Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Ascelerated Instruction) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 2 Sumbergempol (PMT-39)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                  Pendidikan nasional pada hakekatnya diarahkan pada pembangunan manusia seutuhnya yang menyeluruh dari berbagai aspek baik secara lahir maupun batin. Oleh karena itu agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing individu maka pendidikan adalah tanggungjawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dipandang dari segi kebutuhan, pembangunan manusia yang berkualitas perlu dipersiapkan untuk berpartisipasi terhadap terlaksananya program-program  pembangunan yang telah direncanakan.
                  Pendidikan ialah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar dia mencapai kedewasaan.[1]Bantuan yang diberikan oleh pendidik itu berupa pendampingan,  yang menjaga agar anak didik belajar hal-hal yang positif.  Pendidikan sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingann pengajaran dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah.[2]Pendidikan tersebut mencakup pengembangan intelektual dan proses pembinaan kepribadian pihak terdidik secara menyeluruh. Proses pendidikan dapat terjadi melalui pendidikan formal dan pendidikan informal. Dewasa ini pendidikan formal semakin dibutuhkan, lebih-lebih dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dalam pendidikan informal tidak mampu lagi membekali anak dengan ilmu-ilmu yang semakin berkembang dengan pesat.
                  Pendidikan merupakan rangkaian peristiwa yang komplek yang didalamnya terdapat serangkaian kegiatan untuk menjadikan manusia tumbuh sebagai pribadi yang utuh.  Inti dari proses pendidikan adalah pembelajaran yang merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.[3] Kedua aspek ini akan saling berhubungan membentuk suatu kegiatan interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
                  Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang berbeda, namun antara keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Mengajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mempersiapkan lingkungan pembelajaran yang meliputi lingkungan alam dan sosial untuk mendukung terjadinya proses belajar akibat interaksi siswa dengan lingkungannya. [4]  Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta didik. [5]Berhasil tidaknya suatu pendidikan sangat bergantung pada guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kemampuan seorang guru dalam menguasai dan menyampaikan materi yang diajarkan sangat mempengaruhi proses belajar.  Proses belajar akan dapat terlihat bila dalam mengajar terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik.

                  Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari matematika. Karena matematika merupakan cabang ilmu yang menjadi cabang ilmu lainnya yang selalu berkaitan dengan kehidupan, maka matematika harus diajarkan di sekolah. Para pelajar memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer.[6]  Apabila seorang siswa mampu dalam mata pelajaran matematika maka keberhasilan itu juga dapat membantu mata pelajaran yang lainnya seperti fisika, kimia, geografi, ekonomi,  arsitektur, farmasi dan lain sebagainya. Dapat diartikan bahwa matematika berfungsi sebagai alat bantu pendidikan.
                  Tujuan pembelajaran matematika di sekolah mengacu kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika.[7]Ada dua hal yang menjadi tujuan matematika diajarkan di sekolah, yaitu tujuan umum dan khusus. Dalam GBPP yang dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa tujuan umum diberikannya matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Umum adalah:
a.       Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
b.      Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Selanjutnya tujuan khusus pengajaran matematika di Sekolah Lanjutan Pertama adalah:
a.       Memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika
b.      Memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah
c.       Mempunyai keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari
d.      Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.[8]
      Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena:
a.       Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan
b.      Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai
c.       Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas
d.      Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara
e.       Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan
f.       Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.[9]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa setiap siswa hendaknya mampu menguasai matematika apabila ingin memperoleh hasil belajar yang baik.
                  Pembelajaran disekolah selalu menyoroti pada hasil belajar siswa. Hasil belajar yang baik selalu menjadi harapan semua pihak  baik pihak sekolah, guru, siswa maupun orang tua siswa. Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.[10]Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.[11]
                  Pembelajaran yang ada di sekolah suatu pembelajaran matematika dikatakan berhasil ditentukan oleh besarnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, makin aktif siswa dalam proses belajar mengajar makin berhasil kegiatan pembelajaran tersebut. Pembelajaran tidak akan memperoleh hasil yang baik tanpa adanya keaktifan siswa. Namun kenyataannya, kualitas hasil belajar matematika siswa masih rendah, hal ini terjadi karena beberapa faktor baik dari faktor guru maupun siswa itu sendiri.
                  Rendahnya pemerolehan belajar siswa secara umum disebabkan oleh metode mengajar yang digunakan gurunya.[12]Ditinjau dari pendekatan mengajarnya, pada umumnya guru mengajar hanya menyampaikan apa yang ada di buku paket dan kurang mengakomodasi kemampuan berpikir siswanya.[13]  Siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengkontruksi pengetahuan matematika yang akan menjadi milik siswa sendiri. Dalam hal ini guru percaya bahwa dengan menjelaskan apa yang ada di buku paket, pengetahuan matematika dapat ditransfer dari pikiran guru ke pikiran siswa. Siswa hanya menerima informasi dari gurunya tanpa mereka terlibat langsung didalamnya, akibatnya pengetahuan yang diperoleh siswa tidak bermakna. Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa rendah.
                  Faktor lain yang menyebabkan prestasi belajar matematika siswa rendah berasal dari siswa itu sendiri. Pada dasarnya para siswa memasuki kelas dengan berbekal pengetahuan yang berbeda-beda, sehingga ketika guru menyampaikan suatu materi pelajaran dalam kelas yang beragam pengetahuannya, kemungkinan beberapa siswa tidak mempunyai keterampilan-keterampilan prasyarat untuk mempelajari materi tersebut. Sedangkan siswa lain mungkin telah mengetahui materi tersebut sehingga dapat mempelajari dengan cepat dan waktu yang tersisa terbuang percuma.
                  Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah diatas perlu digunakan suatu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Misalnya dengan menggunakan model pembelajaran saat ini yaitu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.[14]Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling membantu untuk memahami dan memecahkan permasalahan. Pada model cooperatif learning siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktifitas siswa.[15]Dalam pembelajaran kooperatif dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik sekaligus keterampilan sosial. Adapun ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif yaitu:
1.      Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, rendah
2.      Siswa dalam kelompok sehidup semati
3.      Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama
4.      Membagi tugas dan tanggungjawab sama
5.      Akan dievaluasi untuk semua
6.      Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama
7.      Diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang ditangani.[16]
Adapun dari beberapa model pembelajaran kooperatif salah satunya adalah tipe TAI (Team Ascelerated Intruction). Pembelajaran ini merancang sebuah bentuk pembelajaran kelompok dengan cara menyuruh para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah serta saling memotivasi untuk berprestasi. Dalam TAI, para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka sendiri. Secara umum, anggota kelompok bekerja pada unit pelajaran yang berbeda. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah. Unit tes yang terakhir akan dilakukan tanpa bantuan teman satu tim dan skornya dihitung dengan monitor siswa dan memberikan sertifikat atau penghargaan tim lainnya untuk tim yang berhasil melampaui kriteria skor yang didasarkan pada angka tes terakhir yang telah dilakukan.[17]
                        TAI dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII  SMPN 2 Sumbergempol.


   

0 Response to "Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Ascelerated Instruction) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 2 Sumbergempol (PMT-39)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel