RINGKASAN


RINGKASAN

LATAR BELAKANG

Ringkasan (Precis) merupakan suatu cara yang efektif untuk mengungkapkan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Ringkasan bertolak dari suatu naskah asli, secara singkat. Maka dari itu ringkasan disebut reproduksi. 
Dalam ringkasan, gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan yang rinci dihilangkan. Sari karangan dibiarkan tanpa hiasan. Walaupun bentuknya ringkas, précis tetap mempertahankan pikiran pengarang dan pendekatannya yang asli. Seorang pengarang atau penulis sebuah ringkasan, berbicara dengan suara pengarang/penulis asli. Selain itu ringkasan juga tetap mempertahankan urutan isi karangan tersebut.


PEMBAHASAN

1.      Pengertian Ringkasan

Ringkasan berasal dan bentuk dasar “ringkas” yang berarti singkat, pendek dari bentuk yang panjang. Hal ini dipakai untuk mengatakan suatu bentuk karangan panjang yang dihadirkan dalam jumlah singkat. Suatu ringkasan disajikan dalam bentuk yang lebih pendek dari tulisan aslinya dengan berpedoman pada keutuhan topik dan gagasan yang ada di dalam tulisan aslinya yang panjang itu. Pekerjaan meringkas tersebut tidak ubahnya seperti pekerjaan memangkas-mangkas sebatang pohon yang rimbun, membuang-buang yang tidak perlu. Ranting-ranting yang tidak berfungsi lagi, pohon-pohon panjat yang menjalar di sepanjang batang dan dahannya, serta daun-daun yang tidak berguna lagi dibuang. Hasil ringkasan itu laksana sebatang pohon yang memiliki batang, cabang, dan ranting, serta daun yang diperlukan saja. Namun, esensinya sebagai sebatang pohon masih dipertahankan. Dengan demikian, sebuah ringkasan adalah sebuah karangan yang kehilangan hiasan, keindahan, ilustrasi, dan keterangan yang bertele-tele.

Penulis ringkasan harus memahami isi tulisan asli. Dia berbicara sebagai “penyambung lidah” penulis asli dengan karangannya yang lebih pendek. Akan tetapi, hasil ringkasannya itu dapat dipandang sebagai karangan yang bersudut pandang orang ketika sehingga gaya kalimat langsung dapat dijadikan kalimat tidak langsung dengan memanfaatkan kata bahwa dalam ringkasan itu. Sebaliknya, penulis ringkasan tidak dapat melepaskan dirinya dari diri penulis asli dalam hal kesan yang dimunculkan oleh ringkasannya itu. Oleh sebab itu, ringkasan tetap mempertahankan keberadaan isi bab per bab, bagian per bab dengan sangat memedulikan tata urutan yang ada di dapat karangan asli.


2.      Tujuan Membuat Ringkasan

Seorang siswa diserahi oleh guru sebuah cerita rakyat atau cerita kepahlawanan untuk dibaca oleh siswa tersebut. Dari bacaan itu diharapkan siswa tersebut dapat memahami isinya. Siswa diminta untuk menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri tentang isi cerita rakyat itu. Karena cerita aslinya itu memiliki alur lurus yang mudah diikuti, siswa dengan mudah menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri sesuai dengan alur cerita asli. Hasil penceritaan kembali oleh siswa tersebut merupakan suatu ringkasan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ringkasan cerita dapat dijadikan ukuran bagi guru untuk melihat seberapa jauh siswa dapat memahami cerita kepahlawanan yang dibacamya. Seorang siswa yang tidak memahami cerita yang dibacanya dengan baik, dia tentu tidak dapat menceritakan kembali apa yang dibacanya. Tentu, dia tidak dapat menulis ringkasan cerita itu.

Sebuah ringkasan dibuat atas kerja menyingkat atau memendekkan sebuah karangan yang panjang. Dia harus mampu memilah-milah mana gagasan yang utama dan mana gagasan yang bawahan. Ringkasan dibuat untuk membantu pembaca buku memahami buku yang panjang itu. Ringkasan membantu pembaca buku untuk membaca hal itu dalam waktu yang singkat dengan cara menghemat waktu.


3.      Cara Membuat Ringkasan

Beberapa hal dalam meringkas karangan perlu diperhatikan oleh penulis ringkasan. Yang perlu diketahui adalah bahwa ringkasan itu tidak akan terwujud andaikata penulis ringkasan tidak membaca buku asli dengan baik. Oleh sebab itu, langkah yang dilakukan oleh penulis ringkasan adalah:

a.       Membaca Naskah
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis ringkasan adalah membaca naskah asli. Pembacaan tersebut dapat dilakukan berkali-kali agar pembaca tersebut memahami benar-benar isi karangan itu. Kegiatan ini dapat berwujud dengan baik jika pembaca selalu menghubungkan bacaan itu dengan kesatuan bacaan, seperti selalu mengingat judul karangan, selalu memperhatikan daftar isi buku, dan selalu mengingat urutan bacaan.

Dalam membaca karangan itu pembaca tidak harus mengambil apa yang tersirat, tetapi lebih ditekankan pada hal-hal yang tersurat dan hubungannya dengan yang terirat. Maksudnya, pembaca tidak boleh terlalu jauh mengartikan apa yang tertulis dengan hal-hal yang dipikirkan oleh pembaca. Oleh sebab itu, pembaca harus memahami benar-benar apa yang dipikirkan oleh penulis di dalam tulisannya itu. Dengan membaca secara cermat apa yang tertulis itu, pembaca akan dapat mengetahui sudut pandang pengarang serta kesan umum yang ada di dalam tulisan itu.

b.      Mencatat Gagasan Utama
Pencatatan gagasan utama dimaksudkan adalah pencatatan bagian yang penting-penting. Gagasan utama itu dapat berupa inti bacaan. Umpamanya, jika tulisan itu merupakan perjalanan sejarah raja-raja suatu kerajaan yang diceritakan dengan berbagai gaya pemerintahannya, catatan itu dapat berupa nama raja dan tahunnya. Kemudian, catatan itu dapat berupa tempat-tempat kedudukan raja itu masing-masing. Hasil pencatatan ini dapat dipakai untuk menuliskan kembali ringkasannya sehingga catatan itu berguna untuk pemandu penuliasan itu. Dengan pencatatan itu dapat juga diketahui bagian mana yang perlu dan bagian mana pula yang tidak diperlukan di dalam menulis ringkasan. Jadi, pencatatan gagasan utama itu bertujuan untuk (1) mengendalikan pikiran pembaca dalam penulisan ringakasan, dan (2) memilah hal-hal yang penting dan tidak penting.

c.       Mengadakan Reproduksi
Mengadakan reproduksi dimaksudkan adalah menulis ringkasan yang telah dibaca itu. Penulisan ringkasan itu dapat dilakukan setelah melalui dua tahap pertama. Penulisan itu didasarkan urutan yang terdapat pada sumber asli atau karangan aslinya. Jadi, penulisan ringkasan tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi dilakukan sesuai dengan urutan tulisan aslinya. Oleh sebab itu, pada saat tahap pencatatan, sudah dapat digambarkan urutan paragraf tulisan asli itu. Dalam tulisan ringkasan ini kalimat-kalimat tulisan asli harus dihindari. Kalimat yang dipakai adalah kalimat penulis ringkasan itu sendiri. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa ringkasan itu adalah hasil penulisan sendiri terhadap suatu tulisan atau wacana. Guru pernah memerintahkan kepada siswa. “Coba kamu baca wacana ini. Kemudian, ceritakan kembali dengan bahasamu sendiri”. Hasil penceritaan kembali itu dapat disebut sebagai ringkasan.

Ringkasan yang dihasilkan itu sebaiknya memakai kalimat yang pendek-pendek. Kalimat-kalimat majemuk sebaiknya dihindari kalau tidak terpaksa. Ilustrasi yang penjelasan yang panjang dihilangkan. Kutipan langsung disampaikan dengan kutipan tidak langsung.

Ringkasan tidak boleh diisi dengan interpretasi sendiri. Orang yang meringkas itu tidak dapat menandakan gagasan sendiri dalam ringkasannya. Jika itu tidak dihiraukan, tentu ringkasan itu bukanlah ringkasan lagi namanya. Itu adalah opini. Sebuah ringkasan bukan opini.

Jika ringkasan menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal, ringkasan harus menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal. Dengan demikian, suatu dialog juga harus diringkas dengan memakai kalimat-kalimat berita dengan sudut pandang orang ketiga.

Biasanya suatu ringkasan ditentukan panjang ringkasan itu. Misalnya, ringkasan itu harus sebanyak 50% dari tulisan asli. Untuk itu, penulis ringkasan harus menghitung kata yang dipakai untuk menuliskan ringkasan itu.  


Contoh Ringkasan:


Judul               : Menyongsong Fajar Kemenangan Islam
Penulis            : Al Imam Muhammad Nashiruddin Al Albani Rahimahullah
Penyusun        : Syaikh Salim bin 'Ied al Hilali
Penerjemah     : Abu Sumayyah Beni Sarbeni, LC
Penerbit          : Media Tarbiyah
Cetakan          : Pertama/ November 2007
Halaman         : 125


Seperti telah kita ketahui bersama bahwa kaum muslimin sekarang ini telah ditimpa oleh kehinaan yang menyebabkan kaum muslimin lemah dihadapan umat yang lain. Padahal kondisi seperti ini tidak seharusnya terjadi. Menarik untuk diselidiki bagaimana kehinaan bisa menimpa kaum muslimin? Apa penyebabnya?
Setelah kita mengetahui penyebabnya, maka diharapkan kita bisa memberikan solusi atas keterpurukan ini. Untuk kemudian bisa melepaskan kehinaan yang menimpa kaum muslimin dan membawa kaum muslimin ke alam kejayaan sebagaimana telah dialami oleh generasi sebelumnya.

Buku ini merupakan karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani rahimahullah yang kemudian disusun ulang dan diberi catatan oleh murid beliau yaitu Syaikh Salim bin 'Ied al Hilali. Di dalamnya dijelaskan tentang penyebab keterpurukan yang dialami oleh kaum muslimin. Selanjutnya Syaikh memberikan solusi untuk mengatasi keterpurukan tersebut.

Syaikh Albani menerangkan di buku tersebut bahwa keterpurukan ini telah disketsakan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam dalam sebagian hadits-hadits tsabit, diantaranya:

"Jika kalian telah berjual beli dengan cara 'inah, kalian pun telah mengikuti ekor-ekor sapi, ridha terhadap pertanian dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian, yang (kehinaan tersebut) tidak akan bisa dicabut hingga kalian kembali kepada agama kalian." (As Silsilah Ash Shahiihah no. 11).

Syaikh Albani melanjutkan tentang penyebab keterpurukan ini, "Dalam hadits ini dapat kita ketahui bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam menyebutkan beberapa penyakit yang menyebar, bahkan meliputi kaum muslimin. Dalam hadits di atas beliau menyebutkan dua penyakit sebagai permisalan bukan untuk membatasi:

Penyakit pertama: Terjatuhnya kaum muslimin ke dalam berbagai perbuatan haram dengan berbagai siasat, padahal ia mengetahuinya.

Penyakit kedua: Dari perkara yang diketahui dan disepakati oleh kaum muslimin tentang penyimpangannya dari syariat Islam."

Untuk penyakit yang pertama, Syaikh Albani menyebutkan contohnya adalah 'inah, yang pada hakikatnya adalah pinjaman dengan tambahan. Dengan demikian termasuk dalam riba. Dalam hal ini Syaikh Albani berkata,

"Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam menyebutkan jual beli 'inah, hal ini hanya merupakan contoh, bukan pembatasan. Dengannya, beliau Shallallahu'alaihi wa sallam mengisyaratkan bahwa setiap perbuatan haram yang dilakukan oleh seorang muslim, lalu ia menganggapnya sebagai amalan halal dengan berbagai jalan takwil, maka akibatnya Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menghinakannya, dan Allah pun akan menghinakan kaum muslimin apabila perbuatan tersebut telah merebak dan menyebar di kalangan mereka."

Untuk penyakit yang kedua Syaikh Albani menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah sibuk dengan usaha dan berjalan di belakang gemerlapnya dunia. Kemudian lupa dengan kewajiban dan tenggelam dalam pertanian, peternakan, dan usaha yang lainnya. Dan diantara kewajiban yang dilupakan itu adalah jihad di jalan Allah.

Ini adalah penyebab kaum muslimin tertimpa kehinaan. Dan solusinya adalah "Hingga kalian kembali kepada agama kalian" sebagaimana disebut dalam hadits Nabi di atas.

Berkata Syaikh Albani,
"Sungguh, kita telah terjangkiti penyakit ini yang akhirnya menjadikan kita sakit, yakni kita berada dalam kehinaan. Karenanya, hendaklah kita mengambil obat yang disifati dan dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam, bahwa jika kita kembali kepadanya niscaya kehinaan itu akan Allah lenyapkan."

Untuk kembali kepada agama bukanlah perkara yang mudah. Bahkan ini perlu kerja keras.

Syaikh Albani melanjutkan,
"Jadi, saya tegaskan bahwa satu-satunya jalan adalah kembali kepada agama, namun -seperti diketahui oleh semua, khususnya orang-orang faqih- banyak sekali masalah dalam agama ini yang diperdebatkan, dan perbedaan ini tidak hanya terbatas pada sedikitnya masalah cabang, bahkan sebaliknya, perbedaan ini banyak terjadi dalam masalah 'aqidah ..."

Berkata Syaikh Albani menjelaskan yang dimaksud dengan kembali kepada agama,
"Lalu, agama bagaimana yang mesti dijadikan tempat kembali?! Apakah agama yang berdasarkan madzhab si fulan, atau madzhab lainnya? Dan perhatikanlah perbedaan yang terjadi diantara madzhab yang empat, yang kita katakan sebagai madzhab Ahlus Sunnah. Kemudian, agama manakah yang menjadi solusi agar kehinaan tersebut dilenyapkan dari kita? Padahal jika kita kembali kepada salah satu madzhab, maka kita akan mendapati beberapa masalah-masalah -bahkan puluhan atau ratusan masalah- yang menyelisihi Sunnah, jika sebagiannya tidak dikatakan menyelisihi Al Qur'an.
Karenanya, kami melihat bahwa perbaikan -yang harus dilakukan oleh setiap da'i dan orang-orang yang menyerukan tegaknya daulah Islamiyah dengan ikhlas- adalah memberikan pemahaman kepada diri mereka sendiri terhadap Islam sebagai langkah pertama.
Langkah kedua, memberikan pemahaman kepada umat akan hal itu, dan tidak ada jalan untuk kembali kepada Islam yang hakiki seperti yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kecuali dengan MEMPELAJARI AL QUR'AN DAN ASSUNNAH".

Pada beberapa halaman berikutnya Syaikh Albani menegaskan,
"Maka kembali kepada agama adalah kembali kepada Al Qur'an dan As Sunnah, karena itulah yang dimaksud agama berdasarkan kesepakatan para Imam, dan itulah jaminan agar kita tidak menyimpang dan tidak juga terjerumus ke dalam kesesatan. Oleh karena itu Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

"Aku telah tinggalkan dua hal bagi kalian di mana kalian tidak akan tersesat setelah (berpegang teguh kepada) keduanya; yaitu Kitabullah dan Sunnahku, dan keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya datang kepadaku di haudh (telaga)." (Shahiihul Jaami' no. 2937)."

Kemudian Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani berkata,
"Ungkapan terakhir dari saya tentang "Kembali kepada Agama" adalah:
Jika kita ingin mendapatkan kemuliaan dan terlepas dari segala kehinaan, maka tidak cukup dengan mewujudkan langkah yang telah saya isyaratkan sebelumnya, yakni tidak cukup hanya dengan meluruskan pemahaman, atau dengan melenyapkan berbagai pendapat yang menakwilkan dalil-dalil syar'i di kalangan para ulama dan ahli fiqh."

"Bahkan ada perkara lain yang sangat penting dari proses pemurnian, yaitu amal, karena sesungguhnya ilmu adalah media dalam mencapai pengamalan. Jika Anda mengenal seseorang yang berilmu dan ilmunya pun bersih lagi jernih, akan tetapi ia tidak mengamalkannya, maka sangat logis jika kita mengatakan bahwa ilmunya tidak berbuah. Oleh karena itu ilmu haruslah disertai pangamalan. Dan wajib bagi para ulama membina generasi muslim yang baru di bawah naungan ajaran Al Qur'an dan As Sunnah. Maka, tidak dibenarkan mereka membiarkan manusia berada di atas ajaran yang mereka dapat dari berbagai pemahaman yang salah, sebagian darinya merupakan kebathilan yang disepakati, dan sebagian lainnya diperdebatkan walaupun secara ijtihadi terdapat sisi kebenaran, akan tetapi sebagian dari ijtihad tersebut bertentangan dengan Sunnah."
"Pembinaan inilah yang akan membuahkan masyarakat Islam yang murni, dan pada akhirnya Daulah Islamiyah bisa ditegakkan. Tanpa dua pendahuluan ini, yaitu ilmu dan tarbiyah yang benar menuju pengamalan, maka mustahil –menurut keyakinan saya- Islam atau Daulah Islamiyah bisa tegak."



[EPILOG]
---------------
Membaca dan memahami dari apa yang diterangkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani rahimahullah, bahwa agar kaum muslimin bisa mencapai kejayaannya, tidak bisa ditempuh kecuali dengan kembali kepada agama Islam. Dan hal ini tidak bisa dicapai kecuali dengan kembali kepada Al Qur'an dan As Sunnah. Tentu saja yang dimaksud dengan As Sunnah adalah hadits-hadits yang sah yang bisa dijadikan pegangan.
Kemudian, bila kita telah sepakat untuk kembali kepada Al Qur'an dan As Sunnah, tentu kita harus meninggalkan pendapat-pendapat dari madzhab yang bertentangan dengan Al Qur'an dan As Sunnah. Pada ringkasan ini tidak saya sertakan contoh-contoh yang dibawakan oleh Syaikh Albani, semata-mata untuk ringkasnya tulisan ini.

Demikian secara sangat ringkas apa yang bisa saya kutip dari buku Menyongsong Fajar Kemenangan Islam. Saya berharap agar apa yang saya tuliskan ini mempunyai nilai di sisi Allah Jalla wa 'Ala dan mempunyai andil untuk kemenangan yang kedua setelah kemenangan yang pertama di tangan Muhammad al Fatih al Utsmani yang membebaskan negeri Konstantinopel. Amiin.


Ringkasan buku ini dibuat oleh Chandraleka
di Depok, 02 January 2008





SIMPULAN


Ringkasan adalah sebuah karangan yang kehilangan hiasan, keindahan, ilustrasi, dan keterangan yang bertele-tele. Suatu ringkasan disajikan dalam bentuk yang lebih pendek dari tulisan aslinya dengan berpedoman pada keutuhan topik dan gagasan yang ada di dalam tulisan aslinya yang panjang. Ringkasan dibuat untuk membantu pembaca buku memahami buku yang panjang.

Cara membuat ringkasan adalah:
a.       Membaca Naskah
Kegiatan ini dapat berwujud dengan baik jika pembaca selalu menghubungkan bacaan itu dengan kesatuan bacaan, seperti selalu mengingat judul karangan, selalu memperhatikan daftar isi buku, dan selalu mengingat urutan bacaan.
b.      Mencatat Gagasan Utama
Pencatatan gagasan utama itu bertujuan untuk mengendalikan pikiran pembaca dalam penulisan ringakasan, dan memilah hal-hal yang penting dan tidak penting.
c.       Mengadakan Reproduksi
Mengadakan reproduksi dimaksudkan adalah menulis ringkasan yang telah dibaca itu. Kalimat yang dipakai adalah kalimat penulis ringkasan itu sendiri. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa ringkasan itu adalah hasil penulisan sendiri terhadap suatu tulisan atau wacana.





DAFTAR PUSTAKA


Arifin, E. Zaenal & Tasai, S. Amran. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia, Jakarta: Akamedika Pressindo.




0 Response to "RINGKASAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel