Makalah Analisis kurva kepuasan sama
MAKALAH ANALISIS KURVA KEPUASAN SAMA DOSEN PENGAMPU :RINA MANDARA HARAHAP,. MM MATA KULIAH : PENGANTAR EKONOMI MIKRO DI SUSUN O L E H Desi Athatullah (1142310187) Fachri Adha (1142310045) Irin Ariska Utami (1142310073)
SEMESTER / KELAS: IV/A FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK 2015/2016 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa penulis bersyukur atas tersusunnya makalah ini. Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada Rina Mandara Harahap., MM selaku dosen pengampu yang telah memberikan kami kesempatan untuk membahas Makalah ini. Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan kita semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Mikro. Dalam penulisan makalah ini kami juga mengalami banyak kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu yang kami miliki. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang terkait. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...
Pontianak, 20 April 2016
Daftar Isi Kata Pengantar............................................................................................................... ii Daftar Isi......................................................................................................................... iii Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1 C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 2 Bab II Pembahasan A. Definisi teori nilai guna ordinal................................................................... 3 B. Asumsi/Asas Teori nilai guna ordinal.......................................................... 3 C. Defini dan contoh kurva indifference (kurva kepuasan sama).................... 4-6 D. Garis Anggaran Pendapatan........................................................................ 6-9 E. Perubahan anggaran belanja akibat perubahan pendapatan & harga........... 9-12 Bab III Penutup A. Kesimpulan.................................................................................................. 13 B. Saran............................................................................................................ 13
Daftar Pustaka........................................................................................................... 14
BAB 1PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini konsumen dalam menentukan pilihan untuk menggunakan anggaran pendapatannya terkadang tidak lagi rasional. Dikarenakan tuntutan zaman yang mengharuskan konsumen menjaga image mereka di depan khalayak umum. Hal ini dapat menimbulkan suatu permasalah dikemudian hari dikarenakan konsumen tidak bijak dalam mengalokasi pendapatan yang dia miliki sehingga akan timbul hutang, perilaku konsumtive, perilaku criminal karena memikirkan membayar hutang dll. Teori Nilai Guna Ordinal dapat mendeskripsikan kepada konsumen bagaimana menggunakan anggaran pendapatan dengan bijak dan rasional. Dalam perhitungan nilai guna ordinal akan dicantumkan alternative pilihan dua barang/lebih yang konsumen dapat pilih. Perhitungan nilai guna ordinal menjadi penting karena dapat mendeskripsikan pilihan mana yang rasional sesuai dengan anggaran yang dibelanjakan untuk mendapatkan nilai kepuasan. Pada makalah ini kami pemateri akan coba menjelaskan definisi teori nilai guna ordinal, kurva kepuasan (utility) sama, kurva indifference (kepuasan sama), contoh garis anggaran pengeluaran dan akibat perubahan pendapatan dan harga terhadap pilihan konsumen dalam membelanjakan anggarannya sehingga tercapai nilai kepuasan (utility). Sehingga dapat sedikit menjawab permasalah yang sering ditemukan pada saat ini yaitu konsumen kurang rasional dalam mengalokasikan anggaran pendapatannya untuk memenuhi nilai kepuasan (utility). B. Rumusan Masalah 1. Apa itu teori nilai guna ordinal 2. Bagaimana analisis kurva kepuasan sama 3. Apa itu kurva kepuasan sama 4. Bagaimana contoh garis anggaran pengeluaran 5. Akibat perubahan pendapatan dan harga
C. Tujuan Penulisan 1. Untuk Menjelaskan teori nilai guna ordinal 2. Untuk Menjelaskan analisis kurva kepuasan sama 3. Untuk Menjelaskan kurva kepuasan sama 4. Untuk Menjelaskan bentuk garis anggaran pengeluaran 5. Untuk Menjelaskan dan menguraikan akibat perubahan pendapatan dan hargBAB II PEMBAHASAN A. Definisi Teori Nilai Guna Ordinal dalam perspektif optimalisasi kepuasan Teori nilai guna ordinal (TNGO) dengan kurva indifference mencoba menjawab apa yang menjadi keraguan pada teori nilai guna kardinal, yaitu mengukur kepuasan. Kalau dalam teori nilai guna kardinal kepuasan mengkonsumsi suatu barang penilaiannya bersifat subjektif (tergantung siapa yang menilai), yang tentu saja setiap orang memiliki penilaian yang berbeda, maka dalam teori nilai guna ordinal tingkat kepuasan diurutkan dalam tingkatan-tingkatan tertentu, misalnya rendah, sedang dan tinggi, dengan demikian setiap kepuasan yang diperoleh terukur. Untuk membantu memperjelas teori nilai guna ordinal digunakan kurva indifference (tak beda) dalam menganalisa tingkat kepuasan masing-masing individu sehubungan dengan mengkonsumsi dua macam barang dalam rangka memaksimumkan kepuasannya. Kurva indifference diajukan oleh hikcks dan allen ( sehingga terkadang penganut teori ini disebut sebagai hikcksan). B. Asumsi/Asas Teori Nilai Guna Ordinal Sebelum dilanjutkan membahas teori ini maka perlu dikemukakan beberapa asumsi/asas yang mendasari teori nilai guna ordinal yaitu : 1. Rasionalitas, dimana konsumen akan berusaha meningkatkan kepuasannya atau akan memilih tingkat kepuasan yang tertinggi yang bisa dicapainya (bila konsumen bisa mencapai A yang lebih besar dari B maka konsumen itu akan mengambil A) 2. Konveksitas, yaitu garis kurva indifference haruslah kontinyu (tidak terputus-putus) dan cembung atau cekung dari titik temu sumbu x dan Y (titik origin) 3. Nilai guna tergantung dari jumlah barang yang dikonsumsi 4. Transitivitas, yaitu konsumen akan menjatuhkan pada pilihan yang terbaik dari beberapa pilihan (bila A>B dan B>C, maka konsumen akan memilih A). 5. Berdasarkan asas/asumsi ke 4, maka kurva indifference tidak boleh bersinggungan atau saling berpotongan.
C. Definisi dan Contoh Kurva Indifference (kepuasan sama) Yang dimaksud dengan kurva indifference adalah kurva yang menggambarkan kombinasi dua macam input untuk menghasilkan output yang sama (yaitu kepuasan) Salah satu bentuk kurvanya adalah sebagai berikut : Kurva indifference pada berbagai tingkat kepuasan Gambar kurva Yang dimaksud dengan kepuasan sama adalah bahwa sepanjang kurva indifference yang pertama (KI1) misalkan, tingkat kepuasan konsumen adalah sama dimana saja (A, B atau C), hanya membedakannya adalah anggaran untuk mencapai kepuasan pada titik A tentu vn berbeda dengan di titik C. Sehingga konsumen harus cukup puas bila ternyata ia hanya mampu pada titik B misalkan. Demikian juga untuk KI2, anatara titik D dan F kepuasan adalah sama akan tetapi besaranya kepuasan antara KI1 dan KI2 tentu saja tidak sama, karena lebih tinggi dan anggarannya pun lebih besar. Dengan demikian berdasarkan kurva indifference pada gambar diatas : K/4 > KI3 > KI2 > KI1 KI1 = A = B = C KI2 = D = E = F A < D < G < H Teori Nilai Guna Ordinal menilai kepuasan atas konsumsi 2 macam barang di mana kombinasi antara 2 macam barang tersebut bisa Homogen berderajat 1 (misalnya U = X . . . . . ), bisa juga homogen berderajat lebih dari 1 tapi setara (misalnya U = X . . . . . . ), dan lain sebagainya. Yang pasti kedua macam barang haruslah dikonsumsi dengan cara mengkonmbinasi barang tersebut agar kepuasannya bisa mencapai titik optimum tertinggi (maksimum). Mengapa barang harus dikombinasikan? Tujuannya adalah konsumen dalam mengkonsumsi akan diberikan berbagai macam pilihan, dari pilihan itu konsumen akan dengan mudh menentukan konsumsi mana yang memberikan kepuasan tertinggi sehubungan dengan anggarannya. Dengan demikian bila misalkan daya beli dinyatakan dengan B = budget (anggaran), harga barang X dan Y dinyatakan dengan masing – masing sebagai Px dan Py, maka total barang yang dapat dibeli dengan anggarannya adalah : B = PxX + PyY, nilai kepuasan total dinyatakan sebagai kombinasi dasar yaitu U = X, Y, bila konsumen memiliki referensi nilai kepuasan yang akan diapai maka yang menjadi kendalanya adalah menentukan besaranya anggaran yang harus dimiliki. Sebaliknya bila konsumen telah memiliki anggaran maka yang menjadi tujuannya adalah menentukan berapa besaranya kepuasan yang bisa dicapai. Secara matematis untuk menentukan nilai X, Y atau B untuk tujuan optimalisasi konsumsi formula sederhannya adalah sebagai berikut : Dimana MU (x) marginal rate of subsititution atau sering disebut sebagai MRS, yaitu angka pengganti tambahan X dan Y atau sebaliknya. Maksudnya konsumsi atas kombinasi 2 macam barang tersebut akan selalu optimum bila setiap perubahan utiliti X akan menyebabkan terjadinya perubahan utiliti Y nilai sama dengan besarnya harga barang X dibagi dengan harga barang Y. Oleh karena itu di batasi anggaran, Maka MRS ini bersifat trade off yaitu seetiap penambahan X akan mengurangi Y tetapi tidak merubah nilai utiliti sepanjang harga barang X, harga barang Y dan anggaran tetap. D. Garis Anggaran Pendapatan Garis anggaran pendapatan dapat dilihat dicontoh kasus di bawah ini : Contoh : Bila diketahui si dedi memiliki yang sebesar Rp 120.000, ia ingin membeli barang X dan Y yang masing-masing harganya adalah Rp 5000 dan Rp 4000. Bila kualitas kepuasannya adalah merupakan kombinasi dari konsumsi barang X dan Y secara utuh, maaka beberapa banyakah barang X dan Y yang harus dibelinya agar kepuasannya maksimum dan berapa besar kepuasan optimumnya? Jawab, Diketahui : B = 120.000, Px = 5000, Py = 4000, U = X.Y Kendala si konsumen (fungsi anggaran) adalah = 120.000 = 5000X = 4000Y, Tujun kepuasan adalah (fungsi Utility) U = X.Y Untuk kasus seperti ini maka : X = B/2Px = 120.000/2.(5000) = 12 unit Y = B/2Py = 120.000/2.(4000) = 15 unit U = X.Y --- U =12*15 = 180 unit Kita dapat menguju rumus untuk menentukan anggaran untuk kasus ini sebagai berikut : U = 2√UPxPy --- U = 2√180x5000x4000 U = 2 x √3.600.000.000 U = 2 x 60.000 = 120.000 Dengan uang sebesar Rp 120.000, si dedi bisa mengoptimumkan kepuasannya dengan membeli X sebanyak 12 unit dan Y sebanyak 15 unit dan menghasilkan kepuasan sebesar 180 unit. Secara teoritis konsumsi si dedi ituu adalah yang paling rasional karena 120.000 = 5000(12) + 4000(15) Jadi dengan mengkonsumsi X sebanyak 12 unit dan Y sebanyak 15 unit si dedi mendapatkan kepuasan maksimum sebesar 180 unit. Yang menjadi pertanyaan adalah benarkah jumlah konsumsi X dan Y yang masing-masing sebesar 12 dan 15 unit adalah merupakan pilihan terbaik dari pola konsumsi yang lainnya? Untuk memperjalas persamaan ini baiklah kita buatkan ilustrasi dalam bentuk tabel di bawah ini : Ragam kombinasi yang menghasilkan kepuasan optimum
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa penulis bersyukur atas tersusunnya makalah ini.
Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada Rina Mandara Harahap., MM selaku dosen pengampu yang telah memberikan kami kesempatan untuk membahas Makalah ini.
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan kita semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Mikro.
Dalam penulisan makalah ini kami juga mengalami banyak kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu yang kami miliki. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang terkait. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...
Pontianak, 20 April 2016
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
A. Definisi teori nilai guna ordinal................................................................... 3
B. Asumsi/Asas Teori nilai guna ordinal.......................................................... 3
C. Defini dan contoh kurva indifference (kurva kepuasan sama).................... 4-6
D. Garis Anggaran Pendapatan........................................................................ 6-9
E. Perubahan anggaran belanja akibat perubahan pendapatan & harga........... 9-12
Bab III Penutup
A. Kesimpulan.................................................................................................. 13
B. Saran............................................................................................................ 13
Daftar Pustaka........................................................................................................... 14
Kombinasi | X | Y | U | B | 120.000 – B | Peringkat |
A | 1 | 180 | 180 | 725.000 | 605.000 | 7 |
B | 5 | 36 | 180 | 169.000 | 49.000 | 5 |
C | 10 | 18 | 180 | 122.000 | 2.000 | 2 |
D | 12 | 15 | 180 | 120.000 | 0 | 1 |
E | 15 | 12 | 180 | 123.000 | 3000 | 3 |
F | 20 | 9 | 180 | 136.000 | 16.000 | 4 |
G | 40 | 4.5 | 180 | 218.000 | 98.000 | 6 |
H | 180 | 1 | 180 | 904.000 | 784.000 | 8 |
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kombinasi konsumsi barang X dan Y dari A hingga H menghasilkan nilai kepuasan yang sama yaitu 180 unit akan tetapi selain kombinasi D, kombinasi yang lainnya menunjukan bahwa si dedi memerlukan anggaran yang lebih besar dari Rp 120.000. bila si dedi misalkan memilih kombinasii konsumsi dengan peringkat terbesar yaitu kombinasi H maka si dedi harus menambah anggarannya sebesar Rp 784.000, akan tetapi karena sistem peringkat yang digunakan sistem peringkat ordinal bukan kardinal, maka peringkat terbaik tentu saja adalah peringkat pertama (kesatu) sebab peringkat inilah yang paling rasional.
Perhatikan kembali tabel diatas, yang dimaksud dengan indifference aitu adalah kombinasi A hingga H karena semua kombinasi itu menghasilkan kepuasan yang sama yaitu sebesar 180 unit.
Misalkan si dedi kemudian dihadapkan pada pilihan kepuasan masing-masing sebesar A=180, B =210, C = 220, D = 300 dan E = 400 unit, yang manakah harus dipilih? Tentu saja adalah pilihan E karena inilah kepuasan dengan peringkat terbesar (karena E>D>C>B>A) dengan catatan si dedi memiliki anggaran untuk memenuhi kepuasan sebesar 400 unit itu. Bila ia tidak memilikinya ia digolongkan sebagai konsumen yang tidak rasional dan itu berarti tidak memenuhi salah satuu asumsi yang disyaratkan dalam teori ini.
Bila kasus si dedi dan data pada tabel diatas digambarkan kurvanya, hasilnya kira-kira sebagai berikut ini :
Gambar Kurva
Daerah yang diarsir adalah ruang komoditi sebesar 380 unit (1/2(24*30). Jumlah nilai guna yang bisa dimanfaatkan si dedi hanya sebesar 180 unit karena di batasi anggaran, harga barang X dan Y serta preferensi kepuasannya U, = X*Y. Bila misalkan pada kondisi di mana si dedi masih memiliki anggaran sebesar Rp 120.000, preferensi kepuasan/nilai guna tetap yaitu X*Y lalu harga barang X berubah (turun) harga barang Y tetap hingga 5 periode, maka besarnya kepuasan masing-masing periode tersebut tentu saja sepanjang lima periode tersebut. Kepuasannya selalu bertambah karena turunnya salah satu harga barang X atau Y menyebabkan kemampuan membeli barang X menjadi lebih banyak (ingat rasionalitas). Sebaliknya bila harga barang X atau Y atau kedua-duanya naik maka secara teoritis nilai guna yang di dapat si dedi relatif akan mengecil dibandingkan sebelumnya. Ilustrasi tabel berikut akan mempermudah pengertian ini.
E. Perubahan Anggaran Belanja sAkibat Perubahan Pendapatan dan Harga
Perubahan garis anggaran pendapat akibat perubahan pendapatan dan / harga dapat diilustrasikan dalam contoh kasus dibawah ini
Berbagai macam kemungkinan nilai guna berdasarkan anggaran dan tingkat harga barang
Harga barang X berubah (B) | Harga barang Y berubah (B) | Harga barang X dan Y berubah (C) | ||||||
Px | Py | U | Px | Py | U | Px | Py | U |
4500 | 4000 | 200 | 5000 | 3500 | 205,71 | 4500 | 3500 | 228,48 |
4000 | 4000 | 225 | 5000 | 3000 | 240 | 4000 | 3000 | 300 |
3500 | 4000 | 257,14 | 5000 | 2500 | 288 | 3500 | 2500 | 411,36 |
3000 | 4000 | 300 | 5000 | 2000 | 360 | 3000 | 2000 | 600 |
2500 | 4000 | 360 | 5000 | 1500 | 480 | 2500 | 1500 | 960 |
Dari tabel diatas ini dapat di baca bahwa nilai guna bagi konsumen akan meningkat seiring dengan terjadinya penurunan harga barang baik masing-masing maupun bersama-sama. Sebaliknya nilai guna akan semakin menurun/mengecil bila harga barang tersebut naik. Secara ordinal peringkat terbaik dari nilai guna untuk harga barang X yang turun adalah U = 360 unit. Bila harga barang Y turun sementara harga barang X tetap maka utiliti terbaik adalah U = 480. Dalam konteks rasional konsumen akan memilih barang yang lebih murah dari pada yang mahal, atau dengan kata lain permintaan akan naik bila harga turun (inililah satu alasan mengapa dalam hukum permintaan kurva permintaan itu memiliki slope negatif). Naik atau turunnya harga yang menyebabkan turun atau naiknya jumlah barang yang diminta sementara perubahan itu tidak menyebabkan berkurangnya pendapatan/anggaran inilah yang sering disebut sebagai efek pendapatan, mengapa? Karena bila harga barang X atau barang Y naik (harga Y atau X tetap) maka jumlah barang yang dapat dibeli semakin sedikit (seolah-olah pendapatan/anggaran berkurang), sebaliknya bila harga barang X atau Y turun maka seolah-olah pendapatan/anggaran naik). Misalkan saja untuk contoh pada pada harga X rurun menjadi sebesar Rp 2500 dari sebelumnya Rp 5000 sementara harga
Perubahan kurva akibat perubahan pendapatan dan harga
Gambar kurva
Pada gambar kurva diatas diketahui bahwa pada gambar A misalkan harga barang turun, sehingga kemampuan membeli barang X lebih banyak dan menggeser garis anggaran dari X1Y1 menjadi X1Y2. Kurva indifference juga bergeser daru K1s K1t. Sedangkan pada gambar B harga barang X tetap sedangkan harga barang Y naik, sehingga kemampuan membeli barang Y semakin sedikit akibatnya anggaran bergeser dari XIY1 menjadi X2Y2, sedangkan kurva indifference bergeser ke bawah dari K1 menjadi Menjadi K2. Bila harga barang X dan Y sama-sama berubah, maka garis anggaran akan bergeser, hal yang sama terjadi juga untuk anggaran karena bertambahnya pendapatan. Berikut disajikan kurvanya.
Gambar kurva
Pada gambar diatas, garis anggaran awal adalah X0Y0. Berubahnya pendapatan secara riel menyebabkan garis anggaran bergeser. Bila kedua harga barang (X dan Y) turun maka garis anggaran menjadi X1Y1 (semakin banyak barang X atau Y yang bisa dibeli), hal ini menyebabkan kurva indifference berubah dari KI1 menjadi KI3, di mana kepuasan optimum bergeser dari E1 ke E3. Bila kedua barang harganya naik maka garis anggaran bergeser menjadi X2Y2 (karena semakin sedikit barang X dan Y yang bisa dibeli). Dengan demikian pergeseran garis anggaran secara teoritas akan menggeser kurva indifference (untuk tingkat preferensi utility yang sama, kepuasan akan semakin kecil bila harga barang semakin mahal, karena jumlah barang yang dikonsumsi semakin sedikit). Pada setiap kombinasi paling optimum untuk masing-masing anggaran yang bergeser karena berubahnya harga dihubungkan oleh satu garis (kurva), kurva inilah yang dinamakan PCC (Price Consumption Curve).
Pada gambar kurva diatas garis anggaran awal adalah X0Y0, kepuasan maksimum (paling optimum) di E1 pada kurva indifference 1 (KI1). Bila pendapatan naik maka garis anggaran bergeser menjadi X3Y3 karena jumlah barang X dan Y yang bisa dibeli, dampaknya adalah kurva indifference bergeser dari E1 ke E3, sebaliknya bila pendapatan semakin menurun maka garis anggaran bergeser ke X2Y2 juga menggeser indifference dengan tingkat kepuasan maksimum pada E2. Garis yang menghubungkan kombinasi konsumsi X dan Y yang paling optimum dari masing-masing garis anggaran yang dipetakan oleh kurva indifference ini disebut ICC (Income Consumption Curve). Berdasarkan kedua kurva diatas dapat diketahui bahwa semua barang yang dibeli oleh konsumen digolongkan sebagai barang normal, yaitu barang yang permintaan atasnya naik bila pendapatan naik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori nilai guna ordinal berbeda dengan teori nilai guna cardinal, pada teori nilai guna ordinal nilai guna suatu barang tidak didasarkan pada 1 jenis barang saja tetapi didasarkan dua jenis barang yang berbeda karena dengan adanya barang berbeda konsumen dapat lebih leluasa memilih sehingga tercipta nilai kepuasan (utility).
Pada teori nilai guna ordinal terdapat kurva indifference yang maksudnya adalah dua jenis barang berbeda atau bahkan lebih dapat menghasilkan nilai kepuasan yang sama. Hanya saja banyaknya barang yang dikonsumi itu tidak sama antara barang A dengan barang B karena adanya keterbatasan pendapatan yang dimiliki.
Garis anggaran dapat dilihat dari ilustrasi kurva indifference dengan memperhitungkan banyaknya anggaran sehingga dapat dilihat variasi atau alternative yang mana yang dapat pilih oleh konsumen yang sesuai dengan anggaran yang dimiliki konsumen. Dengan memperhatikan kurva indifference kita dapat mengetahui pilihan mana yang konsumen dapat ambil sehingga konsumen dikatakan rasional.
Nilai utility (kepuasan) konsumen dapat berubah-ubah sesuai dengan pendapatan yang konsumen miliki dan harga barang dipasar. Dengan memperhatikan kurva indifference konsumen dapat menjelaskan ketika pendapatan naik maka pilihan mana yang konsumen dapat ambil begitu juga apabila harga dipasaran turun nilai kepuasaan (utility) konsumen dapat berubah-ubah sehingga konsumen dapat memperhitungkan dan terciptalah rasionalitas konsumen dalam memperoleh nilai kepuasan (utility)
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Putong, Iskandar. 2007. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007
0 Response to "Makalah Analisis kurva kepuasan sama"
Post a Comment