Pengaruh Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Matematika Siswa Kelas VIII MTsN (PMT-55)



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Di zaman yang serba canggih dan modern seperti sekarang ini, ketika komputer merajai seluruh sendi kehidupan, seluruh manusia dituntut untuk bisa kreatif. Mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat. Untuk mewujudkan hal tersebut, pendidikan memegang peranan yang vital. Pendidikan harus bekerja keras dan berupaya untuk menciptakan generasi-generasi yang handal dan kreatif.
Menyikapi kenyataan yang terjadi diatas sekaligus merupakan tantangan bagi dunia pendidikan, maka paradigma pendidikan juga harus diubah. Dari semula hanya “banyak mengajari” menjadi “banyak mendorong anak untuk belajar”, dari yang semula disekolah hanya diorentasikan untuk menyelesaikan soal menjadi berorentasi mengembangkan pola pikir kreatif. Oleh karena itu seorang pendidik harus sanggup menciptakan suasana belajar yang nyaman serta mampu memahami sifat peserta didik yang berbeda dengan anak yang lain[1].
Dalam semua jenjang pendidikan, pelajaran matematika memiliki porsi terbanyak dibandingkan dengan pelajaran yang lain. Tetapi kenyataannya selama ini, siswa menganggap matematika sebagei monster yang menakutkan. Matematika sebagai biang kesulitan dan paling dibenci siswa dari proses belajar di sekolah. Padahal ketidak senangan terhadap suatu pelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.


Untuk mengatasi ketidak senangan siswa terhadap matematika diperlukan adanya pembenahan baik di tenaga pendidikan maupun peserta didik itu sendiri.
Apabila pendidik mampu meningkatkan minat belajar siswa terhadap matematika, diharapkan kesulitan bisa diatasi. Untuk itu sangat diperlukan seorang tenaga pendidik yang kreatif dan profesional yang mampu menggunakan pengetahuan dan kecakapannya dalam menggunakan model pembelajaran, alat pengajaran dan dapat membawa perubahan dalam tingkah laku anak didiknya [2]. Dari yang semula benci menjadi sayang dan kemudian berminat untuk belajar, karena pada dasarnya hasil dari belajar terletak pada perubahan tingkah laku secara menyeluruh [3].

Pada umumnya proses pelaksanaan belajar mengajar matematika di sekolah hanya mentransfer apa yang dipunyai guru kepada siswa dalam wujud pelimpahan fakta matematika dan prosedur penghitungan. Bahkan sering terjadi, dalam menanamkan konsep-konsep itu merupakan aturan yang harus di hafal, tidak perlu tahu dari mana asal-usul rumus tersebut [4].
Matematika mempunyai peranan yang esensial untuk ilmu lain yang utama adalah ilmu sains dan teknologi [5]. Dari pernyataan itu dijelaskan bahwa matematika merupakan salah satu ilmu yang mendukung kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terlihat matematika bukanlah ilmu yang hanya untuk keperluan sendiri, tetapi ilmu yang bermanfaat besar untuk ilmu-ilmu lain. Dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan menjadi lebih sempurna, disamping itu matematika telah memberi kesuburan pada akar ilmu pengetahuan yang diantaranya ilmu pengetahuan tersebut adalah bidang studi matematika.
Seperti yang dikemukakan Herman Hudoyo dalam bukunya Strategi Mengenai Belajar Matematika. “Mempelajari konsep B yang mendasarkan konsep A, seorang perlu memahami dulu konsep A tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B” [6].
Hal ini berarti untuk mempelajari matematika harus bertahap dan berurutan serta mendasarkan kepada pengalaman belajar yang lampau. Pengalaman belajar yang lampau memegang peranan yang sangat penting untuk memahami konsep-konsep baru. Jelas bahwa pengalaman belajar di SMP misal, akan mempengaruhi terhadap kemampuan penguasaan materi pelajaran matematika di SMA.
Sebagai salah satu upaya meningkatkan kreativitas siswa diperlukan beberapa cara, salah satunya adalah dengan model pembelajaran matematika. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaranadalah suatu pola (kerangka) konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran (atau pengajar) dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Arrends (1997:7) menyatakan “ Model pembelajaran mengacu pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu yang memuat tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya.
Terdapat empat ciri khusus model pembelajaran, yaitu: 1) Diciptakan berdasarkan teoritik yang logis dan rasional oleh penciptanya (pengembangnya), 2) landasan pemikiran tentang gambaran siswa belajar (tujuan), 3) prilaku pengajar yang diperlukan sehingga model tersebut dapat dilaksanakan, dan 4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai. (Kardi dan Nur, 2000:9)[7].
Nieven (1999) mencirikan suatu model pembelajaran dikatakan baik jika: 1) Sahih, yakni: model dikembangkan berdasarkan rasional teoritik yang kuat dan konsistensi internal; 2) Praktis, yakni: pengakuan para ahli dan praktisi bahwa suatu model pembelajaran dapat diterapkan yang didukung oleh kenyataan hasil pengembangan model tersebut dapat diterapkan; 3) Efektif, yakni: pengakuan para ahli dan praktisi tentang keefektifan suatu model dan secara operasional memberikan hasil sesuai dengan yang diinginkan.
Model pembelajaran Reciprocal Teaching adalah salah satu dari model pembelajaran kooperatif dalam matematika. “Reciprocal Teaching” sebagai “pembelajaran terbalik” pembelajaran  ini awalnya dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar dalam membaca teks.
Pendekatan pembelajaran ini dimunculkan oleh Palinscar tahun 1982 ketika dia menemukan beberapa muridnya yang mengalami kesulitan dalam memahami sebuah teks bacaan. Seorang siswa dapat saja membaca sekumpulan huruf yang membentuk kata namun ternyata untuk memahami makna dari teks yang dibacanya tidak semudah melafalkan bacaan tersebut. Inilah masalah yang melatar belakangi kemunculan metode pembelajaran Reciprocal Teaching.. Menurut Palinscar dan Brown (1984) setidaknya terdapat empat strategi dasar yang terlibat dalam proses pembelajaran reciprocal yaitu [8]:
a.  Klarifikasi.
Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa menganggap pengucapan kata yang benar adalah hal yang terpenting walaupun mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan tersebut.
b.   Membuat Prediksi
Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya.
c.   Bertanya
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif.
d.   Membuat Rangkuman
Dalam membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting.
Akhirnya,dengan alasan yang diuraikan di atas,maka penulis melakukan penelitian lebih lanjut yang kemudian dituangkan dalm skripsi dengan judul:
“Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Matematika Siswa MTs Negeri Karangrejo“.


[1] Lisnawaty Simajuntak, Metode Mengajar Matematika, Jilid 2, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), hal 35.
[2] Lisnawati Simajuntak, Metode Mengajar Matematika, ……….., hal 4.
[3] Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal 5.
[4] Rusdy A Siroj, Cara Seorang Memperoleh Pengetahuan Dan Implikasinya Pada Pembelajaran Matematika, (dalam www.matematicse worderes.com, diakses tanggal 4 Oktober 2009), hal 1.
[5] Herman Hudoyo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, (Malang: IKIP Malang, 1990), hal 62.
[6] Herman Hudoyo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, …….., hal 4.
[7] Ahamad Junaidi, Desain Model – Model Pembelajaran Yang Inovatif, (Dalam www.matematicseworderes.com, diakses tanggal 5 Oktober 2009), hal 1.
[8] Marina Tifani, Pengembangan Model Belajar Reciprocal Teaching, (dalam www. Matematicse worderes.com, diakses tanggal 5Oktober 2009), hal 1.

0 Response to "Pengaruh Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Matematika Siswa Kelas VIII MTsN (PMT-55)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel