Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman menurut Farida Rahim (2008: 16) yaitu faktor fisiologis, intelektual, lingkungan dan psikologis. Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, jenis kelamin, dan kelelahan. Gangguan alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan juga dapat memperlambat kemajuan belajar anak. Secara umum ada hubungan positif antara kecerdasan dengan kemampuan membaca. Namun tidak semua siswa yang memiliki intelegensi tinggi mampu menjadi pembaca yang baik. Faktor lingkungan dapat berupa latar belakang anak di rumah dan faktor sosial ekonomi.
Latar belakang anak di rumah dapat berupa sikap yang diberikan orangtua kepada anak, kondisi keharmonisan keluarga, dukungan orang tua terhadap minat belajar anak, dan luasnya pengalaman anak di rumah juga mendukung kemajuan membaca anak. Jika dilihat dari sudut pandang sosial ekonomi, semakin tinggi status ekonomi siswa semakin tinggi kemampuan membacanya. Anak yang berasal dari keluarga yang banyak memberikan kesempatan membaca dalam lingkungan yang penuh bahan bacaan akan memiliki kemampuan membaca yang tinggi. Sedangkan faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman adalah motivasi, minat, dan kematangan sosial, emosi, serta penyesuaian diri. Siswa yang memiliki motivasi dan minat yang tinggi akan memiliki kemampuan membaca yang tinggi.
Dari aspek emosi, siswa yang dapat mengontrol emosi akan lebih mudah memusatkan perhatian pada teks yang dibacanya. Jika anak memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi akan terus mencoba walaupun menemui kegagalan sehingga dapat menguasai berbagai kemampuan termasuk kemampuan membaca pemahaman. Untuk itu, salah satu tugas pembelajaran membaca adalah membantu siswa mengubah perasaannya tentang kemampuan belajar membaca dan meningkatkan harga diri bagi siswa yang kurang mampu membaca pemahaman.
Latar belakang anak di rumah dapat berupa sikap yang diberikan orangtua kepada anak, kondisi keharmonisan keluarga, dukungan orang tua terhadap minat belajar anak, dan luasnya pengalaman anak di rumah juga mendukung kemajuan membaca anak. Jika dilihat dari sudut pandang sosial ekonomi, semakin tinggi status ekonomi siswa semakin tinggi kemampuan membacanya. Anak yang berasal dari keluarga yang banyak memberikan kesempatan membaca dalam lingkungan yang penuh bahan bacaan akan memiliki kemampuan membaca yang tinggi. Sedangkan faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman adalah motivasi, minat, dan kematangan sosial, emosi, serta penyesuaian diri. Siswa yang memiliki motivasi dan minat yang tinggi akan memiliki kemampuan membaca yang tinggi.
Dari aspek emosi, siswa yang dapat mengontrol emosi akan lebih mudah memusatkan perhatian pada teks yang dibacanya. Jika anak memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi akan terus mencoba walaupun menemui kegagalan sehingga dapat menguasai berbagai kemampuan termasuk kemampuan membaca pemahaman. Untuk itu, salah satu tugas pembelajaran membaca adalah membantu siswa mengubah perasaannya tentang kemampuan belajar membaca dan meningkatkan harga diri bagi siswa yang kurang mampu membaca pemahaman.
Pentingnya Kemampuan Membaca Pemahaman Membaca
merupakan pengajaran yang sangat penting. Jika diselenggarakan dengan baik, pengajaran ini akan memberikan dampak positif terhadap keberhasilan belajar siswa pada masa mendatang. Melalui pengajaran membaca ini siswa dapat memperoleh peningkatan kemampuan bahasa, kemampuan bernalar, kreativitas, dan penghayatan tentang nilai-nilai moral (Sabarti Akhadiah, dkk. 1992: 37). Burhan Nurgiyantoro (2010: 369) berpendapat bahwa membaca pemahaman tampaknya yang paling penting dan harus mendapat perhatian khusus.
Kompetensi pemahaman terhadap berbagai teks yang dibaca tidak akan diperoleh secara cuma-cuma tanpa ada usaha untuk meraihnya. Hal itu didasari pemikian bahwa dalam berbagai tuntutan pekerjaan diperlukan kompetensi membaca yang memadai bahkan juga untuk memperoleh kenikmatan batin seperti ketika membaca majalah ringan atau berbagai teks kesastraan. Selain itu kompetensi membaca pemahaman yang baik diperlukan dan menjadi prasyarat untuk dapat membaca dan memahami berbagai literatur mata pelajaran yang lain. Untuk itu kompetensi membaca pemahaman harus dibelajarkan dan diukur ketercapaiannya secara lebih intensif daripada kemampuan membaca yang lain.
Kompetensi pemahaman terhadap berbagai teks yang dibaca tidak akan diperoleh secara cuma-cuma tanpa ada usaha untuk meraihnya. Hal itu didasari pemikian bahwa dalam berbagai tuntutan pekerjaan diperlukan kompetensi membaca yang memadai bahkan juga untuk memperoleh kenikmatan batin seperti ketika membaca majalah ringan atau berbagai teks kesastraan. Selain itu kompetensi membaca pemahaman yang baik diperlukan dan menjadi prasyarat untuk dapat membaca dan memahami berbagai literatur mata pelajaran yang lain. Untuk itu kompetensi membaca pemahaman harus dibelajarkan dan diukur ketercapaiannya secara lebih intensif daripada kemampuan membaca yang lain.
Pembelajaran IPS
1. Pengertian IPS
IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia di sekelilingnya. Pokok dari kajian IPS adalah hubungan antarmanusia. Latar telaahnya adalah kehidupan nyata manusia (Djojo Suradisastra, dkk., 1993: 4). Dari pemaparan definisi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tersebut dapat diartikan bahwa IPS merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana seseorang memahami dirinya berhubungan dengan alam maupun dengan manusia lain. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu memerlukan bantuan dengan orang lain. Oleh karena itu, manusia dituntut mampu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar. IPS merupakan suatu pembelajaran tentang kehidupan sosial manusia.
2. Tujuan IPS
Sapriya (2009: 194), menyebutkan tujuan mata pelajaran IPS di SD sebagai berikut.
- Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.
- Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
- Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
- Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Djojo Suradisastra, dkk. (1993: 6) menjelaskan tujuan IPS meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Dalam ranah kognitif hal-hal tentang manusia dan dunianya harus dapat dinalar supaya dapat dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan yang rasional dan tepat. Dalam hal ini pengetahuan lebih fungsional apabila diperoleh dengan pemahaman dan pengertian. Dalam ranah afektif apabila perolehan pengetahuan dan pemahaman dapat mendorong tindakan yang berdasarkan nalar, sehingga dapat dijadikan alat berkiprah dengan tepat dalam hidup, maka semangat ilmiah dan imajinasi tak kurang pentingnya. Tujuan keterampilan yang diperoleh dalam IPS sangat luas, yang meliputi keterampilan yang dibutuhkan untuk memperoleh pengetahuan serta sikap.
3. Ruang Lingkup
IPS Sa’dun Akbar dan Hadi Sriwiyana (2010: 78) menjelaskan bahwa ruang lingkup IPS SD meliputi aspek-aspek: a) manusia, tempat, dan lingkungan, b) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, c) sistem sosial dan budaya, dan d) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
4. Keterampilan Dasar IPS
National Council for The Social Studies (NCSS) yang dikutip Djojo Suradisastra, dkk. (1993: 8-9) menyampaikan keterampilan yang relevan dengan IPS. Pertama, keterampilan yang bertalian dengan perolehan informasi. Keterampilan ini meliputi keterampilan membaca yang mencakup pemahaman, perbendaharaan bahasa, dan kecepatan membaca. Keterampilan studi meliputi mendapatkan informasi dan menata informasi dalam bentuk yang mudah digunakan. Keterampilan merujuk dan mencari informasi meliputi penggunaan perpustakaan, rujukan khusus, menggunakan peta, globe, dan grafik, serta menggunakan sumber masyarakat. Keterampilan teknis dalam menggunakan alat elektronik meliputi keterampilan dalam menggunakan komputer dan jaringan informasi dari telepon dan televisi.
Keterampilan kedua menurut Djojo Suradisastra, dkk. (1993: 9) yaitu keterampilan yang berhubungan dengan pengorganisasian dan penggunaan informasi. Keterampilan ini terdiri dari keterampilan intelektual yang meliputi mengklasifikasikan informasi, menginterpretasi informasi, menganalisis informasi, mengikhtisarkan informasi, mensintesiskan informasi, dan mengevaluasi informasi. Ketiga, keterampilan pengambilan keputusan. Keempat, keterampilan yang berhubungan dengan hubungan interpersonal dan partisipasi sosial dan politis. Keterampilan ini meliputi keterampilan personal, keterampilan interaksi kelompok, serta keterampilan partisipasi sosial dan politis.
Keterampilan kedua menurut Djojo Suradisastra, dkk. (1993: 9) yaitu keterampilan yang berhubungan dengan pengorganisasian dan penggunaan informasi. Keterampilan ini terdiri dari keterampilan intelektual yang meliputi mengklasifikasikan informasi, menginterpretasi informasi, menganalisis informasi, mengikhtisarkan informasi, mensintesiskan informasi, dan mengevaluasi informasi. Ketiga, keterampilan pengambilan keputusan. Keempat, keterampilan yang berhubungan dengan hubungan interpersonal dan partisipasi sosial dan politis. Keterampilan ini meliputi keterampilan personal, keterampilan interaksi kelompok, serta keterampilan partisipasi sosial dan politis.
5. Pendekatan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Untuk membantu siswa Sekolah Dasar dalam meningkatkan kemampuan berpikir, Savage dan Amstrong (Sapriya, 2009: 80-91) mengembangkan lima pendekatan yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran IPS. Pendekatan yang dimaksud adalah inkuiri (inquiry approach), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berpikir kritis (critical thinking), kemampuan memecahkan masalah (problem solving), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Lima pendekatan tersebut dibahas di bawah ini. Sapriya (2009: 80) menjelaskan bahwa pembelajaran inkuiri memperkenalkan konsep-konsep untuk para siswa secara induktif.
Belajar menggunakan pendekatan inkuiri mencakup proses berpikir dari hal-hal yang khusus ke umum. Para siswa mempelajari contoh-contoh yang diberikan guru dan berusaha menyimpulkannya. Pendekatan yang kedua yaitu membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Menurut Sapriya (2009: 81) banyak teknik berpikir kreatif yang telah dikembangkan, salah satunya branstorming. Teknik ini diawali dengan penyajian sebanyak-banyaknya kemungkinan jawaban atas pertanyaan tanpa menilai terlebih dahulu apakah pernyataan atau jawaban itu tepat. Langkah dalam mengembangkan kecakapan berpikir kreatif adalah siswa diberi fokus masalah, siswa diminta mengembangkan pendapat secepat-cepatnya, siswa diperingatkan untuk tidak berkomentar dahulu terhadap komentar orang lain, guru atau pencatat menuliskan semua ide, guru menghentikan mendorong siswa berpendapat ketika siswa mulai mengendur, dan yang terakhir diskusi umum menyimpulkan pendapatpendapat yang sudah ada. Pendekatan pembelajaran IPS yang ketiga menurut Sapriya (2009: 87) yaitu mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Tujuan berpikir kritis adalah menguji pendapat atau ide, termasuk melakukan pertimbangan yang didasarkan pendapat yang diajukan. Adapun langkah dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis ini dijelaskan Sapriya (2009: 87) yang pertama guru menentukan topik masalah, kemudian guru mengajukan pertanyaan, guru bertanya lagi setelah siswa menjawab pertanyaan pertama, guru memberikan alternatif /kemungkinan jawabanjawaban itu dapat diterapkan terhadap masalah sebelumnya, dan yang terakhir siswa diminta mengambil keputusan apakah yang seharusnya menjadi langkah pertama dalam memecahkan suatu masalah. Pendekatan lain yang dapat digunakan yaitu teknik problem solving dan pengambilan keputusan.
Proses pembelajaran dengan teknik problem solving menurut sapriya (2009: 88-89) meliputi langkah-langkah mengenali masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, memilih dan menerapkan pendekatan, mencari kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Proses pembelajaran dengan pendekatan mengambil keputusan mengikuti langkah mengenal persoalan, memberikan jawaban alternatif, mendeskripsikan bukti yang mendukung setiap alternatif, mengenal nilai yang tersirat pada setiap alternatif jawaban, mendeskripsikan kemungkinan akibat yang muncul, membuat pilihan dari setiap alternatif, mendeskripsikan bukti dan nilai yang digunakan dalam membuat pilihan.
Guru dapat menggunakan berbagai pendekatan tersebut dengan menyesuaikan tujuan dan materi yang dipelajari. Pendekatan-pendekatan tersebut dapat melatih keterampilan berpikir siswa. Manfaat jika guru menggunakan pendekatan tersebut antara lain siswa dapat memahami materi lebih cepat dan pemahamannya akan semakin meningkat. Di sisi lain, dengan digunakannya pendekatan tersebut dalam IPS, maka keterampilan siswa dalam kehidupan sehari-hari juga dapat terlatih.
Belajar menggunakan pendekatan inkuiri mencakup proses berpikir dari hal-hal yang khusus ke umum. Para siswa mempelajari contoh-contoh yang diberikan guru dan berusaha menyimpulkannya. Pendekatan yang kedua yaitu membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Menurut Sapriya (2009: 81) banyak teknik berpikir kreatif yang telah dikembangkan, salah satunya branstorming. Teknik ini diawali dengan penyajian sebanyak-banyaknya kemungkinan jawaban atas pertanyaan tanpa menilai terlebih dahulu apakah pernyataan atau jawaban itu tepat. Langkah dalam mengembangkan kecakapan berpikir kreatif adalah siswa diberi fokus masalah, siswa diminta mengembangkan pendapat secepat-cepatnya, siswa diperingatkan untuk tidak berkomentar dahulu terhadap komentar orang lain, guru atau pencatat menuliskan semua ide, guru menghentikan mendorong siswa berpendapat ketika siswa mulai mengendur, dan yang terakhir diskusi umum menyimpulkan pendapatpendapat yang sudah ada. Pendekatan pembelajaran IPS yang ketiga menurut Sapriya (2009: 87) yaitu mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Tujuan berpikir kritis adalah menguji pendapat atau ide, termasuk melakukan pertimbangan yang didasarkan pendapat yang diajukan. Adapun langkah dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis ini dijelaskan Sapriya (2009: 87) yang pertama guru menentukan topik masalah, kemudian guru mengajukan pertanyaan, guru bertanya lagi setelah siswa menjawab pertanyaan pertama, guru memberikan alternatif /kemungkinan jawabanjawaban itu dapat diterapkan terhadap masalah sebelumnya, dan yang terakhir siswa diminta mengambil keputusan apakah yang seharusnya menjadi langkah pertama dalam memecahkan suatu masalah. Pendekatan lain yang dapat digunakan yaitu teknik problem solving dan pengambilan keputusan.
Proses pembelajaran dengan teknik problem solving menurut sapriya (2009: 88-89) meliputi langkah-langkah mengenali masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, memilih dan menerapkan pendekatan, mencari kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Proses pembelajaran dengan pendekatan mengambil keputusan mengikuti langkah mengenal persoalan, memberikan jawaban alternatif, mendeskripsikan bukti yang mendukung setiap alternatif, mengenal nilai yang tersirat pada setiap alternatif jawaban, mendeskripsikan kemungkinan akibat yang muncul, membuat pilihan dari setiap alternatif, mendeskripsikan bukti dan nilai yang digunakan dalam membuat pilihan.
Guru dapat menggunakan berbagai pendekatan tersebut dengan menyesuaikan tujuan dan materi yang dipelajari. Pendekatan-pendekatan tersebut dapat melatih keterampilan berpikir siswa. Manfaat jika guru menggunakan pendekatan tersebut antara lain siswa dapat memahami materi lebih cepat dan pemahamannya akan semakin meningkat. Di sisi lain, dengan digunakannya pendekatan tersebut dalam IPS, maka keterampilan siswa dalam kehidupan sehari-hari juga dapat terlatih.
Penilaian Pembelajaran IPS
Penilaian dalam pembelajaran IPS sebaiknya menggunakan penilaian berbasis kelas seperti yang dijelaskan Sa’dun Akbar dan Hadi Sriwiyana (2010: 268) bahwa penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang komprehensif dan terpadu yang mencakup proses dan hasil belajar siswa. Proses pengumpulan informasi tentang peserta didik dilakukan secara terus menerus. Teknik penilaian berbasis kelas menggunakan berbagai teknik
Prestasi Belajar IPS
1. Prestasi
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan/ dikerjakan (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 895). Anas Sudijono (2005: 434) menjelaskan prestasi disebut juga pencapaian peserta didik yang dilambangkan dengan sejumlah nilai-nilai hasil belajar. Prestasi dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan nilai akhir. Prestasi mencerminkan sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan bagi masing-masing mata pelajaran atau bidang studi.
2. Belajar Menurut Sugihartono, dkk. (2007: 74) belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Akan tetapi ternyata tidak semua perubahan perilaku tersebut merupakan hasil belajar. Artinya ada perubahan perilaku yang dipandang sebagai bukan hasil belajar. Adapun beberapa ciri-ciri perilaku belajar, yaitu perubahan tingkah laku terjadi secara sadar, perubahan bersifat kontinu dan fungsional, perubahan bersifat positif dan aktif, perubahan bersifat permanen, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Jadi dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku yang bersifat permanen, sadar, kontinu, positif, permanen dan bertujuan.
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 895). Menurut Agus Soejanto (1979: 12) prestasi belajar dapat dipandang sebagai pencerminan dari pembelajaran yang ditunjukkan oleh siswa melalui perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/ pemahaman, keterampilan, analisis, sintesis, evaluasi, serta nilai dan sikap. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran pada bidang tertentu yang diukur menggunakan tes kemudian dinyatakan dalam bentuk nilai.
4. Prestasi Belajar IPS
Dari kajian tentang prestasi belajar dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran pada bidang tertentu yang diukur menggunakan tes kemudian dinyatakan dalam bentuk nilai. Sedangkan IPS adalah kajian tentang manusia dan dunia di sekelilingnya. Pokok dari kajian IPS adalah hubungan antarmanusia. Latar telaahnya adalah kehidupan nyata manusia. Maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar IPS adalah hasil yang telah dicapai peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang diukur dengan menggunakan tes kemudian dinyatakan
F. Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Prestasi Belajar IPS
Dalam mempelajari mata pelajaran IPS dibutuhkan kemampuan membaca. Keterampilan membaca yang digunakan dalam IPS ada berbagai macam. Untuk itu, dalam belajar IPS siswa harus mampu memiliki kemampuan membaca. Seperti yang dijelaskan Jarolimek & Parker (Sapriya, 2009: 160) berikut ini. Ada sejumlah keterampilan membaca yang digunakan dalam IPS yaitu diharapkan siswa IPS adalah pembaca yang mampu:
a) membaca secara fleksibel,
b) menggunakan judul bab dan subbab sebagai alat bantu membaca,
c) menggunakan kunci kontekstual untuk mendapatkan makna,
d) menyesuaikan kecepatan membaca dengan tujuan,
e) menduga hubungan sebab akibat,
f) memahami bahan referensi bila perlu untuk memahami istilah – istilah kosa kata yang penting,
g) mencari data pada peta, chart, gambar, ilustrasi, dan menafsirkan data,
h) menggunakan bagian-bagian buku (seperti indeks, daftar isi, pengantar, dsb) sebagai alat bantu baca,
i) menunjukkan pilihan agar terbiasa dengan struktur ajar dan menerka pengertian umum,
j) menempatkan fakta dan menduga ide-ide utama,
k) membandingkan penjelasan yang satu dengan yang lainnya,
l) mengenal kalimat-kalimat topik, dan
m)menggunakan keterampilan untuk menemukan bahan kepustakaan.
c) menggunakan kunci kontekstual untuk mendapatkan makna,
d) menyesuaikan kecepatan membaca dengan tujuan,
e) menduga hubungan sebab akibat,
f) memahami bahan referensi bila perlu untuk memahami istilah – istilah kosa kata yang penting,
g) mencari data pada peta, chart, gambar, ilustrasi, dan menafsirkan data,
h) menggunakan bagian-bagian buku (seperti indeks, daftar isi, pengantar, dsb) sebagai alat bantu baca,
i) menunjukkan pilihan agar terbiasa dengan struktur ajar dan menerka pengertian umum,
j) menempatkan fakta dan menduga ide-ide utama,
k) membandingkan penjelasan yang satu dengan yang lainnya,
l) mengenal kalimat-kalimat topik, dan
m)menggunakan keterampilan untuk menemukan bahan kepustakaan.
Demikian banyak manfaat kemampuan membaca dalam mempelajari pelajaran IPS. Materi IPS sebagian besar berupa bacaan berisi fakta, konsep, dan generalisasi. Untuk mempelajari materi IPS membutuhkan kemampuan membaca yang tinggi. Jika siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, maka fakta, konsep, dan generalisasi pada mata pelajaran IPS akan lebih mudah dipahami. Ketika pemahaman siswa dalam mempelajari materi IPS tinggi, maka prestasi belajar IPS juga akan tinggi. Sehingga siswa yang mampu membaca pemahaman dengan baik, maka prestasi belajar IPS juga akan baik.
Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
1. Karakteristik Siswa SD Menurut Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (Conny R. Semiawan, 1999: 272) perkembangan pikiran terdiri dari 4 fase yaitu tahap sensomotorik (0 - 2:0 tahun), tahap preoperasional (2:1- 7:0 tahun), tahap operasional konkret (7:1 –11:0 tahun), dan tahap operasional formal (11:1 – 15:0 tahun). Siswa SD berada pada fase operasional konkret. Operasional konkret adalah suatu tindakan mental yang diputarbalikkan berdasarkan objek real dan konkret.
Operasi konkret memungkinkan anak-anak untuk mengkoordinasikan beberapa karakteristik daripada memfokuskan satu sifat tunggal atau suatu objek tertentu. Pada masa ini anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalahmasalah yang aktual, anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memcahkan masalah yang lebih konkret. Anak mampu berpikir logis meski masih terbatas pada situasi sekarang. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 35) menjelaskan ciri-ciri perilaku anak pada masa operasional konkret yaitu ide berdasarkan pemikiran dan membatasi pemikiran pada benda-benda dan kejadian yang akrab.
Ciri – ciri yang lain yaitu anak mulai berkurang rasa egonya dan mulai bersikap sosial, pemahaman tentang konsep ruang, kausalitas, kategorisasi, konversi, dan penjumlahan lebih baik. Keputusan anak tentang sebab akibat menjadi meningkat, mampu berpikir induktif, dan kemampuan berpikir ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat, memahami, dan memecahkan masalah (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 105- 107).
Operasi konkret memungkinkan anak-anak untuk mengkoordinasikan beberapa karakteristik daripada memfokuskan satu sifat tunggal atau suatu objek tertentu. Pada masa ini anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalahmasalah yang aktual, anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memcahkan masalah yang lebih konkret. Anak mampu berpikir logis meski masih terbatas pada situasi sekarang. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 35) menjelaskan ciri-ciri perilaku anak pada masa operasional konkret yaitu ide berdasarkan pemikiran dan membatasi pemikiran pada benda-benda dan kejadian yang akrab.
Ciri – ciri yang lain yaitu anak mulai berkurang rasa egonya dan mulai bersikap sosial, pemahaman tentang konsep ruang, kausalitas, kategorisasi, konversi, dan penjumlahan lebih baik. Keputusan anak tentang sebab akibat menjadi meningkat, mampu berpikir induktif, dan kemampuan berpikir ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat, memahami, dan memecahkan masalah (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 105- 107).
2. Ciri-ciri Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116) anak SD termasuk masa anak-anak akhir. Masa anak-anak akhir ini dibagi menjadi 2 fase yaitu : a) masa kelas rendah yang berlangsung antara usia 6/7 tahun - 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar, dan b) masa kelas tinggi yang berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar. Menurut kategori tersebut, siswa kelas IV termasuk fase kelas tinggi.
Adapun ciri-ciri siswa kelas tinggi menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116), adalah perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari, ingin tahu, ingin belajar dan realistis, timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus, anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah, anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Adapun ciri-ciri siswa kelas tinggi menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116), adalah perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari, ingin tahu, ingin belajar dan realistis, timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus, anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah, anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Penelitian yang Relevan
Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca dengan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas III SD segugus III kecamatan Temon kabupaten Kulon Progo. Adapun hubungan tersebut ditunjukkan dengan koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,243 dengan taraf signifikansi 0,015 (Siti Amanatun Musdariyah, 2011).
Kerangka Pikir
Kemampuan membaca di kelas IV sudah pada tingkat kemampuan membaca pemahaman atau pada keterampilan pemahaman bacaan dan tidak lagi hanya pada tingkat keterampilan mekanis saja. Pembelajaran kemampuan membaca khususnya kemampuan membaca pemahaman sebaiknya tidak dikesampingkan guru. Hal ini disebabkan karena kemampuan membaca pemahaman sebagai dasar untuk dapat memperoleh informasi. Informasi tersebut mendukung siswa dalam belajar siswa dalam mata pelajaran lain atau juga informasi yang berkaitan dengan kehidupan siswa secara langsung.
Kemampuan membaca pemahaman terdiri dari kemampuan menangkap makna yang tersurat dan juga makna yang tersirat, kemampuan mengolah bacaan, serta kemampuan menerapkan isi bacaan. Ketiga aspek kemampuan membaca pemahaman tersebut memiliki tujuan untuk memperoleh informasi. Informasi yang ada dalam bacaan dapat langsung diperoleh pembaca, tetapi adapula bacaan yang memerlukan pemahaman lebih untuk dapat memahami maknanya. IPS merupakan mata pelajaran yang berisi kumpulan informasi. Materi IPS sebagian besar bersifat abstrak. Materi IPS kelas IV SD berisi bacaan yang sudah memerlukan pemahaman untuk dapat menangkap informasi yang disajikan. Keterampilan yang dibutuhkan dalam IPS salahsatunya adalah keterampilan yang bertalian dengan informasi.
Dalam keterampilan ini, kemampuan membaca merupakan keterampilan yang utama. Pemahaman bacaan, perbendaharaan bahasa, dan kecepatan membaca merupakan bagian dari keterampilan membaca. Jika siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, maka konsep-konsep dalam IPS akan mudah dikuasai pula oleh siswa. Hal ini tentu mendukung prestasi belajar IPS siswa. Untuk mendapatkan prestasi belajar IPS yang baik, pendekatan inkuiri, kemampuan berpikir kreatif, kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan mengambil keputusan dapat dikembangkan karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Dalam kelima kemampuan tersebut tercakup aspek-aspek dari kemampuan membaca pemahaman. Aspek kemampuan membaca pemahaman literal dan interpretasi sangat mendukung siswa untuk dapat menemukan sendiri, berpikir kritis dan kreatif, memecahkan masalah, serta mengambil keputusan. Jika siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, siswa dapat mengembangkan kemampuan inkuiri (menemukan sendiri) konsepkonsep dalam IPS.
Dengan kata lain ketika siswa mampu membaca pemahaman, ia dapat belajar mandiri untuk menemukan konsep yang belum diketahuinya atau memantabkan konsep yang kurang dipahaminya. Dengan demikian materi IPS kelas IV yang sebagian besar hafalan akan lebih diingat dan dipahami. Evaluasi IPS ranah kognitif mencakup tingkat hafalan, pemahaman, dan aplikasi. Dalam evaluasi ini keterampilan membaca pemahaman juga dibutuhkan. Untuk dapat memahami soal siswa memerlukan pemahaman literal .
Kemampuan membaca pemahaman terdiri dari kemampuan menangkap makna yang tersurat dan juga makna yang tersirat, kemampuan mengolah bacaan, serta kemampuan menerapkan isi bacaan. Ketiga aspek kemampuan membaca pemahaman tersebut memiliki tujuan untuk memperoleh informasi. Informasi yang ada dalam bacaan dapat langsung diperoleh pembaca, tetapi adapula bacaan yang memerlukan pemahaman lebih untuk dapat memahami maknanya. IPS merupakan mata pelajaran yang berisi kumpulan informasi. Materi IPS sebagian besar bersifat abstrak. Materi IPS kelas IV SD berisi bacaan yang sudah memerlukan pemahaman untuk dapat menangkap informasi yang disajikan. Keterampilan yang dibutuhkan dalam IPS salahsatunya adalah keterampilan yang bertalian dengan informasi.
Dalam keterampilan ini, kemampuan membaca merupakan keterampilan yang utama. Pemahaman bacaan, perbendaharaan bahasa, dan kecepatan membaca merupakan bagian dari keterampilan membaca. Jika siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, maka konsep-konsep dalam IPS akan mudah dikuasai pula oleh siswa. Hal ini tentu mendukung prestasi belajar IPS siswa. Untuk mendapatkan prestasi belajar IPS yang baik, pendekatan inkuiri, kemampuan berpikir kreatif, kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan mengambil keputusan dapat dikembangkan karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Dalam kelima kemampuan tersebut tercakup aspek-aspek dari kemampuan membaca pemahaman. Aspek kemampuan membaca pemahaman literal dan interpretasi sangat mendukung siswa untuk dapat menemukan sendiri, berpikir kritis dan kreatif, memecahkan masalah, serta mengambil keputusan. Jika siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, siswa dapat mengembangkan kemampuan inkuiri (menemukan sendiri) konsepkonsep dalam IPS.
Dengan kata lain ketika siswa mampu membaca pemahaman, ia dapat belajar mandiri untuk menemukan konsep yang belum diketahuinya atau memantabkan konsep yang kurang dipahaminya. Dengan demikian materi IPS kelas IV yang sebagian besar hafalan akan lebih diingat dan dipahami. Evaluasi IPS ranah kognitif mencakup tingkat hafalan, pemahaman, dan aplikasi. Dalam evaluasi ini keterampilan membaca pemahaman juga dibutuhkan. Untuk dapat memahami soal siswa memerlukan pemahaman literal .
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Hipotesis Alternatif (Ha) ada korelasi positif antara kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar IPS siswa Kelas IV SD Negeri seKecamatan Kokap. 2. Hipotesis Nol (Ho) tidak ada korelasi positif antara kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar IPS siswa Kelas IV SD Negeri seKecamatan Kokap
Definisi Operasional Variabel
1. Kemampuan Membaca Pemahaman Kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan dalam memperoleh makna baik tersurat maupun tersirat dan menerapkan informasi dari bacaan yang melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.
2. Prestasi Belajar IPS Prestasi belajar IPS adalah hasil yang dicapai peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang diukur dengan menggunakan tes kemudian dinyatakan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar IPS yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek kogniti
0 Response to "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman "
Post a Comment