HIKMAH DARI PERJALANAN KE KETAPANG
HIKMAH DARI PERJALAN KE KETAPANG 14 APRIL 2017
Dari awal kusadari ketika mumbuat keputusan untuk memilih hajijah sebagai pujaan hati ku akan merantau kembali ke kampung orang dimana banyak pengalaman tak mengenakan yang kurasakan ketika kecil dulu harus meninggalkan kampung halaman –punggur-. Tapi ku harus ambil resiko itu demi membalas cintanya yang luar biasa besar kepadaku.
Perjalanan pertama kutempuh dihari natal tahun 2015, kuhabiskan tahun baru 2016 dirumahnya dan meninggalkan kedua orangtua dan adek tercinta di Pontianak. Sebuah keputusan besar diumur ku yang baru 19 tahun wktu itu.
Perjalanan kedua kutempuh ketika lebaran idul fitri 2016 awal bulan juli, kurela meninggalkan partai final piala eropa 2016 demi menuntaskan janji lebaran dikampungnya. Sebuah tekad kuat untuk membuktikan betapa seriusnya diriku menjalani hubungan percintaan ini.
Perjalanan ketiga kalinya kutempuh di awal bulan januari kemaren, kembali kubuktikan rasa cinta ini kepada keluarganya, ketika ku berjanji akan menjemputnya selesai liburan semester V. Semester V adalah semester yang paling berat selama aku kuliah, dan sebenarnya sangat malu untuk menampakan muka lagi dirumahnya, karena nilai ku tak baik bahkan dikategorikan buruk tapi besarnya rasa sayang ini membuat kuberani untuk bertamu lagi di rumahnya.
Perjalanan ke empat kalinya baru kulalui kemaren, ktika libur 4 hari dikampus. Sebuah perjalanan yang tidak mudah dari awalnya tapi kembali lagi aku berani buat menempuhnya. Jeda libur yang hanya beberapa hari, ditambah menumpuknya tugas disekolah tmpt ku mengajar dan juga dikampus. Tapi besarnya rasa rindu dia –hajijah- kepada kedua orang tua khususnya ibu atau dia sebut mami mengalahkan semua rasa takut dan kendala yang ada. Sambil menuntaskan janji untuk mengantarkan obat buat ibunya –obat herbal keladi tikus- iya ibunya sudah 1 tahun lebih menderita penyakit liver, sebuah penyakit turunan dan sangat berat untuk bisa diterima.
Dari keempat perjalanan tadi, bnyk sekali hikmah yang bisa kupetik, khususnya diperjalanan terakhir ini kuberhasil menuntaskan sebuah buku bagus berjudul “Hijrah Ekstrem” karangan Mirani Mauliza. Dari buku itulah kubanyak mengambil pelajaran ditambah dengan situasi dirumahnya yang kondusif membuat ku melahap 5 juz dan sholat 5 waktu ditambah sholat duha dan tahajud tiap harinya, sungguh perubahan yang ekstrem dalam kehidupan ku. Yang awalnya sholat 5 waktu saja jarang kulaksanakan alias belang-belang kambing apalgi sholat duha dan tahajud hampir tak pernah kulakukan belakangan ini. Bagaimana dengan mengaji? Lancar saja belum tapi hebatnya ketika diketapang kemarin bacaan ngaji ku semakin baik serta lancar. Jadilah perubahan yang kulakukan tadi berawal dari keberanian melakukan perjalanan nan jauh ke ketapang yang dari kampung ku saja jaraknya kira-kira 500 km.
Semoga perubahan tadi bisa kulanjutkan ketika sekarang sudah kembali lagi di pontianak. Sungguh berat sebenarnya namun tidak mustahil. Semoga saja hati dan tindakan ini selalu searah dan sejalan. Sehingga dapat benar-benar hijrah kejalan yang sudah Allah SWT wahyukan dalam kitab-Nya.
Amin-Amin Allahuma Amin.
FACHRI ADHA
0 Response to "HIKMAH DARI PERJALANAN KE KETAPANG"
Post a Comment