Penerapan Metode Bermain untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 3 MI Miftahul Huda (PMT-41)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan, kita ingin menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas. Melalui pendidikan juga, karakter peserta didik akan terbentuk. Mulai sejak bayi manusia memerlukan bantuan tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi mempertahankan hidup dengan mendalami belajar setahap demi setahap untuk memperoleh kepandaian, ketrampilan dan pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri yang semuanya itu memerlukan waktu yang cukup lama.[1]
Karakter anak akan terbentuk dengan baik atau buruk tergantung pendidikan yang diperolehnya. Sehingga disinilah letak betapa beratnya peran seorang pendidik di dunia pendidikan. Terlepas dari hal tersebut, karena itulah kewajiban seorang pendidik sebagai upaya menyelamatkan generasi bangsa untuk mencetak kader-kader yang berkualitas. Pada salah satu aliran pendidikan mengatakan bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan, yang lebih dikenal dengan aliran Konvergensi. Disinilah peran penting pendidikan untuk menghantarkan pertumbuhan anak secara optimal sesuai dengan pembawaan yang dimilikinya. Anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi berkembangan bakat itu sendiri.[2]
Manusia yang berkualitas dilihat dari segi pendidikan telah terkandung secara jelas dalam Tujuan Pendidikan Nasional. Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Tujuan Pendidikan Nasional dirumuskan sebagai berikut:
Tujuan pendidikan nasional adalah bertujuan “untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”[3]
Peserta didik agar dapat mencapai Tujuan Pendidikan Nasional yang telah ditentukan, maka diperlukan wahana yang dapat digambarkan sebagai kendaraan. Pembelajaran Matematika dapat digunakan sebagai media untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional.
Matematika merupakan mata pelajaran yang selalu diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Pada kenyataannya, yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa mata pelajaran Matematika tidak begitu diminati oleh para siswa. Sampai saat ini hanya kalangan siswa-siswa tertentu saja yang menyukai pelajaran Matematika. Sebagian siswa menganggap bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan seolah-olah Matematika adalah momok yang menyeramkan. Lebih memprihatinkan lagi bahwa hasil prestasi siswa di bidang Matematika masih relatif rendah.
Secara teoritis, siswa Sekolah Dasar umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses. Karena tingkat befikir siswa masih berada pada kemampuan berfikir konkrit maka seharusnya pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan benda-benda konkrit yang ada di lingkungan sekitar siswa.
Pada pembelajaran Matematika, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran yang jarang atau bahkan tidak menggunakan media akan membuat siswa menjadi jenuh dan tidak mampu menarik siswa agar lebih termotivasi dalam belajar Matematika.
Melihat bahwa dari masa perkembangannya anak–anak ditandai dengan perkembagan psikososial, salah satunya mereka tidak lepas dalam dunia bermain. Bermain mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan kehidupan anak-anak. Sebab, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya diluar rumah bermain dengan teman-temannya dibanding terlibat dalam aktivitas lain. Permainan juga merupakan suatu bentuk aktifitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk aktifitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktifitas tersebut. Menurut Schwartzman yang dikutip oleh Desmita, hal ini adalah karena bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih menarik daripada hasil yang akan didapatkannya.[4]Seperti yang diungkapkan Dockett dan Fleer dalam Yuliani sebagai berikut :
Mereka memandang, “Kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan.”[5]
Untuk itu betapa pentingnya dunia bermain pada anak-anak dalam aktivitas kesehariannya, sehingga tidak menutup kemungkinan jika hal ini di bawa untuk menghantarkan anak dalam melakukan aktivitas belajarnya.
Dalam suatu pembelajaran, salah satu kegiatan yang harus pendidik lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran akan terjadi jika pemilihan metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dari masing-masing metode pembelajaran. Oleh karena itu seorang pendidik harus tau hal terbaik yang harus dilakukannya, yaitu dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pembelajaran. Jadi, jelas sekali bahwasannya pemilihan dan penentuan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.[6]
Adapun factor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran adalah : (1) tujuan yang hendak dicapai (2) peserta didik (3) bahan/ materi yang diajarkan (4) fasilitas (5) Guru (6) situasi (7) kebaikan dan kelemahan metode (8) partisipasi.[7]Disamping penerapan metode yang tepat, pemberian motivasi juga sangatlah penting. Tanpa motivasi, pembelajaran juga kurang maksimal, ibarat kata bagai sayur tanpa garam. Pemberian motivasi yang tepat, akan meningkatkan keberhasilan pada pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.[8]
Berdasarkan observasi yang telah peneliti laksanakan bahwa siswa kelas 3 MI Miftahul Huda Tawangrejo Wonodadi Blitar masih banyak permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran diantaranya guru masih menggunakan strategi pembelajaran yang monoton, hampir tanpa variasi yang kreatif. Pembelajaran masih menggunakan metode ekspositori sehingga mencatat dan menerangkan menjadi dominan dalam belajar di kelas. Guru kurang mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam untuk siswa misalnya diskusi, tanya jawab, demonstrasi, dan strategi-strategi pembelajaran tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Sebagian besar siswa kelas 3 MI Miftahul Huda merasa bosan akan pelajaran Matematika, merasa rumit dan siswa sering tidak mengerti materi yang dipelajari untuk apa. Hal ini ditunjukkan pada setiap kali pelajaran, sebagian besar siswa tidak semangat dalam mengikuti pelajaran Matematika. Hal ini dikarenakan setiap kali pelajaran guru selalu menggunakan metode yang monoton dan kurang bervariatif. Inilah salah satu faktor yang membuat siswa menjadi bosan dalam mengikuti pelajaran.
Ada juga yang mengatakan bahwa pelajaran Matematika menakutkan dan rumit sehingga mereka enggan untuk suka pada pelajaran tersebut sehingga malas untuk mengerjakan apabila diberi tugas oleh guru. Merasa kesulitan dan kurang paham akan materi. Terkadang berbagai alasan disampaikan pada guru jika tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), alasan lupa dan atau tidak tahu kalau ada PR. Kurang adanya motivasi dalam belajar Matematika tentu saja akan mempengaruhi prestasi belajar anak. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut akan menyulitkan pendidik dan siswa.
Pelajaran Matematika yang diajarkan pada satuan pendidikan kelas 3 Madrasah Ibtida’iyah meliputi aspek bilangan, geometri, dan pengukuran. Salah satu pokok bahasan bilangan yang diajarkan di kelas 3 adalah geometri yang meliputi perhitungan luas persegi dan persegi panjang. Siswa masih kesulitan untuk mempelajari geometri materi luas persegi dan persegi panjang, terlihat pada setiap guru mengadakan ulangan harian nilai yang dicapai siswa belum memuaskan.
0 Response to "Penerapan Metode Bermain untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 3 MI Miftahul Huda (PMT-41)"
Post a Comment