusia yang berjuta-juta yang terbesar di laut di darat dari tepi–tepi pantai hingga ke bukit–bukit.
Berkaitan dengan pendidikan nasional yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur dan memiliki kemampuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan dasar adalah bagian terpadu dari sistem Pendidikan Nasional. Oleh karena itu pendidikan dasar memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam rangka mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan anak untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Kalau kita lihat pendidikan kita saat ini hanya terfokus pada pengembangan kecerdasan intelektual (IQ) saja dan memisahkan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Sehingga menghasilkan manusi-manusia cerdas tapi kosong dari nilai-nilai spiritual.
IQ (Intelektual Quotiont) / kecerdasan intelektual yang sejak awal hingga saat ini diagungkan oleh orang tua dan praktisi pendidikan, dalam kenyataanya tidak sepenuhnya mendukung kesuksesan seseorang, banyak orang secara intelektual berhasil dibuktikan dengan nilai rapor dan hasil ujian yang bagus akan tetapi setelah dewasa kehidupanya “tidak berhasil”. Sebagai catatan saja, umumnya ukuran “keberhasilan” seseorang saat ini diukur dari banyaknya harta dan atau tingginya kedudukan / jabatan yang berhasil ia raih .
Untuk itu sebagai seorang muslim, menyekolahkan anak mestinya pada sekolah yang sesuai dengan tujuan pendidikan islam atau pada sekolah–sekolah umum. Di mana dalam pedoman menyekolahkan anak, yang pertama adalah: Untuk memelihara agama dan kepribadian serta untuk menyambung cita–cita orang tua yang muslim yang diharapkan nantinya si anak menjadi anak yang shalih, maka tak ada jalan lain kecuali meyekolahkan anak kepada lembaga–lembaga pendidikan Islam. Tentu saja dengan catatan, lembaga pendidikan keagamaan, misalnya Pondok Pesanteren, Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, dan Perguruan Tinggi yang sejalurnya.[3]
Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi “Pengaruh Pendidikan Tauhid Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah Ngrencak Kec. Panggul Kab. Trenggalek”, dalam usaha menyiapkan kader–kader umat yang ulet dan berkepribadian muslim. Sehingga dapat mencetak generasi yang intelek dan beradab karena memiliki akhlaqul karimah dambaan masyarakat, bangsa dan agama.
[1]Akhyak, Profil Pendidik Sukses (Surabaya: Elkaf 2005), hal. 91.
[2]Abdul Mujib, Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis Dalam Kerangka Dasar Opersionalisasinya, Bandung: Trigenda Karya, 1993. hlm. 290
[3]Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu, TT hlm. 97
0 Response to "Pengaruh Pendidikan Tauhid terhadap Pembentukan Kepribadian Anak di MI Al-Hidayah Ngrencak (PAI-25)"
Post a Comment