Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Prisma dan Limas) Siswa Kelas VIII di SMP Islam Durenan (PMT-34)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sasaran pembangunan nasional. Salah satu wadah yang biasa digunakan untuk mengembangkan keduannya adalah pendidikan.
Menurut Undang Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 (1) pendidikan adalah
“Usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”[1]
Didalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pedidikan Nasional, Bab II Pasal 4 dinyatakan :
“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.[2]
Salah satu ilmu yang mendukung kemajuan dan pembangunan IPTEK adalah matematika. Matematika diajarkan disekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai dengan perguruan tinggi. Hal ini bertujuan untuk menumbuh kembangkan kemampuan dan kepribadian siswa seiring dengan perkembangan IPTEK. [3]
Tujuan pembelajaran matematika disekolah mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Seperti yang telah jelaskan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika yang menyebutkan bahwa tujuan umum matematika dijenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut :[4]
- Mempersiapkan agar siswa sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atasdasar pemikiran secara secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
- Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Adapun tujuan khusus pembelajaran matematika pada masing-masing satuan pendidikan telah diungkapkan dalam GBPP matematika, yaitu :
1. Tujuan khusus matematika di SLTP adalah sebagai berikut :
a. Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialih gunakan melalui kegiatan matematika
b. Siswa memiliki ketrampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah.
d. Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, dan disiplin serta menghargai kugunaan matematika.
2. Tujuan khusus matematika di Sekolah Menengah Umum (SMU) adalah sebagai berikut :
a. Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
b. Siswa memiliki ketrampilan matematika sebagai peningkatan matematika Pendidikan Dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, sikap kritis, obyektif, terbuka, kreatif serta inovatif.
d. Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialih gunakan melalui kegiatan matematika.[5]
Jadi pendidikan matematika tidak hanya bisa digunakan untuk mencerdaskan siswa, akan tetapi matematika bisa digunakan untuk membentuk kepribadian siswa.
Pada saat ini kebanyakan proses belajar mengajar di sekolah banyak menggunakan metode konvensional dimana dalam metode ini guru sangat dominan dalam mengontrol alur pelajaran. Sehingga metode ini kurang cocok dipakai dalam matematika. Akibatnya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika dan belum bisa memahami konsep dasar pelajaran matematika. Konsep dasar pelajaran matematika adalah belajar tentang ide-ide yang diberikan dan simbol-simbol untuk menyatakan pendapat atau gagasan dalam dalam memecahkan masalah soal-soal pelajaran matematika. Konsep pelajaran matematika selalu berkaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain.
Oleh karena itu kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pelajaran matematika harus diatasi sedini mungkin. Karena jika tidak segera diatasi, maka dikhawatirkan siswa akan menghadapi banyak banyak masalah karena hampir semua bidang ilmupengetahuan memerlukan pelajaran matematika yang sesuai. Untuk mengatasi ketidak senangan siswa terhadap matematika diperlukan adanya pembenahan baik dari tenaga pendidik maupun peserta didiknya itu sendiri. Apabila seorang pendidik bisa meningkatkan hasil belajar siswa terhadap matematika, diharapkan kesulitan belajar yang ada pada diri siswa akan lebih mudah diatasi.
Inilah permasalahan yang dialami para ahli dan pendidik matematika. Oleh karena itu dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar seorang guru sepatutnya berpegang pada asas-asas mengajar sebagai berikut:
1. Mengajar sepatutnya mempertimbangkan pengalaman belajar siswa yang dimiliki sebelumnya (appersepsi), yaitu suatu asosiasi atau hubungan antara ide-ide lama dengan peristiwa yang baru dihadapi.
2. Proses pengajaran dimulai bila siswa dalam keadaan siap untuk melakukan kegiatan belajar.
3. Bahan pelajaran seharusnya menarik minat siswa untuk mempelajarinya.
4. Dalam melaksanakan pengajaran seharusnya berupaya agar siswa termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.
5. Proses pengajaran sepatutnya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki oleh masing- masing siswa.
6. Pengajaran sepatutnya mengantarkan siswa untuk melakukan proses belajar secara aktif.
7. Pelaksanaan mengajar sepatutnya berpegang pada prinsip-prinsip pencapaian hasil belajar secara psikologis.[6]
Untuk itu dalam proses pembelajaran matematika harus mampu mengaktifkan siswa sewaktu proses pembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi proses pembelajaran, sehingga ada perubahan dalam hal pembelajaran matematika yaitu pembelajaran yang perpusat pada guru sudah sewajarnya dirubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Oleh karena, itu perlu disusun model pembelajaran dan alternatif yang dapat memperbaiki pembelajaran matematika. Salah satu alternatif yang digunakan oleh peneliti adalah model pembelajaran inquiry.
Model inquiry dapat mengembangkan kemampuan kognitif siswa, dan bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan matematika dan ketrampilan berfikir.[7]Metode inquiry berasal dari bahasa Inggris “inquiry” yang secara harfiah berarti penyelidikan.
Menurut Piaget mendefinisikan inquiry adalah
“Metode yang mempersiapkan perserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabanya sendiri serta menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan oleh peserta didik lain”.[8]
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan inquiry adalah pendekatan mengajar dimana siswa merumuskan masalah, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data sampai mengambil keputusan sundiri.[9]Inquiry mengandung proses- proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.[10]
Salah satu tujuan mengajar dengan menggunakan metode inquiry adalah supaya siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” matematika. Pembelajaran inquiry ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan ketrampilan matematika dan meningkatkan ketrampilan proses berfikir ilmiah siswa.
Langkah-langkah model pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut :[11]
- Orientasi
Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Kemudian guru merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan masalah
- Identifikasi dan klarifikasi persoalan.
Identifikasi masalah adalah menentukan persoalan yang ingin didalami dipecahkan dengan metode inquiry. Persoalan yang akan dipecahkan dapat disiapkan oleh guru. Sebelum mulai pelajaran persoalan tersebut harus jelas sehingga bisa dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa.
- Membuat hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.[12]Pada tahap ini siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang persoalan yang diteliti Siswa diminta untuk mengajukan persoalan sementara tentang persoalan itu.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data pada pembelajaran inquiry ini adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.[13]Siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesisnya benar benar salah. Sedangkan guru bertugas mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bisa mendorong siswa untuk berfikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menganalisis data
Dalam tahap ini siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan dari data percobaan diatas, maka siswa bisa menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Jika pada kenyataannya hipotesis tersebut salah atau ditolak, siswa bisa menjelaskan sesuai dengan proses inquiry yang sudah dilakukan.[14]
6. Kesimpulan
Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi.
Adapun alasan peneliti mengambil metode inquiry dikarenakan di SMP Islam Durenan masih belum pernah diterapkan model pembelajaran inquiry, sedangkan dalam proses belajar mengajar siswa masih cenderung pasif, sebagian besar siswa yang belum memahami konsep matematika. Sehingga dengan menggunakan metode inquiry diharapkan siswa akan lebih aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar dan siswa bisa memahami konsep matematika.
[2] Ibid.
[3] Seojadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, ( Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional : 1999 / 2000 ),hal43
[4] Ibid. hal. 43
[5] ibid, hal. 44.
[6] Muhammad Ali, Konsep dan Pencapaian CBSA dalam pengajaran, (Bandung : PT Sarana Panca Karya,1991) hal.29-36
[7] Markaban, Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing, (Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika, 2006 )
[8] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,2008) hal.108
[9] Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Anggota IKAPI /Ikatan Penerbit Indonesia, 2005) hal.89
[10] Rusyan, tabrani dan Yuni Dharyani, Penuntun Belajar Yang Sukses, (Jakarta : Nine Karya Jaya, 1992)hal.53
[11] Wina Sanjaya, Strategi Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, 2007 ) hal. 66
[13] Ibid,.hal.67
[14] Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, ( Jakarta : 2007).hal.138
0 Response to "Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Prisma dan Limas) Siswa Kelas VIII di SMP Islam Durenan (PMT-34)"
Post a Comment