Penerapan metode Tahfidz dan Imla’ Sebagai Alternatif Meningkatkan Pemahaman Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas VII di MTsN Karangrejo (PAI-26)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an Hadits merupakan sumber utama ajaran islam, dalam arti merupakan sumber aqidah (keimanan), syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak. Umat manusia diwajibkan untuk mempelajari kitab Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al An’am ayat 55 yang berbunyi
Artinya: “Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, Maka ikutilah Dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat”. (QS. Al-An’am: 155).
Ayat diatas menunjukkan bahwa kitab Al-Qur’an diberkati, yang berisi penuh kebaikan untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu, manusia diperintahkan agar membaca,mengikuti dan mempelajari serta memahami Al-Qur’an. Dengan mempelajari,memahami serta mengikuti Al-Qur’an, maka akan mendapat rahmat serta petunjuk dari Allah SWT didunia maupun diakhirat kelak. Tujuan Pendidikan Al-Qur’an menurut M. Quraish Shihab adalah “untuk membina manusia serta pribadi dan kelompok”. Sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.
Oleh karena itu, Al-Qur’an sangat penting diajarkan disekolah atau madrasah-madrasah, karena banyak hal yang bermanfaat bagi peserta didik apabila mempelajari dan juga diberi tentang Al-Qur’an dan Hadits. Mengingat kandunganya yang penuh petunjuk dalam kehidupan. Sehingga dalam diri siswa akan tertanam nilai-nilai luhur dari Al-Qur’an dan juga Hadits, yang kemudian mereka jadikan sebagai pedoman hidup dan petunjuk bagi kehidupan mereka. Madrasah pada periode ini berciri khas agama islam, maka program yang dikembangkan adalah mata pelajaran yang persis dengan sekolah umum.Sebagai sekolah yang berciri khas agama islam diajarkan ilmu pengetahuan agama, seperti aqidah-akhlak, fiqh, qur’an-hadits, bahasa arab, SKI. Al-Qur’an dan Hadits selain dipelajari pada madrasah tingkat dasar yaitu ibtidaiyah juga dipelajari di dua madrasah lanjutan yaitu Tsanawiyah dan Aliyah.
Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melihatkan aspek paedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Karena itu, guru harus mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar penguasaan kompetensi tertentu. Aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa peserta pada umumnya memiliki perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula. Selain itu aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri mengandung variasi seperti belajar keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap dan seterusnya. Perbedaan tersebut menuntut pembelajaran yang berbeda sesuai dengan jenis belajar.
Peserta didik oleh guru dalam hal guru harus menentukan secara tepat jenis metode belajar manakah yang paling berperan dalam proses pembelajaran tertentu dengan mengingat kompetensi dasar yang harus dicapai. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Karena keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, Karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan strategi pembelajaran. Adapun Penyelenggaraan pembelajaran adalah salah satu tugas utama seorang guru dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajaran yang direncanakan atau dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Guru yang baik selalu berusaha merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan penuh semangat. Namun antusiasme guru belum tentu diikuti oleh siswa dengan penuh semangat pula, bahkan tak jarang mereka kurang semangat untuk menyimak pelajaran yang diberikan oleh guru dan kurang gairah belajar terutama yang dialami siswa-siswi kelas VII di MTsN Karangrejo, dalam mempelajari mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, karena menurut peserta didik merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan, ini terbukti dengan pengalaman PPL saya, ketika siswa diberi penjelasan mengenai dalil atau penjelasan materi, siswa sering tidak memperhatikan mata pelajaran tersebut, sehingga siswa tidak aktif dalam pelajaran dan mengakibatkan kesulitan dalam mengerjakan ulangan maupun ujian. Sebagai alternatif untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits salah satu metode yang relevan adalah dengan metode tahfidz dan imla’. Sehubungan dengan hal ini Sa’dullah, dalam bukunya Cara Praktis Menghafalkan Al-Qur’an megemukakan bahwa, metode tahfidz adalah “menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dibaca berulang ulang”. Metode pengajaran Al-Qur’an dengan cara tahfidz sudah ada sejak zaman Rosulullah SAW. Metode ini sangat efektif diterapkan pada zaman itu, karena pada masa itu masyarakat Arab masih Ummi, yakni tidak memiliki pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Akan tetapi memiliki daya hafal yang sangat kuat.
Sehingga metode tahfidz ini diterapkan untuk menghafal Al-Qur’an dan juga Hadits masa itu. Metode tahfidz pada masa sekarang mengalami kemunduran penerapannya. Jarang sekali metode ini diterapkan disekolah atau madrasah-madrasah formal. Lebih sering metode tahfidz ini diterapkan di pondok-pondok pesantren. Metode ini sudah dianggap kuno jika disbanding metode lain. Banyak metode pembelajaran yang baru yang dianggap, sudah kuno jika disbanding dengan metode yang lain. Banyak metode pembelajaran yang baru yang dianggap lebih efektif diterapkan seperti metode diskusi, demonstrasi, simulasi, eksperimen, drill dan lain sebagainya. Sehingga metode tahfidz jarang diterapkan.Padahal metode ini sangat efektif diterapkan pada proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits, di madrasah-madrasah adalah usia yang cocok untuk menghafal. Siswa pada tingkat madrasah Tsanawiyah mudah menghafal dan lebih menyukai belajar dengan cara menghafal.
Hal ini dikarenakan beberapa dasar antara lain sebagai berikut: 1) Karena dengan belajar dengan cara menghafal adalah yang paling sederhana dan mudah. 2) Karena adanya kecemasan atau perasaan tidak mampu menguasai bahan, sebagai pemecahannya maka bahan dicoba dikuasai menghafalkannya. 3) Karena adanya tekanan pada jalanya pelajaran, untuk menutupi kekurangan-kekurangan diatasi dengan menghafalkan. 4) Karena pengalaman dan kebiasaan. Sedangkan metode imla’ menurut Ramayulis, dalam bukunya Metodologi Pendidikan Agama Islam adalah “suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh peserta didik menyalin apa-apa yang dikatakan oleh guru”. Melalui kedua metode tersebut siswa ditantang untuk menghafal, dan didikte bahasa Arab agar siswa aktif, kreatif dan termotifasi untuk maju dalam menhafal dan menulis arab. Sehingga siswa terampil, menghafal, membaca dan menulis arab serta memudahkan siswa untuk mengingat-ingat dalam mengerjakan tugas, ulangan maupun ujian.
Oleh karena itu, Al-Qur’an sangat penting diajarkan disekolah atau madrasah-madrasah, karena banyak hal yang bermanfaat bagi peserta didik apabila mempelajari dan juga diberi tentang Al-Qur’an dan Hadits. Mengingat kandunganya yang penuh petunjuk dalam kehidupan. Sehingga dalam diri siswa akan tertanam nilai-nilai luhur dari Al-Qur’an dan juga Hadits, yang kemudian mereka jadikan sebagai pedoman hidup dan petunjuk bagi kehidupan mereka. Madrasah pada periode ini berciri khas agama islam, maka program yang dikembangkan adalah mata pelajaran yang persis dengan sekolah umum.Sebagai sekolah yang berciri khas agama islam diajarkan ilmu pengetahuan agama, seperti aqidah-akhlak, fiqh, qur’an-hadits, bahasa arab, SKI. Al-Qur’an dan Hadits selain dipelajari pada madrasah tingkat dasar yaitu ibtidaiyah juga dipelajari di dua madrasah lanjutan yaitu Tsanawiyah dan Aliyah.
Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melihatkan aspek paedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Karena itu, guru harus mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar penguasaan kompetensi tertentu. Aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa peserta pada umumnya memiliki perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula. Selain itu aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri mengandung variasi seperti belajar keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap dan seterusnya. Perbedaan tersebut menuntut pembelajaran yang berbeda sesuai dengan jenis belajar.
Peserta didik oleh guru dalam hal guru harus menentukan secara tepat jenis metode belajar manakah yang paling berperan dalam proses pembelajaran tertentu dengan mengingat kompetensi dasar yang harus dicapai. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Karena keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, Karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan strategi pembelajaran. Adapun Penyelenggaraan pembelajaran adalah salah satu tugas utama seorang guru dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajaran yang direncanakan atau dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Guru yang baik selalu berusaha merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan penuh semangat. Namun antusiasme guru belum tentu diikuti oleh siswa dengan penuh semangat pula, bahkan tak jarang mereka kurang semangat untuk menyimak pelajaran yang diberikan oleh guru dan kurang gairah belajar terutama yang dialami siswa-siswi kelas VII di MTsN Karangrejo, dalam mempelajari mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, karena menurut peserta didik merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan, ini terbukti dengan pengalaman PPL saya, ketika siswa diberi penjelasan mengenai dalil atau penjelasan materi, siswa sering tidak memperhatikan mata pelajaran tersebut, sehingga siswa tidak aktif dalam pelajaran dan mengakibatkan kesulitan dalam mengerjakan ulangan maupun ujian. Sebagai alternatif untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits salah satu metode yang relevan adalah dengan metode tahfidz dan imla’. Sehubungan dengan hal ini Sa’dullah, dalam bukunya Cara Praktis Menghafalkan Al-Qur’an megemukakan bahwa, metode tahfidz adalah “menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dibaca berulang ulang”. Metode pengajaran Al-Qur’an dengan cara tahfidz sudah ada sejak zaman Rosulullah SAW. Metode ini sangat efektif diterapkan pada zaman itu, karena pada masa itu masyarakat Arab masih Ummi, yakni tidak memiliki pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Akan tetapi memiliki daya hafal yang sangat kuat.
Sehingga metode tahfidz ini diterapkan untuk menghafal Al-Qur’an dan juga Hadits masa itu. Metode tahfidz pada masa sekarang mengalami kemunduran penerapannya. Jarang sekali metode ini diterapkan disekolah atau madrasah-madrasah formal. Lebih sering metode tahfidz ini diterapkan di pondok-pondok pesantren. Metode ini sudah dianggap kuno jika disbanding metode lain. Banyak metode pembelajaran yang baru yang dianggap, sudah kuno jika disbanding dengan metode yang lain. Banyak metode pembelajaran yang baru yang dianggap lebih efektif diterapkan seperti metode diskusi, demonstrasi, simulasi, eksperimen, drill dan lain sebagainya. Sehingga metode tahfidz jarang diterapkan.Padahal metode ini sangat efektif diterapkan pada proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits, di madrasah-madrasah adalah usia yang cocok untuk menghafal. Siswa pada tingkat madrasah Tsanawiyah mudah menghafal dan lebih menyukai belajar dengan cara menghafal.
Hal ini dikarenakan beberapa dasar antara lain sebagai berikut: 1) Karena dengan belajar dengan cara menghafal adalah yang paling sederhana dan mudah. 2) Karena adanya kecemasan atau perasaan tidak mampu menguasai bahan, sebagai pemecahannya maka bahan dicoba dikuasai menghafalkannya. 3) Karena adanya tekanan pada jalanya pelajaran, untuk menutupi kekurangan-kekurangan diatasi dengan menghafalkan. 4) Karena pengalaman dan kebiasaan. Sedangkan metode imla’ menurut Ramayulis, dalam bukunya Metodologi Pendidikan Agama Islam adalah “suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh peserta didik menyalin apa-apa yang dikatakan oleh guru”. Melalui kedua metode tersebut siswa ditantang untuk menghafal, dan didikte bahasa Arab agar siswa aktif, kreatif dan termotifasi untuk maju dalam menhafal dan menulis arab. Sehingga siswa terampil, menghafal, membaca dan menulis arab serta memudahkan siswa untuk mengingat-ingat dalam mengerjakan tugas, ulangan maupun ujian.
0 Response to "Penerapan metode Tahfidz dan Imla’ Sebagai Alternatif Meningkatkan Pemahaman Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas VII di MTsN Karangrejo (PAI-26)"
Post a Comment