Penerapan Model Pembelajaran Langsung Pada Garis Dan Sudut Di Kelas VII MTsN Karangrejo (PMT-33)


BAB I
PENDAHULUAN
 A.    Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah usaha manusia secara sadar untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina kepribadian tersebut dibutuhkan proses yang relatif panjang dimanapun dan kapanpun juga sehingga dikatakan pendidikan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara.[1]

Dalam Garis-Garis Haluan Negara (GHBN) yang pernah berlaku di Indonesia menjelaskan bahwa Visi Pendidikan Nasional adalah :
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang damai demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh Manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan tehnologi, memiliki mitos etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.[2]

Oleh karena itu perwujudan masyarakat yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing.
Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, itu disebabkan pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Dalam hal ini, “Laju Pembangunan Masyarakat Indonesia masih mengalami masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi dan efisiensi pendidikan.[3]
Menyadari hal tersebut, upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dilakukan oleh pemerintah dengan menitikberatkan pembangunan pendidikan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan. Hal ini menunjukkan pemerintah menyadari bahwa keberhasilan Pembangunan Nasional ditunjang dari majunya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),


Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika. Hal ini dikarenakan matematika dianggap mampu mengembangkan daya intelektual yang mengarah kepada kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”[4] yang mutlak diperlukan untuk mempercepat Pembangunan Nasional.
Berkaitan dengan dinamika perkembangan nasional dewasa ini, maka pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan baik di bidang material maupun spiritual. Termasuk didalamnya adalah bidang pendidikan yang merupakan suatu hal yang sangat penting dalam mengikuti arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar tujuan pendidikan dan Pembangunan Nasional tersebut dapat tercapai sesuai perkembangan zaman dan tujuan pendidikan Nasional, maka “berhasil atau gagalnya tujuan pendidikan ini sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik disekolah lingkungan rumah atau keluarganya sendiri” [5]
Model pembelajaran yang selama ini diterapkan di Indonesia adalah model pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran yang terpusat pada guru. Guru memulai pembelajaran dikelas dengan memberikan informasi atau konsep, kemudian guru mendemostrasikan ketrampilan atau menerapkan suatu algoritma melalui contoh-contoh soal, setelah itu siswa diberi kesempatan untuk bertanya bila ada hal-hal yang belum dimengerti. Kemudian kegiatan terakhir yang dilakukan guru adalah memberikan tugas rumah kepada siswa, dalam pembelajaran konvensional ini siswa tidak diberikan kesempatan untuk membentuk pengetahuan sendiri. Akibatnya siswa hanya bekerja secara prosedural saja dan memahami metematika tanpa penalaran.[6]
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah mempunyai beberapa kegunaan / fungsi bagi para siswa. Mengenai kegunaan / fungsi pelajaran matematika di sekolah, E.T. Russefendi mengatakan bahwa:
Dengan belajar matematika siswa dapat menghitung, dapat menghitung luas, isi, berat, siswa dapat melakukan pengukuran, siswa menyelesaikan persoalan-persoalan dalam bidang studi lain, siswa dapat menggunakan kalkulator dan komputer sehingga perhitungan menjadi cepat, praktis dan realistis, system dapat memahami benda-benda alam sekitar. Dan tentu saja dengan belajar matematika orang Indonesia menjadi sejajar dengan bangsa lain di dunia.[7]

Menurut Cornelius (1982 : 38) yang dikutip dari bukunya Mulyono Abdurrahman mengemukakan tentang lima alasan perlunya belajar matematika:
Karena matematika merupakan (1) sarana berfikir yang jelas dan logis, (2) Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) Sarana mengenal pola-pola hubungan. dan generalisasi pengalaman, (4) Sarana untuk mengembangkan kreatifitas dan (5) Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.[8]


Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan tantangan bagi dunia pendidikan, sehingga menuntut adanya peningkatan mutu pendidikan tak terkecuali matematika. Matematika sebagai salah satu cabang ilmu yang diajarkan, sejak seorang siswa mulai menempuh pendidikan, ternyata tidak menjamin siswa senang terhadap matematika. Kenyataan yang ada banyak siswa yang mengeluh kesulitan dalam belajar matematika.
Kesulitan siswa dalam belajar matematika tidak hanya bersunber dari diri siswa itu sendiri namun juga dari luar diri siswa, misalkan cara guru dalam menyajikan materi. Dengan demikian guru merupakan saiah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam belajar.
Sebelum Kurikulum 2004 diberlakukan ada beberapa pernyataan yang muncul ke permukaan antara lain : siswa adalah penerima infomasi secara pasif dan umumnya bersifat hafalan sedangkan guru sebagai penentu jalannya proses pembelajaran.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kualitas pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan kurikulum. Kurikulum telah beberapa kali mengalami perubahan seiring dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, Demikian pula dengan halnya yang dilakukan para guru, sebagai orang yang berperan dalam proses belajar mengajar dan sebagai unsur penting dari seluruh pendidikan, para guru selalu berusaha agar materi pelajaran yang disampaikan dengan mudah dapat dipahami siswa.
Salah satu usaha dalam memperbaiki proses belajar mengajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran dan metode yang tepat disesuaikan dengan materi pembelajaran yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Imansyah Alipandie (1984) bahwa : Metode mengajar merupakan salah satu alat pendidikan pembelajaran yang penting dan besar peranannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan / pengajaran, namun guru harus mampu memilih dan menentukan metode mengajar yang tepat sehingga bahan yang disajikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pada materi pelajaran geometri khususnya pada materi melukis garis dan sudut diperlukan keterampilan menggunakan alat seperti jangka ataupun penggaris yang selama ini kurang disukai oleh siswa. Oleh karena itu para guru kurang tertarik mengajarkan materi melukis yang memerlukan waktu yang agak banyak sehingga nampaknya bertele-tele. Padahal apabila siswa dibiasakan menggunakan alat seperti jangka ataupun penggaris sejak awal mereka akan merasa senang.
Untuk itu perlu adanya suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini disebut model pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung merupakan suatu pendekatan pengajaran yang cocok apabila guru menginginkan siswa belajar pengetahuan deklaratif atau keterampilan tertentu seperti materi melukis pada garis dan sudut.
Dari pengalaman tersebut di atas penulis tertarik melakukan penelitian penerapan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran melukis, yaitu model pcngajaran langsung. “Model pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah”.[9]
Model pembelajaran langsung dapat diterapkan pada pelajaran yang berorientasi pada pengetahuan atau keterampilan dasar.


[1] Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Yogyakarta : Delphi, 2003) 5
[2] E. Mulyasa / Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), 3
[3] Ibid, 15
[4] Soedjadi, Kita Pendidikan Matematika di Indonesia, Konstatasi Masa Kini, Menuju Harapan Masa Depan. (Jakarta : Dirjen Pendidikan Nasional, 2000), 5
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Hal. 63
[6] Ipung Yuwono, Pembelajaran Matematika Secara Membumi, (Malang : UNM, 2001) Hal. 6
[7] Russefendi, PGSD Pengajaran Matematika Modern, dan Masa Kini Untuk Guru dan PGSD, D2 Seri Kedua (Bandung : Tarsito, 1990), 9
[8] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar(Jakarta, Rineka Cipta, 1999), 253
[9] Nur dan Kardi, Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivitas Dalam Pengajaran,( Surabaya : Unipress, 2004), 5

0 Response to "Penerapan Model Pembelajaran Langsung Pada Garis Dan Sudut Di Kelas VII MTsN Karangrejo (PMT-33)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel