STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya pendidikan bagi manusia di dalam kehidupan sehari-hari memang sudah tidak dapat dapat dipungkiri karena pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup. Pendidikan pada saat ini pun telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Makin maju ilmu pengetahuan mengakibatkan tiap generasi penerus harus lebih banyak untuk menjadi manusia terdidik.
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk perilaku dan kepribadian individu siswa agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu dan memiliki
keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai melalui pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, strategi mempunyai andil yang cukup besar dalam mencapai tujuan. Karena strategi menjadi sarana dan salah satu alat untuk mencapai tujuan, yaitu dengan materi pelajaran atau strategi pengajaran yang tersusun rapi dalam kurikulum pendidikan. Strategi pengajaran yang tidak tepat akan menjadi pengganggu kelancaran jalannya proses belajar. (Armai Arief, 2002: 109).
Tercapainya tujuan pendidikan juga sangat ditentukan oleh kondisi pembelajaran yang diciptakan oleh guru di dalam kelas. sudah sangat jelas bahwa para guru di setiap bidang studinya sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru pendidikan agama Islam (PAI) juga memiliki tanggung jawab yang sama. Namun, tidak hanya bertugas sebagai pengajar atau memberikan materi saja. Akan tetapi, guru pendidikan agama Islam (PAI) juga mempunyai tanggung jawab yang lebih berat yakni secara moral harus dapat membentuk sisswa agar dapat bertingkah laku dan bersikap positif serta penanaman nilai keagamaan sebagai aplikasi hasil belajar yang telah dilakukan dalam kelas.
Pada kurikulum KTSP yang baru ini, siswa dituntut berperan aktif dalam aktifitas belajar. ketika siswa pasif, atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan cepat melupakan apa yang telah diberikan.Tentunya, dalam hal ini guru harus dapat menerapkan strategi dengan menggunakan pendekatan belajar yang didukung dengan berbagai sumber belajar untuk dapat mengikat informasi yang telah diberikan dan menghasilkan hasil belajar siswa semakin meningkat.
Dalam hal ini, Wina Sanjaya (2008:228) mengemukakan bahwa, “Implementasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses pembelajaran tercantum dalam kurikulum saat ini bahwa dalam proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai sumber belajar”.
Pertimbangan dalam menggunakan strategi information search untuk pembelajaran agama Islam dikarenakan dalam kesehariannya pembelajaran agama Islam sangat membutuhkan reaksi hubungan timbal balik dan keterlibatan peserta didik untuk secara aktif mempraktekkan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Belajar aktif membantu untuk mempelajari sesuatu dengan baik, mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan mendiskusikannya dengan yang lain, peserta didik memecahkan masalah dengan sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba, dan mengerjakan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang harus mereka capai.
Berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan di SMPN 11 Pontianak. Letak yang sangat strategis, yakni di tengah pusat kota dan merupakan sekolah SMP yang ditunjuk sebagai sekolah IMTAQ. Sekolah tersebut juga telah menerapkan sistem pendidikan yang baru yakni kurikulum KTSP.
Di SMPN 11 telah tersedia sarana prasarana yang hampir memadai untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif. Seperti adanya ruang komputer, laboratorium, ruang multimedia yang di dalamnya terdapat alat peraga seperti OHP dan LCD. Kemudian, adanya perpustakaan yang sudah cukup lengkap dengan buku-bukunya, seperti buku paket tiap tingkatan kelas, ensiklopedi, beberapa macam kamus, Koran dan artikel-artikel. Selain itu, ada juga musholla yang sudah cukup lengkap dengan perlengkapan ibadah disertai al-Quran dan buku keagamaan.
Akan tetapi, realisasinya menunjukkan hasil yang kurang memuaskan dalam hasil belajar siswa. Hal ini terbukti masih banyak terdapat nilai hasil belajar siswa yang masih rendah. Hal ini dikarenakan karena terbatasnya pemahaman guru dalam menggunakan strategi aktif dalam pembelajaran.
Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa strategi dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran agama Islam merupakan faktor penting dalam menunjang tercapainya tujuan pembelajaran., maka perlu dilakukan suatu peningkatan dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, yaitu dengan menerapkan strategi mencari informasi (Information Search) dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) dalam proses pembelajaran.
Nasution. S (2008:18) mengatakan bahwa belajar berdasarkan sumber maksudnya adalah segala bentuk belajar yang langsung mengahadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu. Jadi, murid dapat belajar di dalam kelas, di ruang perpustakaan bahkan di luar sekolah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi mencari informasi ini dilakukan dalam proses pembelajaran tergantung pada sumber belajar apa yang digunakan oleh guru dan tidak semua materi dapat menggunakan strategi mencari informasi. Materi yang dapat digunakan dengan menerapkan strategi mencari informasi ini ialah materi yang memiliki banyak pertanyaan atau memiliki maslah yang dapat dicari jawaban atau penyelesaiannya secara berkelompok atau individual melalui sumber belajar yang ada, seperti pada materi Menghindari Perilaku tercela. Sebuah permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan oleh guru akan dijawab dan dibahas oleh siswa secara berkelompok atau individual melalui sumber belajar yang ada.
Sebelum peneliti melakukan penelitian tentang penerapan strategi mencari informasi (Information Search) dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber. Peneliti telah menemukan beberapa penelitian yang telah ada mengenai penelitian tentang penggunaan sumber belajar, seperti yang dikemukakan:Titin Herlinda (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Sumber Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam siswa SLTP 1 Kedul kec.Mukok kab Sanggau”. Disimpulkan bahwa sumber belajar pendidikan agama Islam yang digunakan di SLTPN q kedul kec.Mukok kab.Sanggau tahun 2003 termasuk dalam kategori “sedang”. Hal ini disimpulkan dari analisis deskriptif yang menghsilkan kecendrungan “sedang” sebesar 64,3 %, “tinggi” sebesar 17,39 %, dan “rendah” sebesar 18,048 %. Sedangkan prestasi belajar PAI siswa SLTPN 1 Mukok juga termasuk dalam ketegori “sedang”. Hal ini ditandai oleh hasil analisis deskriptif yang menunjukkan kecendrungan “sedang” 73,91 %, “tinggi” sebesar 10,87 %, dan rendah 15,022 %. Jadi terdapat pengaruh yang sangat signifikan yang ditimbulkan oleh sumber belajar terhadap prestasi belajar PAI.
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa penelitian tentang sumber belajar memang ada kesamaan tema. Namun, dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan penelitian mengenai penerapan dan pelaksanaan strategi mencari informasi (Information Search) dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber yang ada di sekolah.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk menerapkan strategi mencari informasi (Information Search) dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber karena belajar berdasarkan sumber (BBS) sangat tepat digunakan sekali apabila di lembaga sekolah tersebut memiliki fasilitas yang memadai. Peneliti yakin dengan menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber ini dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih optimal sesuai dengan kemampuan siswa pada mata pelajaran PAI di SMPN 11 Pontianak.
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi masalah secara umum dalyanam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Strategi Information Search Dengan Menggunakan Pendekatan Belajar Berdasarkan Sumber Pada Mata Pelajaran PAI di SMPN 11 Pontianak”.
Namun, masalah tersebut masih terlalu umum, sehingga untuk mempermudah dan mengarahkan penelitian ini perlu dibatasi dengan fokus penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hasil belajar siswa sebelum menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa sesudah menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
C. Tujuan penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kejelasan tentang seberapa jauh hubungan penerapan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber pada hasil pembelajaran PAI. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Hasil Belajar siswa sebelum menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
2. Hasil Belajar siswa sesudah menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
3. Peningkatan hasil belajar yang siginifikan setelah menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
D. Manfaat penelitian
Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermafaat bagi khazanah ilmu pengetahuan yang dapat menjadi bahan bacaan yang berkaitan dengan strategi information search.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan/bahan informasi bagi:
1. Bagi guru
Bagi guru dan pelaku pendidikan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan hasil belajar dikelasnya.
2. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
3. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi Memberikan sumbangan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas.
BAB II
PENERAPAN STRATEGI INFORMATION SEARCH, DENGAN
PENDEKATAN BELAJAR BERDASARKAN SUMBER,
DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PAI
A. Strategi Information Search
Seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik. Penggunaan suatu strategi pembelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas, dan etisiensi pencapaian tujuan pembelajaran.
Selain itu, pengembangan strategi dilakukan untuk menciptakan keadaan belajar yang lebih menyenangkan dan dapat mempengaruhi peserta didik. Sehingga, mereka dapat belajar dengan menyenangkan dan dapat meraih hasil belajar yang memuaskan.
Menurut Abu Ahmadi dan Joko Prasetya (1997:1) bahwa strategi mengajar dimaksudkan sebagai upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar,
Maksudnya agar tujuan pengajaran yang dirumuskan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil, guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pengajaran sedemikian rupa sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pengajaran.
Nana Sudjana (1995:147), mengatakan bahwa strategi mengajar adalah tindakan guru melaksanakan rencana mengajar. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa variable pengajaran (tujuan, bahan, metode, dan alat, serta evaluasi) agar siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, guru dituntut harus dapat menetapkan strategi pembelajaran apa yang paling tepat dan sesuai untuk tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran yang berkembang saat ini sangat banyak, contohnya strategi Information Search (mencari informasi) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam hal ini, pendekatan belajar berdasarkan sumber dipilih untuk menunjang kelancaran strategi information search. Karena tidak semua materi dapat menerapkan strategi information search. Jadi harus dipilih juga sumber apa yang cocok untuk materi tersebut.
1. Pengertian strategi information search
Menurut Hendi Burahman (2009), strategi mencari informasi (Information Search) adalah suatu strategi pembelajaran mencari informasi. Informasi dapat diperoleh melalui Koran, buku paket, majalah, atau ineternet. Hal tersebut digunakan agar siswa dapat memiliki informasi lebih tentang materi tersebut. Agar siswa aktif mencari informasi, maka guru membuat suatu permasalahan yang dituangkan di dalam LDS (lembar diskusi siswa).
Sedangkan Hisyam Zaini (2004), menjelaskan bahwa Strategi Information Search hampir sama dengan ujian open book. Dimana siswa secara individu atau berkelompok mencari informasi yang dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada mereka. Strategi ini sangat membantu pembelajaran yang dianggap kurang menarik. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh M.L. Silberman (2006), bahwa strategi ini bisa disamakan dengan ujian open-book. siswa dikelas mencari informasi yang menjawab pertanyaan yang diajukan kepada siswa. Strategi ini sangat membantu menjadikan materi yang biasa-biasa saja menjadi lebih menarik.
Pembelajaran dengan menerapkan strategi mencari informasi menekankan pada aspek kerjasama antar individu dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Inti pada pembelajaran dengan menggunakan strategi mencari informasi ini adanya saling kerjasama antar anggota kelompok, dimana setiap anggota kelompok mempunyai tanggungjawab secara individu sekaligus kelompok, sehingga dari perbedaan masing-masing individu dapat saling bertukar pikiran dan berinteraksi secara terbuka untuk menyelasaikan persoalan yang dihadapi.
Pencarian informasi ini dilakukan secara berkelompok kecil, yang bertujuan agar permasalahan pada materi tersebut terselesaikan dengan cepat, dan apabila ada siswa yang malu bertanya kepada guru, siswa dapat bertanya dengan teman sekelompoknya, sehingga terjadi tukar pendapat antar anggota kelompok.
2. Kelebihan dan kekurangan dari strategi information search
Penggunaan strategi mencari informasi ini memiliki kelebihan yaitu dapat membuat siswa memiliki informasi lebih tentang materi yang diajarkan serta siswa dapat memiliki daya berinkuiri dan saling bekerjasama. Menurut Hendi Burahman (2009), kelebihan dari strategi Information Search (mencari informasi) adalah sebagai berikut:
a. Siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga memiliki sedikit gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapat tambahan penjelasan dari guru
b. Siswa aktif bertanya dan mencari informasi
c. Materi apat diingat lebih lama
d. Kecerdasan siswa diasah pada saat siswa mencari informasi tentang materi tersebut tanpa bantuan guru
e. mendorong tumbuhya keberanian mengutarakan penapat secara terbuka dan memperluas wawasan melalui bertukar pendapat secara kelompok
f. Siswa belajar memecahkan masalah sendiri secara kelompok dan saling bekerjasama.
Hendi Burahman (2009) menjelaskan bahwa Kelemahan dari strategi information search adalah Peserta didik yang jarang memperhatikan atau bosan jika bahasan dalam strategi tersebut tidak disukai pelaksanaan strategi harus dilakukan oleh pendidik yang kreatif dan vokal, sedangkan tidak semua pendidik di Indonesia memiliki karakter tersebut. Tidak semua lembaga bisa melaksanakannya, karena fasillitas harus tersedia menjadi hambatan dengan berbagai pola pikir dan karakter peserta didik yang berbeda-beda.
Strategi information search (mencari informasi) juga akan membuat siswa mampu memberikan respon balik terhadap materi pembelajaran secara aktif, tidak harus menunggu informasi dari guru dan kegiatan pembelajaran pun jadi menyenangkan.
Jadi, strategi ini selain akan membuat materi yang akan diajarkan menjadi menarik, juga akan membuat siswa semakin aktif dan hasil belajar yang diinginkan pun dapat tercapai.
Namun, dibalik ada kelebihan juga ada kekurangannya dalam menggunakan strategi mencari informasi ini. seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa tidak semua lembaga bisa melaksanakannya karena fasilitas harus tersedia. Oleh karena itu, peneliti memilih SMPN 11 untuk dijadikan tempat penelitian karena fasilitas yang sudah hampir memadai untuk menerapkan berbagai strategi aktif, salah satunya yaitu strategi information search (mencari informasi).
3. Langkah-langkah pelaksanaan strategi information search
Strategi mencari informasi (Information search) ini cocok untuk meminimalisir kelemahan metode ceramah yang cenderung membosankan. Sudirman Tamin (2010) menjelaskan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Melakukan atau membuat panduan pertanyaan yang akan disajikan dalam mencari informasi seputar bahasan
b. Membagi kelas kedalam dua kelompok kecil
c. Memberikan panduan-panduan (key-words) kepada masing-masing kelompok
d. Meminta siswa mencari jawaban atau informasi tentang panduam pertanyaan
e. Meninjau kembali jawaban siswa (Feedback)
Menurut Penyu (2006), langkah-langkah strategi information search (mencari informasi) adalah sebagai berikut:
a. Buat beberapa pertanyaan yang dapat dijawab dengan mencari informasi dalam bahan bacaan. Bentuk bacaan: handout, dokumen, buku teks, informasi dari internet, dll
b. Bagikan pertanyaan tersebut kepada peserta didik
c. Minta siswa menjawab individual atau kelompok. Kompetensi dapat diadakan untuk meningkatkan partisipasi
d. Beri komentar atas jawaban yang diberikan siswa. Kembangkan untuk memperluas pembelajaran.
Hisyam Zaini (2004), menjelaskan bahwa langkah-langkah strategi information search, yakni sebagai berikut:
a. Buatlah pertanyaan yang dapat dijawab dengan mencari informasi yang dapat ditemukan dalam bahan-bahan atau sumber informasi yang bisa didapatkan oleh siswa dari handout, dokumen, buku teks, informasi dari internet, dll.
b. Bagikan pertanyaan tersebut kepada siswa
c. Minta siswa untuk menjawab pertanyaan dengan cara individual atau kelompok kecil
d. Beri komentar atas jawaban yang diberikan siswa. Kembangkan jawaban untuk memperluas skope pembelajaran.
Sedikit berbeda dengan penjelasan Hendi Burahman (2009), bahwa langkah-langkah strategi Informatin Search yakni Guru membuat suatu permasalahan yang mana dalam permasalahan tersebut siswa diminta untuk mencari informasi agar permasalahan tersebut dapat dipecahkan. Permasalahan ini dituangkan di dalam LDS (lembar diskusi siswa), dan LDS ini dikerjakansecara kelompok. Setelah siswa menyelesaikan LDS dengan waktu yang ditetapkan, kemudian guru meminta siswa untuk mempersentasikan jawaban tersebbut di depan kelas. Kelompok lain mendengarkan, melontarkan pertanyaan, dan menyanggahnya, sehingga terjadi diskusi di kelas.
Jadi untuk membuat agar pertanyaan yang diberikan sesuai dengan materi yang menerapkan strategi mencari informasi, maka buatlah pertanyaan yang mendorong peserta didik untuk menyimpulkan informasi yang tersedia. Untuk memvariasikan strategi informasi search ini dapat juga dengan memberi tugas seperti pemecahan masalah atau tugas dimana mereka harus mencocokkan atau merangkai kata-kata yang menyimpulkan point-point penting dari sumber bacaan.
B. Pendekatan Belajar Berdasarkan Sumber (BBS)
Saat ini sumber-sumber belajar beraneka ragam bentuknya. Sumber belajar tidak sama artinya dengan alat pengajaran. Kebanyakan guru tidak merasa perlu untuk membuat atau menggunakannya. Akan tetapi sumber belajar yang esensial harus digunakan oleh murid. Jadi sumber belajar ditujukan kepada murid, bukan kepada guru. Oleh karena itu dalam penerapan strategi mencari informasi (Information Search) menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber.
1. Pengertian pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS)
Menurut S.Nasution (2008), belajar berdasarkan sumber (resource-based learning) dimaksudkan segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu. Jadi dalam belajar berdasarkan sumber, guru bukan merupakan sumber belajar satu-satunya. Murid dapat belajar di kelas, dalam laboratorium, dalam ruang perpustakaan, dalam “ruang sumber belajar” (resourch-room) yang khusus atau bahkan diluar sekolah, bila ia mempelajari lingkungan berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu.
Cece Wijaya (1992), Beberapa sumber bisa dipergunakan untuk memudahkan belajar. Sumber ini disebut Instructional Material atau Resource. Di samping ini, ada Real-Wourld Resource, yakni sumber-sumber di luar yang dapat ditemukan dan dipergunakan untuk tujuan belajar. Jadi, sumber-sumber tersebut dapat di bagi menjadi ke dalam dua bagian, yakni :
1. Sumber yang telah di desain untuk tujuan belajar
2. Sumber yang dapat dipergunakan untuk tujuan belajar, yaitu sumber-sumber yang tidak di desain untuk tujuan belajar, namun bisa dipergunakan untuk tujuan belajar.
Selain itu masih banyak sekali sumber-sumber yang dapat guru gunakan untuk mendukung pembelajarannya. Seperti yang dikatakan Wina Sanjaya (2008: 230), bahwa macam-macam sumber belajar, yaitu Pesan, Orang, Bahan, Alat, dan Teknik.
Jadi, belajar berdasarkan sumber ini merupakan pendekatan belajar yang tidak hanya menggunakan guru sebagai sumber utama. Namun, semua yang ada, sebetulnya dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang dapat menambah pengalaman siswa dalam belajar.
2. Ciri-ciri Pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS)
S. Nasution (2008) mengatakan bahwa ciri-ciri belajar berdasarkan sumber, antara lain :
a. BBS (belajar berdasarkan sumber) berusaha memberi pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.
b. BBS berhasrat untuk mengganti pasivitas murid dalam belajar tradisional dengan belajar aktif didorong oleh minat dan keterlibatan diri dalam pendidikannya.
c. BBS berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, metode kerja, danmedium komunikasi yang berbeda dengan kelas konvensional yang mengharuskan murid-murid beljar yang sama dengan cara yang sama.
Dapat dikatakan bahwa sumber belajar yang dapat digunakan untuk pembelajaran itu tidak hanya satu, melainkan banyak sekali sumber-sumber lain yang mungkin terlupakan oleh guru yang mengajar. Pengajaran menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber ini tidak mengutamakan bahan pelajaran yang harus dikuasai, tidak mengahruskan bahan yang sama. Akan tetapi, mementingkan kemampuan untuk meneliti, mengembangkan minat, penguasaan berbagai ketrampilan termasuk ketrampilan berpikir analitis agar mereka mendapat kepercayaan akan diri sendiri untuk belajar sendiri.
C. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI)
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Belajar bukan merupakan kegiatan menghafal dan bukan pula mengingat.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 1987: 28).
Dalam proses belajar dan mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar dan mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pembelajaran, sehingga proses atau kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Hasil belajar dalam kontesktual menekankan pada proses yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Nilai siswa diperoleh dari penampilan siswa sehari-hari ketika belajar. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara misalnya, proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dan tes (Depdiknas: 2002).
Pembelajaran merupakan suatu usaha dasar yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, sehingga perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat terwujud. Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian hasil belajar dapat dilihat dari hasil yang dicapai siswa, baik hasil belajar (nilai), peningkatan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah perubahan tingkah laku atau kedewasaannya.
Horward Kysley dalam Sudjana (1990: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motorik.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative (Sudjana, 1990: 22).
Hasil belajar biasanya dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis (Sudjana, 1987: 39-40).
Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadari. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran yaitu tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar dan mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran.
Soedijarto (1998) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Hasil belajar dalam rangka studi meliputi kawasan kognitif, afektif dan kemampuan seorangan pelajar.
Sedangkan Nana Sudjana (1998) Mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. menurutnya terdapat tiga hasil belajar, yaitu Tipe hasil belajar kognitif, Tipe hasil belajar afektif dan Tipe hasil belajar psikomotorik.
Dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran ranah tertentu diperlukan prinsip pembelajaran yang tidak sama, terutama prinsip yang mengatur prosedur dan pendekatan pembelajaran itu sendiri (Sugandi, dkk, 2004:11).
Hasil belajar memiliki peran penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Penilaian hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan belajar dalam upaya mencapai tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar mengajar. Jadi, Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar formatif yang berbentuk ranah kognitif. Aspek materinya yang digunakan untuk mengukur hasil belajar tersebut ada dua aspek yaitu, Aqidah tentang Menghindari perilaku ananiyah, dan menghindari perilaku gadab, dan Fiqih mengenai Memahami hukum Islam tentang hewan sebagai sumber bahan makanan.
D. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional No.20 (2003) menjelaskan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.
Menurut kurikulum PAI (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004) Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenai, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Sedangkan menurut Zakiah Drajat (Abdul majid dan Dian Andayani,2004) Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran yang telah ditentukan untuk mncapai tujuan yang telah ditetapkan.
Mengacu dari beberapa pendapat tersebut, maka proses belajar dan mengajar yang aktif ditandai adanya keterlibatan siswa secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosionalnya. Pelajaran PAI misalnya diperlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar dan mengajar sehingga keterlibatan siswa dapat optimal, yang pada akhirnya berdampak pada perolehan hasil belajar. Hal tersebut, sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari, siswa tidak pernah lepas PAI , yang dekat dengan aktivitas kehidupan mereka.
2. Karakteristik pendidikan Agama Islam
Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu yang dapat membedakannya dengan mata pelajaran lainnya. Begitu juga halnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), khususnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Adapun karakteristik mata pelajaran PAI di SMP adalah sebagai berikut:
a. PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam, sehingga PAI merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam.
b. Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang bertujuan untuk pengembangan moral dan kepribadian peserta didik. Semua mata pelajaran yang memiliki tujuan tersebut harus seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran PAI.
c. Diberikannya mata pelajaran PAI, khususnya di SMP, bertujuan untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., berbudi pekerti yang luhur (berakhlak yang mulia), dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya, sehingga dapat dijadikan bekal untuk memelajari berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut.
d. PAI adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik dapat menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih menekankan bagaimana peserta didik mampu menguasai kajian keislaman tersebut sekaligus dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, PAI tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah pada aspek afektif dan psikomotornya.
e. Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Quran dan al-Sunnah/al-Hadits Nabi Muhammad Saw. (dalil naqli). Dengan melalui metode Ijtihad (dalil aqli) para ulama mengembangkan prinsip-prinsip PAI tersebut dengan lebih rinci dan mendetail dalam bentuk fiqih dan hasil-hasil ijtihad lainnya.
f. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman; syariah merupakan penjabaran dari konsep islam, syariah memiliki dua dimensi kajian pokok, yaitu ibadah dan muamalah, dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian 3 keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti Ilmu Kalam (Theologi Islam, Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan pengembangan dari aqidah, Ilmu Fiqih yang merupakan pengembangan dari syariah, dan Ilmu Akhlak (Etika Islam, Moralitas Islam) yang merupakan pengembangan dari akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata pelajaran di SMP.
g. Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI di SMP adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia (budi pekerti yang luhur). Tujuan ini yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad Saw. di dunia. Dengan demikian, pendidikan akhlak (budi pekerti) adalah jiwa Pendidikan Agama Islam (PAI). Mencapai akhlak yang karimah (mulia) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Hal ini tidak berarti bahwa pendidikan Islam tidak memerhatikan pendidikan jasmani, akal, ilmu, ataupun segi-segi praktis lainnya, tetapi maksudnya adalah bahwa pendidikan Islam memerhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti juga segi-segi lainnya. Peserta didik membutuhkan kekuatan dalam hal jasmani, akal, dan ilmu, tetapi mereka juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, perasaan, kemauan, cita rasa, dan kepribadian. Sejalan dengan konsep ini maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah mengandung muatan pendidikan akhlak dan setiap guru haruslah memerhatikan akhlak atau tingkah laku peserta didiknya.
PAI merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh setiap peserta didik, terutama yang beragama Islam, atau bagi yang beragama lain yang didasari dengan kesadaran yang tulus dalam mengikutinya. Itulah gambaran tentang karakteristik Pendidian Agama Islam (PAI) pada umumnya dan mata pelajaran PAI di SMP pada khususnya yang dapat dikembangkan oleh para guru PAI dengan variasi-variasi tertentu, selama tidak menyimpang dari karakteristik umum ini. Dengan berpedoman kepada panduan ini, para guru PAI atau sekolah diharapkan dapat melakukan pengembangan silabus mata pelajaran PAI di SMP dengan mudah dan variatif.
3. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
a. Al Qur’an dan Hadits
b. Aqidah Akhlak
c. Fiqih
d. Tarikh dan Kebudayaan Islam.
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Aadapun materi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah materi aspek aqidah ahklak tentang perilaku tercela yakni dendam dan munafik.
E. Pelaksanaan Strategi Information Search dengan Menggunakan Sumber Belajar pada Pembelajaran PAI
Strategi mencari informasi (Information Search) adalah suatu strategi pembelajaran mencari informasi. Informasi dapat diperoleh melalui Koran, buku paket, majalah, atau ineternet. Hal tersebut digunakan agar siswa dapat memiliki informasi lebih tentang materi tersebut. Agar siswa aktif mencari informasi, maka guru membuat suatu permasalahan yang dituangkan di dalam LDS (lembar diskusi siswa). Pencarian informasi ini dilakukan secara berkelompok kecil, yang bertujuan agar permasalahan tersebut terselesaikan dengan cepat, dan apabila ada siswa yang malu bertanya kepada guru, siswa dapat bertanya dengan teman sekelompoknya, sehingga terjadi tukar pendapat antar anggota kelompok.
Sedangkan Belajar Berdasarkan Sumber (resource-based learning) dimaksudkan segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu.
Penerapan strategi mencari informasi dalam pembelajaran PAI dapat memberikan keuntungan positif dimana siswa dapat bekerjasama dalam kelompoknya untuk saling bertukar pendapat dalam memahami konsep materi yang disajikan dalam uraian teks. Setelah siswa memahami persoalan, selanjutnya setiap kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih dapat saling bekerjasama dan bertukar pendapat dalam menyelesaikan persoalan yang terdapat dalam lembar kerja. Walaupun pembelajaran ini dilakukan secara berkelompok namun setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri, selanjutnya antar anggota kelompok dapat saling berbagi pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah.
Mata pelajaran PAI sebagian besar pelajarannya adalah berupa uraian teks, sehingga siswa diharapkan mampu untuk memahami bacaan dengan baik dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar tercapai tujuan pembelajaran karena kegiatan belajar tidak dapat terlepas dari kegiatan membaca.
Oleh karena itu penerapan strategi mencari informasi (Information Search) dalam pembelajaran PAI diharapkan akan lebih mempermudah memahami materi. Siswa dituntut untuk saling bekerjasama dalam memecahkan persoalan, namun masih mempunyai tanggung jawab perseorangan
Langkah-langkah penerapan strategi mencari informasi dalam pembelajaran PAI diuraikan dalam table dibawah ini:
Langkah Kegiatan Guru
1
Guru merancang program pembelajaran
1. Guru mempertimbangkan dan menerapkan target pembelajaran
2. Guru membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijadikan persoalan pada materi yang akan diajarkan
2
Aplikasi pembelajaran di kelas 1. Guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi siswa dalam belajar
2. Guru menjelaskan pokok-pokok materi
3. Guru membimbing siswa untuk membuat kelompok
4. Guru membagikan lembar kerja siswa
5. Guru memberikan informasi tentang langkah-langkah strategi mencari informasi (Information Search)
6. Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dibuat guru untuk menyelesaikan persoalan yang ada pada materi yang diajarkan.
3
Pengarahan 1. Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual ataupun kelompok pada saat mereka melakukan kegiatan mencari informasi (information search)
2. Guru melakukan kegiatan observasi terhadap kegiatan siswa.
4
Evaluasi 1. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari dan masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
F. Kaitan Penerapan Strategi Information Search dengan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI
Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Untuk mendewasakan manusia, maka diperlukan suatu proses dimana suatu proses diperlukan metode atau strategi tertentu sehingga orang akan memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan. Sehingga dalam upaya pengajaran dan pelatihan diperlukan peran aktif dari seluruh komponen pendidikan, baik dari siswa, guru, ataupun pihak lain yang mendukung dalam proses pengajaran.
Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan (Syah, 2006:223) karena peranan penting guru dalam proses belajar mengajar ialah sebagai direktur belajar, dimana setiap guru harus pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegaiatan belajar mengajar.
Permasalahan yang dihadapi oleh siswa di SMPN 11 Pontianak adalah kesulitan dalam mencapai hasil belajar yang baik.
Dari sekian banyak strategi aktif, strategi information search (mencari informasi) merupakan salah satu strategi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan strategi ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan belajar siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru
Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan menerapkan strategi Information Search, siswa tidak hanya mendengar materi saja, melainkan siswa lebih menjadi aktif karena diminta menjawab pertanyaan guru dengan mencari informasi dari sumber belajar yang ada. Sehingga siswa pun akan dapat mencapai hasil belajar yang baik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan strategi information search (mencari informasi) dengan menggunakan sumber belajar yang ada pada mata pelajaran PAI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Basuki Wibowo (2004) dalam bukunya “Penelitian Tindakan Kelas” menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai “aksi” atau tindakan yang dilakukan oleh guru/pelaku, mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Susilo (2007) dalam bukunya “Penelitian Tindakan Kelas”, menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.
Sejalan dengan pengertian di atas, Fahrul Razi Salim (2005) dalam penelitiannya tentang “Model Pembelajaran Mandiri melalui Penggunaan Lembar Kerja Mahasiswa” dengan menggunakan penelitian yang sama, yakni Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom action research (CAR). Beliau menggabung desain penelitian ini menjadi tiga tahapan yakni: tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan, dan tahap refleksi. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Kurt Lewin (Ali Hasmy, 2009:39) bahwa konsep pokok action research (penelitian tindakan) dalam penelitian ini terdiri dari empat komponen yaitu: tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan an tahap refleksi. Dalam hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Acting
Planning Observing
Reflecting
Model Action Research Kurt Lewin
Dari beberapa pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu: (1) Perencanaan Tindakan (Planning), (2) Pelaksanaan Tindakan (Acting), (3) Pengamatan (Observing) dan Refleksi (Reflecting). Namun sebelumnya, Directorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Basuki Wibawa, 2004:35) menjelaskan baha tahapan ini diawali oleh suatu tahapan Pra-PTK, yang meliputi: Identifikasi masalah, analisis masalah, rumusan masalah dan rumusan hipotesis tindakan.
Dalam hal ini, tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat digambarkan sebagai berikut:
tahapan Pelaksanaan PTK
Dari figur di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahapan Pra PTK
Pada tahap ini, peneliti dan guru PAI melakukan identifikasi masalah yakni permasalahan yang dirasakan dalam proses kegiatan belajar mengajar dikelas. Dalam hal ini, permasalahan yang peneliti temukan adalah permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa yang ditinjau dari pengaruhnya terhadap pembelajaran. Kemudian masalah yang ditemukan tersebut dirumuskan secara komprehensif, yang selanjutnya barulah rumusan hipotesis tindakan dibuat.
Dari tahapan Pra-PTK tersebut, maka masalah dapat dirumuskan (sebagaimana telah dipaparkan pada bagian pendahuluan) sebagai berikut:
a. Masih banyak terdapat hasil belajar siswa yang masih rendah
b. Masih terbatasnya sikap dan pemahaman guru PAI dalam menggunakan strategi dan mengembangkan sumber belajar yang ada untuk digunakan dalam pembelajaran.
Berangkat dari tahapan Pra-PTK inilah, kemudian tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dimulai.
2. Tahapan Perencanaan Tindakan (Planning)
Basuki Wibawa (2004) mengemukakan bahwa “Rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan penelitian tindakan kelas, mulai dari materi/bahan ajar, rencana pembelajaran yang mencakup mtode/teknik mengajar, serta teknik dan instrument observasi/evaluasi dipersiapkan secara matang pada tahapan perencanaan ini”.
Pada tahap ini, ada tiga siklus yang akan direncanakan untuk dilaksanakan pada tahapan pelaksanaan tindakan (action). Adapun ke-3 siklus tersebut, yakni sebagai berikut:
1) Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Rencana tindakan dalam penelitian ini diawali dengan melakukan kajian pendahuluan yaitu dengan mengkaji permasalahan yang terkait dengan kegiatan pembelajaran. Dimana peneliti dan guru PAI secara kolaboratif dalam menyusun rancangan pembelajaran yang terkait dengan penerapan strategi information search (mencari informasi) dengan menggunakan sumber belajar yang ada.
Dalam membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi information search, terlebih dahulu peneliti mengumpulkan perangkat yang dibutuhkan seperti: Rencana pembelajaran yang dimiliki oleh guru PAI, bahan ajar, dan sumber belajar yang akan digunakan. Setelah semua perangkat terkumpul, selanjutnya peneliti membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi Information search yang meliputi pembuatan soal yang tertuang dalam LKS (lembar kerja siswa). Kemudian hasil rancangan tersebut didiskusikan dengan guru sehingga diperoleh kesepakatan tentang rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dikelas. Adapun materi pelajaran yang akan diajarkan dengan menggunakan strategi Information search adalah sebagai berikut :
No Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Pencapaian
1 Menghindari perilaku dendam Perilaku tercela (dendam) 1. Menjelaskan pengertian perilaku dendam.
2. Menjelaskan bahaya negatif dari dendam.
3. Menunjukkan dalil naqli yang terkait dengan dendam.
4. Menjelaskan ciri-ciri pendendam.
5. Menjelaskan cara menghindari perilaku dendam dalam lingkungan keluarga.
6. Menjelaskan cara menghindari perilaku dendam dalam lingkungan sekolah.
7. Menjelaskan cara menghindari perilaku dendam dalam lingkungan masyarakat.
2 Menghindari perilaku munafik Perilaku tercela (munafik) 1. Menjelaskan pengertian perilaku munafik
2. Menjelaskan bahaya negatif dari munafik.
3. Menunjukkan dalil naqli yang terkait dengan munafik.
4. Menjelaskan ciri-ciri munafik.
5. Menjelaskan cara menghindari perilaku munafik dalam lingkungan keluarga.
6. Menjelaskan cara menghindari perilaku munafik dalam lingkungan sekolah.
7. Menjelaskan cara menghindari perilaku munafik dalam lingkungan masyarakat.
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Tindakan pertama akan dilakukan sesuai dengan jadwal dan kesepakatan guru yang mengajar. Seperti pembelajaran biasanya, pembelajaran biasanya akan diawali dengan lafadz salam dari guru dan do’a bersama oleh siswa sebelum pembelajaran dimulai. Langkah berikutnya, guru memberikan motivasi awal, serta menyampaikan pokok bahasan/sub bahasan. Kemudian, guru memberikan pretest kepada siswa terkait dengan materi yang akan dibahas. Dalam penyampaian materi, guru menggunakan strategi mencari informasi dengan memberikan sebuah permasalahan yang harus didiskusikan oleh siswa dengan mencari informasi yang ada. Guru memotivasi siswa agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Langkah selanjutnya, guru memberikan post test kepada siswa berkenaan dengan materi yang telah dipelajari. Post Test diberikan sama dengan test yang diberikan pada Pretest.
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru mengingatkan kepada siswa yang jika ada nilainya kurang dari 75% (tidak tuntas), maka akan dilakukan remedial. Kegiatan perbaikan (remedial) dilakukan pada pertemuan minggu berikutnya.
c. Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan ini, peneliti akan melakukan pemantauan dan pencatatan atas apa yang peneliti lihat dan didengar. Dalam hal ini, pada tahap pelaksanaan penelitian, proses pembelajaran PAI menggunakan instrument pengumpulan data yang telah ditetapkan yakni dengan menggunakan lembar/pedoman observasi dengan dilengkapi catatan lapangan, Preetest dan Postest sehingga diperoleh seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan.
d. Reflaksi (Reflcting)
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang hingga permasalahan dapat teratasi (Hopkins dalam Suhardjono, 2006 :80)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Secara umum, pada tahapan ini apabila rancangan pembelajaran telah dilaksanakan sepenuhnya. Namun, ada beberapa hal yang perlu didiskusikan lebih lanjut dan disepakati kembali antara peneliti dan guru untuk pengembangan pebelajaran pada minggu berikutnya, guna memperoleh hasil belajar siswa yang lebih baik lagi.
Pada akhir pelajaran, guru juga diharapkan untuk mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi pelajaran yang akan dibahas pada minggu berikutnya. Dan pada akhirnya siswa akan dapat memperoleh nila yang lebih baik lagi.
2) Siklus Kedua
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan segala perangkat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya berupa: Rencana persiapan pembelajaran, bahan ajar/materi. Disamping itu, peneliti juga membuat LKS pada saat menggunakan strategi mencari informasi yang aka dilakukan dalam pembelajaran seperti yang telah dilakukan pada perencanaan minggu lalu.
Hasil refleksi dari tindakan sebelumnya, juga menjadi pdoman bagi peneliti dalam menentukan rancangan pembelajaran berikutnya dan kemudian hasil rancangan yang baru tersebut peneliti brikan kepada guru agar dapat mempelajarinya terlebih dahulu. Setelah itu, peneliti dan guru mendiskusikan hasil rancangan yang telah dibuat guna kelancaran pada pelaksanaan tindakan nanti
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Tindakan kedua ini akan dilakukan sesuai dengan jadwal dan kesepakatan guru yang mengajar. Seperti pembelajaran biasanya, pembelajaran biasanya akan diawali dengan lafadz salam dari guru dan do’a bersama oleh siswa sebelum pembelajaran dimulai. Pada tindakan kedua ini, guru akan melakukan remedial kepada siswa yang dinyatakan tidak tuntas.
Langkah berikutnya, guru mengumumkan hasil pekerjaan siswa dengan membagikan lembar pekerjaan mereka dan menyebutkan nama-nama siswa yang harus mengikuti remedial. Kemudian guru memberika penjelasan kepada siswa bahwa yang namanya disebutkan tadi harus tetap berada di dalam kelas dan mengikuti remedial. Sedangkan yang namanya tidak disebutkan tadi, mereka harus belajar diperpustakaan sekolah dengan mengerjakan tugas/soal yang diberikan oleh guru.
Setelah remidial selesai dilakukan, siswa masuk kembali kedalam kelas dan guru meminta kepada siswa untuk duduk pada kelompoknya masing-masing, seperti minggu lalu. Dan guru memberikan pretes kepada siswa terkait dengan materi yang akan dibahas.
Dalam penyampaian materi, guru menggunakan strategi mencari informasi dengan memberikan sebuah permasalahan yang harus didiskusikan oleh siswa dengan mencari informasi yang ada. Guru memotivasi siswa agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Langkah selanjutnya, guru memberikan post test kepada siswa berkenaan dengan materi yang telah dipelajari. Post Test diberikan sama dengan test yang diberikan pada Pretest, hanya saja soalnya diacak.
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru mengingatkan kpada siswa yang jika ada nilainya kurang dari 75% (tidak tuntas), maka akan dilakukan remedial. Kegiatan perbaikan (remedial) dilakukan paa pertemuan minggu berikutnya.
c. Pengamatan (Observing)
Sama halnya pada tindakan pertama yang telah dilakukan, pada tindakan kedua ini peneliti juga melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan tersebut.
d. Reflaksi (Reflcting)
Pada tahap ini, apabila semua rancangan pembelajaran pada tindakan/siklus kedua ini telah dilaksanakan sepenuhnya dan dinilai sudah cukup baik. Kemudian, apa yang telah dilakukan oleh guru sesuai dengan apa yang telah disepakati antara guru dan peneliti pada kegiatan perencanaan. Maka, pada tindakan selanjutnya tidak perlu membuat suatu prncanaan pembelajaran yang baru.
Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa dari hasil perbandingan pretest dan Postest, dapat dilihat apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah menggunakan strategi Information Search (Mencari Informasi).
Setelah siklus pertama dilakukan dan dari kegiatan pengamatan serta penilaian secara reflektif diperoleh data yang menunjukkan adanya keharusan untuk melakukan daur ulang, maka perencanaan berikutnya merupakan perencanaan yang telah di revisi dan akan menjadi siklus kedua dan seterusnya kembali seperti siklus pertama sampai hasil belajar siswa meningkat.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 11 Pontianak yang beralamat di Jl. Akhmad Marzuki Kec. Pontianak Selatan Kab. Kota Pontianak. Adapun mata pelajaran yang dijadikan pelaksanaan tindakan adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang disajikan dalam 2 jam pelajaran (2 x 40 menit ) dalam 1 minggu yakni yang dilaksanakan setiap hari senin pukul 09.20-10.00 Wib oleh ibu Dra.Salmah, selaku guru mata pelajaran PAI. Sedangkan kelas yang dijadikan sebagai implementasi tindakan adalah siswa kelas VIII D yang berjumlah 18 orang siswa yang beragama Islam. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan permasalahan efektifitas pembelajaran dan kemudahan dalam pelaksanaan tindakan.
C. Instrumen Penelitian
Sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu tentang dampak penerapan strategi Information Search (Mencari Informasi) dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber pada hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dokumentasi
Hadari Nawawi (1995) mengatakan bahwa teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis yang berupa arsip, buku-buku tentang teori, dalil dan lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dengan demikian teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa bahan tertulis yang dijadikan debagai salah satu sumber data. Adapun dokumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah berupa nilai-nilai rapor PAI siswa kelas VII semester pertama.
2. Preetest
Anas Sudijono (2003) dalam bukunya “Pengatur Evaluasi Pendidikan” mengatakan bahwa pretest adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada siswa atau peserta didik. Oleh karena itu, dalam hal ini pretest digunakan untuk memperoleh data tentang penguasaan materi pelajaran oleh siswa sebelum menggunakan model pendekatan ATI.
3. Achievement Test (Postest)
Anas Sudijono (2003) mengatakan bahwa achievement test atau tes hasil belajar adalah tes yang biasa digunakan untuk mengungkapkan tingkat pencapaian atau prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, achievement test digunakan untuk memperoleh data tentang penguasaan materi pelajaran oleh siswa setelah menggunakan strategi information search (mencari informasi) yang dibuktikan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
4. Observasi (Pengamatan)
Hadari Nawawi (1995) mengatakan bahwa observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan pemantauan secara komprehensif. Proses pembelajaran dinilai dengan menggunakan instrumen berupa lembar/pedoman observasi yang dilengkapi dengan catatan kegaiatan lapangan. Observasi dan catatan kegiatan lapangan digunakan untuk memperoleh data dan gambaran mengenai proses pembelajaran PAI dengan menerapkan strategi information search (mencari informasi) yang memfokuskan pada kinerja guru dan siswa yang tampak selama proses pembelajaran.
D. Pengumpulan Data
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan pada dua tahapan pnelitian yaitu tahap pengamatan dan pelaksanaan. Pengumpulan data pada kedua tahapan tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Tahap pengamatan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan melihat kemampuan siswa yang diperoleh dari nilai rata-rata rapor PAI siswa pada semester sebelumnya.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan dua kali pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengukuran.
a. Pada Bagian Awal
Pada bagian ini dilakukan pengukuran awal yang disebut dengan tes awal (pretest). Tes awal (pretest) adalah tes yang dilakukan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada siswa. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan awal tersebut dengan menggunakan pretest. Dalam hal ini, pretest digunakan untuk memperoleh data tentang penguasaan materi pelajaran oleh siswa sebelum menggunakan strategi information search (mencari informasi) dengan pendekatan belajar berdasarkan sumber.
b. Pada Bagian Inti
Pada bagian inti, alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan observasi. Dalam hal ini, alat yang digunakan adalah berupa lembar/pedoman observasi yang dilengkapi dengan catatan kegiatan lapangan. Pedoman observasi dan catatan kegiatan lapangan digunakan untuk memperoleh data dan gambaran mengenai proses pembelajaran PAI dengan menerapkan strategi information search (mencari informasi) dengan pendekatan belajar berdasarkan sumber.
c. Pada Bagian Akhir
Pada bagian ini dilakukan pengukuran hasil belajar siswa yang disebut dengan postest atau achievement test. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan achievement test. Dalam hal ini, posttest atau achievement test digunakan untuk memperoleh data tentang penguasaan materi pelajaran oleh siswa setelah diberikan pelajaran dengan menerapkan strategi information search (mencari informasi).
E. Analisis Data
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini kemudian dilakukan penganalisisan data melalui kegiatan: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses analisis data dilakukan sejak awal hingga akhir tindakan dilakukan. Analisis data dilakukan melalui kegiatan menelaah (menganalisis, mensintesis, memahami dan menyimpulkan) seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber. Maka langkah selanjutnya adalah melakukan reduksi data dengan menyusun data ke dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorikan, agar gambaran data dapat dilihat dan dipahami secara keseluruhan. Maka, pengkategorian dilakukan dengan melakukan pengkodean data.
Dari hasil sajian data yang lengkap, maka dilakukan penafsiran data dan penarikan kesimpulan. Tahap akhir dari analisis data ini adalah melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan melakukan verifikasi terhadap hasil temuan. Kegiatan verifikasi data dilakukan dengan melakukan kegiatan triangulasi data. Mengingat penelitian ini merupkan penelitian tindakan, maka tahap analisis data dilakukan secara partisipatoris dan kolaboratif antara peneliti dan praktisi (guru mata pelajaran).
Data yang diperoleh pada penelitian ini dilakukan dengan cara kualitatif sepanjang penelitian ini berlangsung, dalam arti sejak pengumpulan data itu dilakukan sejak itu pula analisis terhadap data yang ditemukan. Sedangkan data yang diperoleh dari tes tertulis siswa yang berupa (pretest dan post test) dideskripsikan dengan menggunakan analisis kuantitatif melalui statistik deskriptif dan analitik dengan rumus min dan persentase berdasarkan kepentingan.
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN,
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Pontianak yang beralamat di jalan Akhmad Marzuki Kecamatan Pontianak Selatan. Adapun mata pelajaran yang dijadikan pelaksanaan tindakan adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang disajikan dalam 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) dalam 1 minggu. Sedangkan kelas yang menjadi implementasi tindakan adalah siswa kelas VIII D yang berjumlah 18 orang yang telah ditetapkan peneliti berdasarkan pertimbangan permasalahan efektifitas pembelajaran dan kemudahan pelaksanaan tindakan.
Pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak 2 tindakan dengan materi pelajaran tentang “Perilaku Dendam dan Munafik”. Adapun strategi yang digunakan adalah dengan menerapkan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber belajar.
Sehubungan dengan penelitian ini, paparan deskripsi hasil penelitian ini meliputi: rancangan umum, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi. Rancangan umum merupakan suatu perencanaan untuk kegiatan pembelajaran secara keseluruhan yang dikembangkan berdasarkan pembelajaran yang sudah berjalan. Pelaksanaan tindakan adalah kegiatan yang dilakukan dalam memanipulasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber belajar.
Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan selama akhir bulan Juli - Agustus 2010. Sedangkan yang melaksanakan tindakan adalah guru Pendidikan Agama Islam. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar hasil pengamatan dari penelitian ini lebih objektif dan bervariasi.
B. Tindakan Penelitian dan Hasilnya
Sebagaimana hipotesis awal yang telah dirumuskan sebelum melakukan tindakan ini, bahwa dengan menggunakan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
Untuk mengetahui hasil dari hipotesis tersebut, maka dilakukanlah beberapa tahapan pelaksanaan tindakan yang meliputi: tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian tindakan kelas semestinya dilakukan dalam waktu 2 sampai 3 bulan, akan tetapi pada penelitian ini peneliti membatasi dengan hanya 2 x tindakan (siklus). Tindakan yang telah dilakukan dalam dua kali Tindakan atau dua kali tindakan ini, akan peneliti paparkan sebagai dihalaman berikutnya:
1. Hasil Belajar Siswa Sebelum Menggunakan Strategi Information search
a. Pemeriksaan Data
Sebelum analisis data pada tindakan pertama dilakukan, maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan data yang akan dianalisis. Dalam hal ini dapat dipaparkan pada tabel di halaman berikut:
Tabel 3
Pemeriksaan Kelengkapan Data
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Hasil belajar siswa sebelum menggunakan strategi information search 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa data lengkap (100%) tanpa ada yang hilang, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut.
b. Analisis Deskriptif
Untuk melihat keberartian tindakan pertama ini, dilihat dari hasil evaluasi yang diperoleh siswa, dilakukanlah analisis deskriptif terhadap skor-skor jawaban siswa pada tes akhir sebelum menggunakan strategi information search yaitu pada materi “dendam” akan dipaparkan dihalamani berikutnya:
Tabel 4
Analisis Deskriptif Hasil Belajar Siswa
Sebelum Menggunakan Strategi Information search
N
Valid 18
Missing 0
Mean 5,211
Std. Error of Mean ,3275
Median 5,600
Mode 6,0
Skewness -,687
Std. Error of Skewness ,536
Kurtosis -,620
Std. Error of Kurtosis 1,038
Range 4,5
Minimum 2,5
Maximum 7,0
Percentiles
25 4,000
50 5,600
75 6,100
Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat pada tabel 4 didapatkan hal-hal sebagai berikut:
Dilihat dari hasil deskriptif data bagian Box Plot tidak ditemukan adanya nilai ekstrim (data pencilan), sehingga kita dapat menggunakan rata-rata hitung (Mean) 5,211 sebagai nilai kecenderungan pemusatan datanya.
Untuk dapat menentukan kategori kecenderungan pemusatan datanya, maka digunakan rumus persentase yang telah dipaparkan pada bab III sebelumnya.
Berdasarkan hasil persentase (52,11%) dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa pada materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang.
Berdasarkan nilai skewness (-0,687) dan standard error of skewness (0,536) maka dapat kita lihat bahwa dilihat dari kemiringannya data hasil belajar siswa materi dholim pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelum menggunakan strategi information search ini adalah normal, karena skewness : SE skewnessnya = (-0,687: 0,536) = -1,282 yang masih berada pada rentang standard kategori normal yaitu -2,00 s/d + 2,00.
Ditinjau dari kurtosis (keruncingannya) data ini normal, karena kurtosis : SE kurtosis = -0,620 : 1,038 = -0,597, yang juga masih dalam berada rentang standard kategori normal -2,00 s/d + 2,00.
Nilai maksimum 7 dan nilai minimum 2,5, dengan demikian range (rentangnya) adalah 7 – 2,5 = 4,5.
Analisis kuartil memperlihatkan bahwa: kuartil 1 (persentil 25) nilainya adalah 4,000, kuartil 2 (persentil 50) nilainya adalah 5,600, dan Kuartil 3 (persentil 75) nilainya adalah 6,100.
Tabel 5
Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Sebelum Menggunakan Strategi Information search
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2,5 1 5,6 5,6 5,6
3,0 2 11,1 11,1 16,7
4,0 2 11,1 11,1 27,8
4,8 2 11,1 11,1 38,9
5,6 3 16,7 16,7 55,6
6,0 4 22,2 22,2 77,8
6,4 1 5,6 5,6 83,3
6,5 1 5,6 5,6 88,9
7,0 2 11,1 11,1 100,0
Total 18 100,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa sebelum diterapkannya strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni 44,44%. Sedangkan sebesar 55,56% siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan. Oleh karenanya peneliti merasa tergerak untuk memperbaiki hasil belajar yang telah diperoleh siswa.
2. Hasil Belajar Siswa Pada Tindakan 1
a. Perencanaan Tindakan
Tahapan ini peneliti dan guru mengawali dengan menyiapkan segala perangkat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan berupa: rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi information search, format obsevasi dan alat evaluasi.
Untuk tahap awal peneliti membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi information search.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pertama dilakukan pada hari Senin, tanggal 02 Agustus 2010 yaitu pada pukul 11.00 – 12.10 WIB. Diawali dengan guru masuk kelas pada pukul 11.00 WIB, dimana siswa-siswa terlihat sudah menempati bangku mereka masing-masing.
Seperti pembelajaran biasanya, pembelajaran diawali dengan lafadz salam dari guru dan doa bersama oleh siswa sebelum pelajaran dimulai.
Langkah berikutnya, guru memberikan perlakuan pembelajaran dengan memberitahukan terlebih dahulu bahwa kegiatan pembelajaran hari ini agak berbeda, yakni ibu akan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran dan kemudian membagi siswa menjadi 3 kelompok berdasarkan sumber belajar yang telah ditetapkan. Adapun sumber belajar tersebut dari sumber koran, sumber internet, dan sumber rekaman berita dari TV.
Setelah pembagian kelompok oleh guru selesai, kemudian siswa berpindah tempat dengan kelompoknya masing-masing. Langkah berikutnya guru menginformasikan materi pelajaran kepada siswa. Selanjutnya guru melakukan appersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi awal, serta menyampaikan pokok bahasan/sub pokok bahasan. Selanjutnya guru memberikan pretest kepada siswa terkait dengan materi yang akan dibahas selama 15 menit.
Setelah siswa mengumpulkan soal dan lembaran jawaban, kemudian guru menginstruksikan kepada siswa untuk kembali ke bangkunya masing-masing. Selanjutnya guru menjelaskan materi dengan menggunakan strategi information search dari sumber-sumber belajar yang telah tersedia. Pada awalnya siswa merasa kebingungan dengan aktivitas pembelajaran baru ini, karena dalam kegiatan pembelajaran yang biasanya guru hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga kadang siswa terlihat bosan dan hasil belajar siswa pun kadang kurang maksimal.
Dalam pembelajaran kali ini, guru membagikan sumber belajar serta soal-soall yang berkenaan dengan materi pembelajaran. Kemudian guru menjelaskan kepada siswa mengenai soal-soal yang diberikan tersebut dan apa yang harus mereka lakukan, yakni mencari jawaban dari sumber belajar yang telah tersedia menurut kelompok masing-masing yang telah dibagikan sebelumnya dengan waktu selama 30 menit. Selanjutnya guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompok yang lain untuk menemukan jawaban-jawaban yang berbeda dari sumber belajar yang berbeda pula. Namun siswa-siswa tampak tidak berani (takut-takut) dalam memberikan pendapatnya.
Selanjutnya guru memberikan achievement test berupa postest kepada siswa, berkenaan dengan materi yang telah dipelajari. Postest diberikan sama halnya dengan tes yang diberikan pada pretest. Setelah selesai, guru mengingatkan siswa agar mempelajari kembali di rumah, karena bagi siswa yang tidak tuntas maka harus mengikuti remidial. Dan guru menginformasikan kepada siswa materi pelajaran berikutnya, yakni “perilaku munafik”. Hal ini berkaitan dengan pretest yang diberikan guru setiap diawal pelajaran. Guru mengakhiri proses belajar mengajar dengan ucapan hamdalah, dan salam.
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pemantauan dan pencatatan atas apa saja yang peneliti lihat, dengar dan rasakan. Dalam hal ini, pada pelaksanaan penelitian, proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan strategi information search, menggunakan instrument pengumpul data yang telah ditetapkan yakni dengan menggunakan lembar/pedoman observasi, pretest dan postest (achievement test) sehingga diperoleh seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan.
Dari hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas pada tindakan pertama ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Observasi terhadap Aktifitas Belajar Siswa dengan Menggunakan Strategi Information Search
a) Pada saat pembelajaran di kelas, mengenai aktivitas siswa melihat dan mendengar dapat dinilai baik pada saat mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru.
b) Aktivitas mencatat pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan menulis jawabannya terhadap soal yang diberikan, siswa dinilai baik.
c) Dalam hal memberikan jawaban terhadap soal yang diberikan pada saat pembelajaran akan berlangsung siswa dianggap sudah cukup baik. Hal ini terlihat pada saat guru memberikan kesempatan untuk memberikan pendapatnya, siswa tampak bersemangat. Meskipun hanya sebagian orang siswa saja yang berani mengemukakan pendapatnya. Selain itu, terlihat ada beberapa siswa yang masih tampak terlihat bosan pada saat mengikuti pembelajaran.
d) Dalam hal aktivitas emosional siswa dengan menggunakan strategi information search, sebagian siswa tampak gembira mengikuti pembelajaran yang sudah berlangsung. Meskipun mereka masih tampak bingung dan canggung dengan proses pembelajaran.
2) Observasi Terhadap Hasil Belajar Pemeriksaan Data
Sebelum analisis data pada tindakan pertama dilakukan, maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan data yang akan dianalisis. Dalam hal ini dapat dipaparkan dalam tabel dihalaman berikutnya:
Tabel 6
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nilai Preetest Tindakan 1 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Nilai Postest Tindakan 1 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa data lengkap (100%) tanpa ada yang hilang, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut.
3) Analisis Deskriptif
Untuk melihat keberartian tindakan pertama ini, dilihat dari hasil evaluasi yang diperoleh siswa, dilakukanlah analisis deskriptif terhadap nilai pretest dan postest. Adapun hasil print out dari analisis deskriptif hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam akan dipaparkan dihalaman berikutnya:
Tabel 7
Analisis Deskriptif Hasil Belajar Siswa
Setelah Menggunakan Strategi Information search Tindakan 1
Hasil Preetest Siswa Tindakan 1 Hasil Postest Siswa Tindakan 1
N Valid 18 18
Missing 0 0
Mean 4,278 6,278
Std. Error of Mean ,3314 ,4107
Median 4,000 7,000
Mode 6,0 7,0(a)
Skewness -,128 -1,156
Std. Error of Skewness ,536 ,536
Kurtosis -1,268 ,968
Std. Error of Kurtosis 1,038 1,038
Range 4,0 6,0
Minimum 2,0 2,0
Maximum 6,0 8,0
Percentiles
25 3,000 5,000
50 4,000 7,000
75 6,000 8,000
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat pada tabel 7 didapatkan hal-hal sebagai berikut:
Dilihat dari hasil deskriptif data bagian Stem and Leaf Plot dan Box Plot tidak ditemukan adanya nilai ekstrim (data pencilan) sehingga kita dapat menggunakan rata-rata hitung (Mean) 4,278 sebagai nilai kecenderungan pemusatan data pada nilai pretest, dan Mean 6,278 sebagai nilai kecenderungan pemusatan data pada nilai postest.
Untuk dapat menentukan kategori kecenderungan pemusatan datanya, maka digunakan rumus persentase yang telah dipaparkan pada bab III sebelumnya.
Berdasarkan hasil persentase (42,78%) dapat diketahui bahwa nilai pretest pada materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 1 termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pretest pada materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Sedangkan hasil persentase (62,78%) dapat diketahui bahwa nilai postest pada materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 1 termasuk dalam kategori cukup. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai postest pada materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dapat dikatakan cukup.
Berdasarkan nilai skewness (-0,128) dan standard error of skewness (0,536) maka dapat kita lihat bahwa dilihat dari kemiringannya, data nilai pretest materi dendam pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 1 ini adalah normal, karena skewness : SE skewnessnya = (-0,128 : 0,536) = -0,239 yang masih berada pada rentang standard kategori normal yaitu -2,00 s/d + 2,00. Sedangkan nilai Skewness pada data nilai postest materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 1 adalah -1,156: 0,536 = -2,157, yang juga masih dianggap dalam rentang kategori normal.
Nilai maksimum 6,0 dan nilai minimum 2,0, dengan demikian range (rentang) pada nilai pretest materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 1 adalah 6,0 – 2,0 = 4,0. Sedangkan pada data nilai postest materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 1 nilai maksimum 8,0 dan nilai minimum 2,0, dengan demikian range (rentangnya) adalah 8,0 – 2,0 = 6,0.
Analisis kuartil pada nilai pretest materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memperlihatkan bahwa: kuartil 1 (persentil 25) nilainya adalah 3,000, kuartil 2 (persentil 50) nilainya adalah 4,000, dan Kuartil 3 (persentil 75) nilainya adalah 6,000. Sedangkan analisis kuartil pada nilai postest materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 1 memperlihatkan bahwa: kuartil 1 (persentil 25) nilainya adalah 5,000, kuartil 2 (persentil 50) nilainya adalah 7,000, dan Kuartil 3 (persentil 75) nilainya adalah 8,000.
Untuk melihat frekuensi perolehan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, baik pada hasil pretes maupun postest dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel 8
Frekuensi Nilai Pretest Tindakan 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2,0 2 11,1 11,1 11,1
3,0 4 22,2 22,2 33,3
4,0 4 22,2 22,2 55,6
5,0 3 16,7 16,7 72,2
6,0 5 27,8 27,8 100,0
Total 18 100,0 100,0
Berdasarkan tabel frekuensi nilai pretest di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa (nilai preetest) pada Tindakan 1, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 5 orang ± 27,78%. Sedangkan sebesar ± 72,22% siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan.
Tabel 9
Frekuensi Nilai Postest Tindakan 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2,0 1 5,6 5,6 5,6
3,0 1 5,6 5,6 11,1
5,0 3 16,7 16,7 27,8
6,0 3 16,7 16,7 44,4
7,0 5 27,8 27,8 72,2
8,0 5 27,8 27,8 100,0
Total 18 100,0 100,0
Berdasarkan tabel frekuensi nilai postest di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa (nilai postest) pada Tindakan 1, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 13 orang ± 72,22%. Sedangkan sebesar ± 27,78% atau sebanyak 5 orang siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan.
d. Refleksi
Berdasarkan pengamatan peneliti dan data yang terkumpul, peneliti dan guru menyimpulkan bahwa penguasaan siswa sudah meningkat, meskipun belum optimal (13 dari 18 orang siswa dinyatakan tuntas belajarnya sedangkan 5 orang siswa dinyatakan belum tuntas).
Berdasarkan kesimpulan tersebut guru dan peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
1) Masih ada sekelompok siswa yang memberikan komentarnya terhadap jawaban dari informasi yang harus dicari masih kurang sesuai.
2) Bentuk pertanyaan perlu diperbaiki agar tidak menimbulkan salah tafsir.
3) Perhatian guru ketika mengajar harus lebih merata untuk semua siswa
4) Masih ada beberapa anak yang kurang aktif ketika diskusi kelompok
Berdasarkan hasil refleksi tersebut untuk perbaikan ke Tindakan II sebagai berikut:
1) Pertanyaan yang dibuat hendaknya mudah dipahami
2) Setiap kelompok mengatur tempat duduknya dengan bentuk leter O
3) Guru memberikan perhatian yang lebih merata dan memberikan dorongan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya
4) Guru mengajak siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dengan mengaitkan pertanyaan dengan jawaban yang ada.
3. Hasil belajar Siswa Pada Tindakan 2
a. Perencanaan Tindakan
Tahapan ini peneliti dan guru menyiapkan segala perangkat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan berupa: rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi information search, format observasi dan alat evaluasi.
Untuk tahap awal peneliti membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi information search.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pertama dilakukan pada hari Senin, tanggal 16 Agustus 2010 yaitu pada pukul 10.00 – 11.10 WIB. Diawali dengan guru masuk kelas pada pukul 10.00 WIB, dimana siswa-siswa terlihat sudah menempati bangku mereka masing-masing.
Seperti pembelajaran biasanya, pembelajaran diawali dengan lafadz salam dari guru dan doa bersama oleh siswa sebelum pelajaran dimulai.
Langkah berikutnya, guru memberikan perlakuan pembelajaran dengan memberitahukan terlebih dahulu bahwa kegiatan pembelajaran hari ini agak berbeda, yakni ibu akan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran dan kemudian membagi siswa menjadi 3 kelompok berdasarkan sumber belajar yang telah ditetapkan. Adapun sumber belajar tersebut dari sumber koran, sumber internet, dan sumber rekaman berita dari TV.
Setelah pembagian kelompok oleh guru selesai, kemudian siswa berpindah tempat dengan kelompoknya masing-masing. Langkah berikutnya guru menginformasikan materi pelajaran kepada siswa. Selanjutnya guru melakukan appersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi awal, serta menyampaikan pokok bahasan/sub pokok bahasan. Selanjutnya guru memberikan pretest kepada siswa terkait dengan materi yang akan dibahas selama 15 menit.
Setelah siswa mengumpulkan soal dan lembaran jawaban, kemudian guru menginstruksikan kepada siswa untuk kembali ke bangkunya masing-masing. Selanjutnya guru menjelaskan materi dengan menggunakan strategi information search dari sumber-sumber belajar yang telah tersedia. Pada awalnya siswa merasa kebingungan dengan aktivitas pembelajaran baru ini, karena dalam kegiatan pembelajaran yang biasanya guru hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga kadang siswa terlihat bosan dan hasil belajar siswa pun kadang kurang maksimal.
Dalam pembelajaran kali ini, guru membagikan sumber belajar serta soal-soal yang berkenaan dengan materi pembelajaran. Kemudian guru menjelaskan kepada siswa mengenai soal-soal yang diberikan tersebut dan apa yang harus mereka lakukan, yakni mencari jawaban dari sumber belajar yang telah tersedia menurut kelompok masing-masing yang telah dibagikan sebelumnya dengan waktu selama 30 menit. Selanjutnya guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompok yang lain untuk menemukan jawaban-jawaban yang berbeda dari sumber belajar yang berbeda pula. Namun siswa-siswa tampak tidak berani (takut-takut) dalam memberikan pendapatnya.
Selanjutnya guru memberikan achievement test berupa postest kepada siswa, berkenaan dengan materi yang telah dipelajari. Postest diberikan sama halnya dengan tes yang diberikan pada pretest. Setelah selesai, guru mengingatkan siswa agar mempelajari kembali di rumah, karena bagi siswa yang tidak tuntas maka harus mengikuti remidial. Dan guru menginformasikan kepada siswa materi pelajaran berikutnya, yakni “perilaku munafik”. Hal ini berkaitan dengan pretest yang diberikan guru setiap diawal pelajaran. Guru mengakhiri proses belajar mengajar dengan ucapan hamdalah, dan salam.
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini, peneliti juga melakukan pemantauan dan pencatatan atas apa saja yang peneliti lihat, dengar dan rasakan. Dalam hal ini, pada pelaksanaan penelitian, proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan strategi information search, menggunakan instrument pengumpul data yang telah ditetapkan yakni dengan menggunakan lembar/pedoman observasi, pretest dan postest (achievement test) sehingga diperoleh seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan.
Dari hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas pada tindakan pertama ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Observasi terhadap Aktifitas Belajar Siswa dengan Menggunakan Strategi Information Search
a) Pada saat pembelajaran di kelas, mengenai aktivitas siswa melihat dan mendengar dapat dinilai baik pada saat mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru.
b) Aktivitas menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru, dan menulis komentarnya terhadap pertanyaan, siswa dinilai baik.
c) Dalam hal memberikan pertanyaan terhadap jawaban yang diberikan pada saat pembelajaran berlangsung siswa dianggap sudah cukup baik. Hal ini terlihat pada saat guru memberikan kesempatan untuk mengkomentari jawaban temannya, siswa tampak bersemangat dengan adanya antusias sebagian besar siswa sudah terlihat berani mengemukakan pendapatnya.
d) Dalam hal aktivitas emosional siswa dengan menggunakan strategi information search, sebagian siswa tampak gembira mengikuti pembelajaran yang sudah berlangsung. Hal ini diperjelas atas pernyataan beberapa siswa yang mengaku senang sekali dengan diterapkannya strategi yang dimaksud.
2) Observasi Terhadap Hasil Belajar Pemeriksaan Data
Sebelum analisis data pada tindakan pertama dilakukan, maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan data yang akan dianalisis. Dalam hal ini dapat dipaparkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 10
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nilai Preetest Tindakan 2 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Nilai Postest Tindakan 2 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa data lengkap (100%) tanpa ada yang hilang, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut.
3) Analisis Deskriptif
Untuk melihat keberartian tindakan kedua (Tindakan 2) ini, dilihat dari hasil evaluasi yang diperoleh siswa, dilakukanlah analisis deskriptif terhadap nilai pretest dan postest yang akan dipaparkan dihalaman selanjutnya:
Tabel 11
Analisis Deskriptif Hasil Belajar Siswa
Setelah Menggunakan Strategi Information Search Tindakan 2
Hasil Preetest Siswa Tindakan 2 Hasil Postest Siswa Tindakan 2
N
Valid 18 18
Missing 0 0
Mean 4,167 7,389
Std. Error of Mean ,2712 ,1833
Median 4,000 7,000
Mode 4,0 7,0
Skewness -,362 -,007
Std. Error of Skewness ,536 ,536
Kurtosis -,129 -,095
Std. Error of Kurtosis 1,038 1,038
Range 4,0 3,0
Minimum 2,0 6,0
Maximum 6,0 9,0
Percentiles
25 3,750 7,000
50 4,000 7,000
75 5,000 8,000
Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat pada tabel 11 didapatkan hal-hal sebagai berikut:
Dilihat dari hasil deskriptif data bagian Stem and Leaf Plot dan Box Plot tidak ditemukan adanya nilai ekstrim (data pencilan) sehingga kita dapat menggunakan rata-rata hitung (Mean) 4,167 sebagai nilai kecenderungan pemusatan data pada nilai pretest pada Tindakan 2, dan Mean 7,389 sebagai nilai kecenderungan pemusatan data pada nilai postest.
Untuk dapat menentukan kategori kecenderungan pemusatan datanya, maka digunakan rumus persentase yang telah dipaparkan pada bab III sebelumnya.
Berdasarkan hasil persentase (41,67%) dapat diketahui bahwa nilai pretest pada materi perilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 2 termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pretest pada materi prilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Sedangkan hasil persentase (73,89%) dapat diketahui bahwa nilai postest pada materi prilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 2 termasuk dalam kategori baik. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai postest pada materi prilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dapat dikatakan baik.
Berdasarkan nilai skewness (-0,362) dan standard error of skewness (0,536) maka dapat kita lihat bahwa dilihat dari kemiringannya, data nilai pretest materi perilaku munafik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 2 ini adalah normal, karena skewness : SE skewnessnya = (-0,362: 0,536) = -0,675 yang masih berada pada rentang standard kategori normal yaitu -2,00 s/d + 2,00. Sedangkan nilai Skewness pada data nilai postest materi perilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 2 adalah -0,007: 0,536 = -0,013, yang juga masih dalam rentang kategori normal.
Nilai maksimum 6,0 dan nilai minimum 2,0, dengan demikian range (rentang) pada nilai pretest materi perilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 2 adalah 6,0 – 2,0 = 4,0. Sedangkan pada data nilai postest materi perilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 2 nilai maksimum 9,0 dan nilai minimum 6,0, dengan demikian range (rentangnya) adalah 9,0 – 6,0 = 3,0.
Analisis kuartil pada nilai pretest materi perilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 2 memperlihatkan bahwa: kuartil 1 (persentil 25) nilainya adalah 3,750, kuartil 2 (persentil 50) nilainya adalah 4,000, dan Kuartil 3 (persentil 75) nilainya adalah 5,000. Sedangkan analisis kuartil pada nilai postest materi perilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 2 memperlihatkan bahwa: kuartil 1 (persentil 25) nilainya adalah 7,000, kuartil 2 (persentil 50) nilainya adalah 7,000, dan Kuartil 3 (persentil 75) nilainya adalah 8,000.
Adapun frekuensi dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada tindakan kedua ini dapat dilihat pada tabel-tabel frekuensi berikut:
Tabel 12
Frekuensi Nilai Pretest Tindakan 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2,0 2 11,1 11,1 11,1
3,0 2 11,1 11,1 22,2
4,0 7 38,9 38,9 61,1
5,0 5 27,8 27,8 88,9
6,0 2 11,1 11,1 100,0
Total 18 100,0 100,0
Berdasarkan tabel frekuensi nilai pretest di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa (nilai preetest) pada Tindakan 2, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 2 orang ± 11,11%. Sedangkan sebesar ± 88,89% atau sebanyak 16 orang siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan.
Tabel 13
Frekuensi Nilai Postest Tindakan 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
6,0 2 11,1 11,1 11,1
7,0 8 44,4 44,4 55,6
8,0 7 38,9 38,9 94,4
9,0 1 5,6 5,6 100,0
Total 18 100,0 100,0
Berdasarkan tabel frekuensi nilai postest di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa (nilai postest) pada Tindakan 2, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 18 orang ± 100%.
d. Refleksi
Berdasarkan pengamatan peneliti dan data yang terkumpul, peneliti dan guru menyimpulkan bahwa penguasaan siswa sudah meningkat yaitu sebesar ± 100%.
Berdasarkan kesimpulan tersebut guru dan peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
1) Siswa-siswa sudah sesuai dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan atau soal-soal yang diberikan guru.
2) Bentuk pertanyaan sudah dirasa cukup baik dengan dibuktikan tidak adanya salah tafsir terhadap pertanyaan.
3) Perhatian guru ketika mengajar terlihat lebih merata untuk semua siswa dari sebelumnya
4) Semua siswa aktif ketika diskusi kelompok
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka peneliti tidak mengadakan perbaikan ke Tindakan III.
C. Temuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan uraian tindakan penelitian dan hasilnya seperti yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1. Dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diperoleh hasil persentase rata-ratanya 52,11%. Hal ini dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Secara empiris terlihat bahwa hasil belajar siswa sebelum diterapkannya strategi information search, untuk siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni 11,11%. Sedangkan sebesar 88,89% siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan.
2. Dapat diketahui bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada tindakan 1 diperoleh hasil persentase rata-ratanya adalah sebesar 42,78%. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Sedangkan hasil persentase nilai rata-rata dari postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada tindakan 1 sebesar (62,78%) termasuk dalam kategori cukup baik. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dapat dikatakan cukup baik. Hasil tersebut dapat juga ditunjukkan melalui hasil belajar siswa (nilai preetest) pada tindakan 1 yaitu siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 5 orang ±27,78%. Sedangkan sebesar ± 72,22% siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan. Selain itu, tampak juga pada hasil belajar siswa (nilai postest) setelah digunakan strategi information search pada tindakan 1, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 13 orang ± 72,22%. Sedangkan sebesar ± 27,78% atau sebanyak 5 orang siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan.
3. Berdasarkan hasil persentase (41,67%) dapat diketahui bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada tindakan 2 termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Hasil ini juga dapat ditunjukkan melalui hasil belajar siswa (nilai preetest) pada tindakan 2, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 2 orang ±11,11%. Sedangkan sebesar ± 88,89% atau sebanyak 16 orang siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan. Sedangkan nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada tindakan 2 termasuk dalam kategori baik dengan hasil persentase rata-ratanya sebesar (73,89%). Hal ini dapat diartikan bahwa nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat pada perolehan hasil belajar siswa (nilai postest) pada Tindakan 2, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 18 orang ±100%.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Secara umum hasil analisis data yang dilakukan, merujuk penerapan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Secara spesifik, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelum diterapkan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber di kelas VIII di SMPN 11 Pontianak. Hal ini dapat dilihat pada tindakan pertama dapat diketahui dari nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada tindakan 1 termasuk dalam kategori kurang dengan hasil persentase nilai rata-rata (42,78%). Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Sedangkan hasil persentase nilai rata-rata (62,78 %) dapat diketahui bahwa nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber pada tindakan 1 termasuk dalam kategori cukup baik. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber dapat dikatakan cukup baik. Secara empiris terlihat bahwa hasil belajar siswa sebelum diterapkannya strategi information search, untuk siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni 11,11%. Sedangkan sebesar 88,89% siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan.
Pada Tindakan kedua dapat diketahui hasil persentase (41,67%) dapat diketahui bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada tindakan 2 termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Hasil ini juga dapat ditunjukkan melalui hasil belajar siswa (nilai preetest) pada tindakan 2, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 2 orang ±11,11%. Sedangkan sebesar ± 88,89% atau sebanyak 16 orang siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan. Sedangkan nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada tindakan 2 termasuk dalam kategori baik dengan hasil persentase rata-ratanya sebesar (73,89%). Hal ini dapat diartikan bahwa nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat pada perolehan hasil belajar siswa (nilai postest) pada tindakan 2, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 18 orang ±100%.
Dari hasil uraian di atas, terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah guru menggunakan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII di SMPN 11 Pontianak. Hal ini tampak pada hasil belajar siswa sebelum diterapkan strategi information search rata-rata nilainya adalah sebesar 502,11% (kategori kurang), kemudian pada tindakan pertama dilakukan tindakan dengan menggunakan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 62,78% (kategori baik). Dan kemudian digunakan kembali strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber pada tindakan kedua diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 73,89% (kategori baik).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dapat diketahui bahwa hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelum diterapkannya strategi Information Search masih banyak yang belum mencapai nilai sesuai yang diharapkan, hal ini dapat terlihat dari nilai hasil nilai presentase rata-ratanya yakni 52,11%.
2. Dapat diketahui bahwa hasil belajar pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi Information Search dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat terlihat pada hasil persentase nilai rata-rata dari postest tindakan 1 sebesar 62,78% dan pada tindakan kedua sebesar 73,89%.
3. Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui strategi mencari informasi (Information Search) dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua kali tindakan penelitian, ternyata menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas VIII D SMPN 11 pontianak.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI, maka dapat disarankan antara lain sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, disarankan kepada guru agar dapat memahami dan menguasai berbagai macam strategi pembelajaran. Penerapan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Sebelum diterapkan strategi pembelajaran dan diberi sumber belajar yang berbeda, siswa terlebih dahulu diberikan pretest (tes awal). Dengan demikian guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang akan dibahas. Dalam hal ini, guru diharapkan dapat memperhitungkan waktu dalam menerapkan strategi pembelajaran tersebut.
3. Terakhir, lakukan posttest. Dengan demikian guru dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan kepadanya. Dan juga guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang diberikannya kepada siswa. Apabila ada siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dari yang ditentukan, maka harus dilakukan pembelajaran ulang (remedial).
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya pendidikan bagi manusia di dalam kehidupan sehari-hari memang sudah tidak dapat dapat dipungkiri karena pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup. Pendidikan pada saat ini pun telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Makin maju ilmu pengetahuan mengakibatkan tiap generasi penerus harus lebih banyak untuk menjadi manusia terdidik.
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk perilaku dan kepribadian individu siswa agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu dan memiliki
keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai melalui pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, strategi mempunyai andil yang cukup besar dalam mencapai tujuan. Karena strategi menjadi sarana dan salah satu alat untuk mencapai tujuan, yaitu dengan materi pelajaran atau strategi pengajaran yang tersusun rapi dalam kurikulum pendidikan. Strategi pengajaran yang tidak tepat akan menjadi pengganggu kelancaran jalannya proses belajar. (Armai Arief, 2002: 109).
Tercapainya tujuan pendidikan juga sangat ditentukan oleh kondisi pembelajaran yang diciptakan oleh guru di dalam kelas. sudah sangat jelas bahwa para guru di setiap bidang studinya sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru pendidikan agama Islam (PAI) juga memiliki tanggung jawab yang sama. Namun, tidak hanya bertugas sebagai pengajar atau memberikan materi saja. Akan tetapi, guru pendidikan agama Islam (PAI) juga mempunyai tanggung jawab yang lebih berat yakni secara moral harus dapat membentuk sisswa agar dapat bertingkah laku dan bersikap positif serta penanaman nilai keagamaan sebagai aplikasi hasil belajar yang telah dilakukan dalam kelas.
Pada kurikulum KTSP yang baru ini, siswa dituntut berperan aktif dalam aktifitas belajar. ketika siswa pasif, atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan cepat melupakan apa yang telah diberikan.Tentunya, dalam hal ini guru harus dapat menerapkan strategi dengan menggunakan pendekatan belajar yang didukung dengan berbagai sumber belajar untuk dapat mengikat informasi yang telah diberikan dan menghasilkan hasil belajar siswa semakin meningkat.
Dalam hal ini, Wina Sanjaya (2008:228) mengemukakan bahwa, “Implementasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses pembelajaran tercantum dalam kurikulum saat ini bahwa dalam proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai sumber belajar”.
Pertimbangan dalam menggunakan strategi information search untuk pembelajaran agama Islam dikarenakan dalam kesehariannya pembelajaran agama Islam sangat membutuhkan reaksi hubungan timbal balik dan keterlibatan peserta didik untuk secara aktif mempraktekkan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Belajar aktif membantu untuk mempelajari sesuatu dengan baik, mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan mendiskusikannya dengan yang lain, peserta didik memecahkan masalah dengan sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba, dan mengerjakan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang harus mereka capai.
Berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan di SMPN 11 Pontianak. Letak yang sangat strategis, yakni di tengah pusat kota dan merupakan sekolah SMP yang ditunjuk sebagai sekolah IMTAQ. Sekolah tersebut juga telah menerapkan sistem pendidikan yang baru yakni kurikulum KTSP.
Di SMPN 11 telah tersedia sarana prasarana yang hampir memadai untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif. Seperti adanya ruang komputer, laboratorium, ruang multimedia yang di dalamnya terdapat alat peraga seperti OHP dan LCD. Kemudian, adanya perpustakaan yang sudah cukup lengkap dengan buku-bukunya, seperti buku paket tiap tingkatan kelas, ensiklopedi, beberapa macam kamus, Koran dan artikel-artikel. Selain itu, ada juga musholla yang sudah cukup lengkap dengan perlengkapan ibadah disertai al-Quran dan buku keagamaan.
Akan tetapi, realisasinya menunjukkan hasil yang kurang memuaskan dalam hasil belajar siswa. Hal ini terbukti masih banyak terdapat nilai hasil belajar siswa yang masih rendah. Hal ini dikarenakan karena terbatasnya pemahaman guru dalam menggunakan strategi aktif dalam pembelajaran.
Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa strategi dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran agama Islam merupakan faktor penting dalam menunjang tercapainya tujuan pembelajaran., maka perlu dilakukan suatu peningkatan dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, yaitu dengan menerapkan strategi mencari informasi (Information Search) dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) dalam proses pembelajaran.
Nasution. S (2008:18) mengatakan bahwa belajar berdasarkan sumber maksudnya adalah segala bentuk belajar yang langsung mengahadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu. Jadi, murid dapat belajar di dalam kelas, di ruang perpustakaan bahkan di luar sekolah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi mencari informasi ini dilakukan dalam proses pembelajaran tergantung pada sumber belajar apa yang digunakan oleh guru dan tidak semua materi dapat menggunakan strategi mencari informasi. Materi yang dapat digunakan dengan menerapkan strategi mencari informasi ini ialah materi yang memiliki banyak pertanyaan atau memiliki maslah yang dapat dicari jawaban atau penyelesaiannya secara berkelompok atau individual melalui sumber belajar yang ada, seperti pada materi Menghindari Perilaku tercela. Sebuah permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan oleh guru akan dijawab dan dibahas oleh siswa secara berkelompok atau individual melalui sumber belajar yang ada.
Sebelum peneliti melakukan penelitian tentang penerapan strategi mencari informasi (Information Search) dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber. Peneliti telah menemukan beberapa penelitian yang telah ada mengenai penelitian tentang penggunaan sumber belajar, seperti yang dikemukakan:Titin Herlinda (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Sumber Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam siswa SLTP 1 Kedul kec.Mukok kab Sanggau”. Disimpulkan bahwa sumber belajar pendidikan agama Islam yang digunakan di SLTPN q kedul kec.Mukok kab.Sanggau tahun 2003 termasuk dalam kategori “sedang”. Hal ini disimpulkan dari analisis deskriptif yang menghsilkan kecendrungan “sedang” sebesar 64,3 %, “tinggi” sebesar 17,39 %, dan “rendah” sebesar 18,048 %. Sedangkan prestasi belajar PAI siswa SLTPN 1 Mukok juga termasuk dalam ketegori “sedang”. Hal ini ditandai oleh hasil analisis deskriptif yang menunjukkan kecendrungan “sedang” 73,91 %, “tinggi” sebesar 10,87 %, dan rendah 15,022 %. Jadi terdapat pengaruh yang sangat signifikan yang ditimbulkan oleh sumber belajar terhadap prestasi belajar PAI.
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa penelitian tentang sumber belajar memang ada kesamaan tema. Namun, dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan penelitian mengenai penerapan dan pelaksanaan strategi mencari informasi (Information Search) dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber yang ada di sekolah.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk menerapkan strategi mencari informasi (Information Search) dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber karena belajar berdasarkan sumber (BBS) sangat tepat digunakan sekali apabila di lembaga sekolah tersebut memiliki fasilitas yang memadai. Peneliti yakin dengan menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber ini dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih optimal sesuai dengan kemampuan siswa pada mata pelajaran PAI di SMPN 11 Pontianak.
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi masalah secara umum dalyanam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Strategi Information Search Dengan Menggunakan Pendekatan Belajar Berdasarkan Sumber Pada Mata Pelajaran PAI di SMPN 11 Pontianak”.
Namun, masalah tersebut masih terlalu umum, sehingga untuk mempermudah dan mengarahkan penelitian ini perlu dibatasi dengan fokus penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hasil belajar siswa sebelum menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa sesudah menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
C. Tujuan penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kejelasan tentang seberapa jauh hubungan penerapan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber pada hasil pembelajaran PAI. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Hasil Belajar siswa sebelum menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
2. Hasil Belajar siswa sesudah menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
3. Peningkatan hasil belajar yang siginifikan setelah menerapkan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS) pada mata pelajaran PAI di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
D. Manfaat penelitian
Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermafaat bagi khazanah ilmu pengetahuan yang dapat menjadi bahan bacaan yang berkaitan dengan strategi information search.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan/bahan informasi bagi:
1. Bagi guru
Bagi guru dan pelaku pendidikan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan hasil belajar dikelasnya.
2. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
3. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi Memberikan sumbangan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas.
BAB II
PENERAPAN STRATEGI INFORMATION SEARCH, DENGAN
PENDEKATAN BELAJAR BERDASARKAN SUMBER,
DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PAI
A. Strategi Information Search
Seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik. Penggunaan suatu strategi pembelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas, dan etisiensi pencapaian tujuan pembelajaran.
Selain itu, pengembangan strategi dilakukan untuk menciptakan keadaan belajar yang lebih menyenangkan dan dapat mempengaruhi peserta didik. Sehingga, mereka dapat belajar dengan menyenangkan dan dapat meraih hasil belajar yang memuaskan.
Menurut Abu Ahmadi dan Joko Prasetya (1997:1) bahwa strategi mengajar dimaksudkan sebagai upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar,
Maksudnya agar tujuan pengajaran yang dirumuskan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil, guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pengajaran sedemikian rupa sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pengajaran.
Nana Sudjana (1995:147), mengatakan bahwa strategi mengajar adalah tindakan guru melaksanakan rencana mengajar. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa variable pengajaran (tujuan, bahan, metode, dan alat, serta evaluasi) agar siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, guru dituntut harus dapat menetapkan strategi pembelajaran apa yang paling tepat dan sesuai untuk tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran yang berkembang saat ini sangat banyak, contohnya strategi Information Search (mencari informasi) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam hal ini, pendekatan belajar berdasarkan sumber dipilih untuk menunjang kelancaran strategi information search. Karena tidak semua materi dapat menerapkan strategi information search. Jadi harus dipilih juga sumber apa yang cocok untuk materi tersebut.
1. Pengertian strategi information search
Menurut Hendi Burahman (2009), strategi mencari informasi (Information Search) adalah suatu strategi pembelajaran mencari informasi. Informasi dapat diperoleh melalui Koran, buku paket, majalah, atau ineternet. Hal tersebut digunakan agar siswa dapat memiliki informasi lebih tentang materi tersebut. Agar siswa aktif mencari informasi, maka guru membuat suatu permasalahan yang dituangkan di dalam LDS (lembar diskusi siswa).
Sedangkan Hisyam Zaini (2004), menjelaskan bahwa Strategi Information Search hampir sama dengan ujian open book. Dimana siswa secara individu atau berkelompok mencari informasi yang dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada mereka. Strategi ini sangat membantu pembelajaran yang dianggap kurang menarik. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh M.L. Silberman (2006), bahwa strategi ini bisa disamakan dengan ujian open-book. siswa dikelas mencari informasi yang menjawab pertanyaan yang diajukan kepada siswa. Strategi ini sangat membantu menjadikan materi yang biasa-biasa saja menjadi lebih menarik.
Pembelajaran dengan menerapkan strategi mencari informasi menekankan pada aspek kerjasama antar individu dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Inti pada pembelajaran dengan menggunakan strategi mencari informasi ini adanya saling kerjasama antar anggota kelompok, dimana setiap anggota kelompok mempunyai tanggungjawab secara individu sekaligus kelompok, sehingga dari perbedaan masing-masing individu dapat saling bertukar pikiran dan berinteraksi secara terbuka untuk menyelasaikan persoalan yang dihadapi.
Pencarian informasi ini dilakukan secara berkelompok kecil, yang bertujuan agar permasalahan pada materi tersebut terselesaikan dengan cepat, dan apabila ada siswa yang malu bertanya kepada guru, siswa dapat bertanya dengan teman sekelompoknya, sehingga terjadi tukar pendapat antar anggota kelompok.
2. Kelebihan dan kekurangan dari strategi information search
Penggunaan strategi mencari informasi ini memiliki kelebihan yaitu dapat membuat siswa memiliki informasi lebih tentang materi yang diajarkan serta siswa dapat memiliki daya berinkuiri dan saling bekerjasama. Menurut Hendi Burahman (2009), kelebihan dari strategi Information Search (mencari informasi) adalah sebagai berikut:
a. Siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga memiliki sedikit gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapat tambahan penjelasan dari guru
b. Siswa aktif bertanya dan mencari informasi
c. Materi apat diingat lebih lama
d. Kecerdasan siswa diasah pada saat siswa mencari informasi tentang materi tersebut tanpa bantuan guru
e. mendorong tumbuhya keberanian mengutarakan penapat secara terbuka dan memperluas wawasan melalui bertukar pendapat secara kelompok
f. Siswa belajar memecahkan masalah sendiri secara kelompok dan saling bekerjasama.
Hendi Burahman (2009) menjelaskan bahwa Kelemahan dari strategi information search adalah Peserta didik yang jarang memperhatikan atau bosan jika bahasan dalam strategi tersebut tidak disukai pelaksanaan strategi harus dilakukan oleh pendidik yang kreatif dan vokal, sedangkan tidak semua pendidik di Indonesia memiliki karakter tersebut. Tidak semua lembaga bisa melaksanakannya, karena fasillitas harus tersedia menjadi hambatan dengan berbagai pola pikir dan karakter peserta didik yang berbeda-beda.
Strategi information search (mencari informasi) juga akan membuat siswa mampu memberikan respon balik terhadap materi pembelajaran secara aktif, tidak harus menunggu informasi dari guru dan kegiatan pembelajaran pun jadi menyenangkan.
Jadi, strategi ini selain akan membuat materi yang akan diajarkan menjadi menarik, juga akan membuat siswa semakin aktif dan hasil belajar yang diinginkan pun dapat tercapai.
Namun, dibalik ada kelebihan juga ada kekurangannya dalam menggunakan strategi mencari informasi ini. seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa tidak semua lembaga bisa melaksanakannya karena fasilitas harus tersedia. Oleh karena itu, peneliti memilih SMPN 11 untuk dijadikan tempat penelitian karena fasilitas yang sudah hampir memadai untuk menerapkan berbagai strategi aktif, salah satunya yaitu strategi information search (mencari informasi).
3. Langkah-langkah pelaksanaan strategi information search
Strategi mencari informasi (Information search) ini cocok untuk meminimalisir kelemahan metode ceramah yang cenderung membosankan. Sudirman Tamin (2010) menjelaskan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Melakukan atau membuat panduan pertanyaan yang akan disajikan dalam mencari informasi seputar bahasan
b. Membagi kelas kedalam dua kelompok kecil
c. Memberikan panduan-panduan (key-words) kepada masing-masing kelompok
d. Meminta siswa mencari jawaban atau informasi tentang panduam pertanyaan
e. Meninjau kembali jawaban siswa (Feedback)
Menurut Penyu (2006), langkah-langkah strategi information search (mencari informasi) adalah sebagai berikut:
a. Buat beberapa pertanyaan yang dapat dijawab dengan mencari informasi dalam bahan bacaan. Bentuk bacaan: handout, dokumen, buku teks, informasi dari internet, dll
b. Bagikan pertanyaan tersebut kepada peserta didik
c. Minta siswa menjawab individual atau kelompok. Kompetensi dapat diadakan untuk meningkatkan partisipasi
d. Beri komentar atas jawaban yang diberikan siswa. Kembangkan untuk memperluas pembelajaran.
Hisyam Zaini (2004), menjelaskan bahwa langkah-langkah strategi information search, yakni sebagai berikut:
a. Buatlah pertanyaan yang dapat dijawab dengan mencari informasi yang dapat ditemukan dalam bahan-bahan atau sumber informasi yang bisa didapatkan oleh siswa dari handout, dokumen, buku teks, informasi dari internet, dll.
b. Bagikan pertanyaan tersebut kepada siswa
c. Minta siswa untuk menjawab pertanyaan dengan cara individual atau kelompok kecil
d. Beri komentar atas jawaban yang diberikan siswa. Kembangkan jawaban untuk memperluas skope pembelajaran.
Sedikit berbeda dengan penjelasan Hendi Burahman (2009), bahwa langkah-langkah strategi Informatin Search yakni Guru membuat suatu permasalahan yang mana dalam permasalahan tersebut siswa diminta untuk mencari informasi agar permasalahan tersebut dapat dipecahkan. Permasalahan ini dituangkan di dalam LDS (lembar diskusi siswa), dan LDS ini dikerjakansecara kelompok. Setelah siswa menyelesaikan LDS dengan waktu yang ditetapkan, kemudian guru meminta siswa untuk mempersentasikan jawaban tersebbut di depan kelas. Kelompok lain mendengarkan, melontarkan pertanyaan, dan menyanggahnya, sehingga terjadi diskusi di kelas.
Jadi untuk membuat agar pertanyaan yang diberikan sesuai dengan materi yang menerapkan strategi mencari informasi, maka buatlah pertanyaan yang mendorong peserta didik untuk menyimpulkan informasi yang tersedia. Untuk memvariasikan strategi informasi search ini dapat juga dengan memberi tugas seperti pemecahan masalah atau tugas dimana mereka harus mencocokkan atau merangkai kata-kata yang menyimpulkan point-point penting dari sumber bacaan.
B. Pendekatan Belajar Berdasarkan Sumber (BBS)
Saat ini sumber-sumber belajar beraneka ragam bentuknya. Sumber belajar tidak sama artinya dengan alat pengajaran. Kebanyakan guru tidak merasa perlu untuk membuat atau menggunakannya. Akan tetapi sumber belajar yang esensial harus digunakan oleh murid. Jadi sumber belajar ditujukan kepada murid, bukan kepada guru. Oleh karena itu dalam penerapan strategi mencari informasi (Information Search) menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber.
1. Pengertian pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS)
Menurut S.Nasution (2008), belajar berdasarkan sumber (resource-based learning) dimaksudkan segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu. Jadi dalam belajar berdasarkan sumber, guru bukan merupakan sumber belajar satu-satunya. Murid dapat belajar di kelas, dalam laboratorium, dalam ruang perpustakaan, dalam “ruang sumber belajar” (resourch-room) yang khusus atau bahkan diluar sekolah, bila ia mempelajari lingkungan berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu.
Cece Wijaya (1992), Beberapa sumber bisa dipergunakan untuk memudahkan belajar. Sumber ini disebut Instructional Material atau Resource. Di samping ini, ada Real-Wourld Resource, yakni sumber-sumber di luar yang dapat ditemukan dan dipergunakan untuk tujuan belajar. Jadi, sumber-sumber tersebut dapat di bagi menjadi ke dalam dua bagian, yakni :
1. Sumber yang telah di desain untuk tujuan belajar
2. Sumber yang dapat dipergunakan untuk tujuan belajar, yaitu sumber-sumber yang tidak di desain untuk tujuan belajar, namun bisa dipergunakan untuk tujuan belajar.
Selain itu masih banyak sekali sumber-sumber yang dapat guru gunakan untuk mendukung pembelajarannya. Seperti yang dikatakan Wina Sanjaya (2008: 230), bahwa macam-macam sumber belajar, yaitu Pesan, Orang, Bahan, Alat, dan Teknik.
Jadi, belajar berdasarkan sumber ini merupakan pendekatan belajar yang tidak hanya menggunakan guru sebagai sumber utama. Namun, semua yang ada, sebetulnya dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang dapat menambah pengalaman siswa dalam belajar.
2. Ciri-ciri Pendekatan belajar berdasarkan sumber (BBS)
S. Nasution (2008) mengatakan bahwa ciri-ciri belajar berdasarkan sumber, antara lain :
a. BBS (belajar berdasarkan sumber) berusaha memberi pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.
b. BBS berhasrat untuk mengganti pasivitas murid dalam belajar tradisional dengan belajar aktif didorong oleh minat dan keterlibatan diri dalam pendidikannya.
c. BBS berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, metode kerja, danmedium komunikasi yang berbeda dengan kelas konvensional yang mengharuskan murid-murid beljar yang sama dengan cara yang sama.
Dapat dikatakan bahwa sumber belajar yang dapat digunakan untuk pembelajaran itu tidak hanya satu, melainkan banyak sekali sumber-sumber lain yang mungkin terlupakan oleh guru yang mengajar. Pengajaran menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber ini tidak mengutamakan bahan pelajaran yang harus dikuasai, tidak mengahruskan bahan yang sama. Akan tetapi, mementingkan kemampuan untuk meneliti, mengembangkan minat, penguasaan berbagai ketrampilan termasuk ketrampilan berpikir analitis agar mereka mendapat kepercayaan akan diri sendiri untuk belajar sendiri.
C. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI)
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Belajar bukan merupakan kegiatan menghafal dan bukan pula mengingat.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 1987: 28).
Dalam proses belajar dan mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar dan mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pembelajaran, sehingga proses atau kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Hasil belajar dalam kontesktual menekankan pada proses yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Nilai siswa diperoleh dari penampilan siswa sehari-hari ketika belajar. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara misalnya, proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dan tes (Depdiknas: 2002).
Pembelajaran merupakan suatu usaha dasar yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, sehingga perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat terwujud. Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian hasil belajar dapat dilihat dari hasil yang dicapai siswa, baik hasil belajar (nilai), peningkatan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah perubahan tingkah laku atau kedewasaannya.
Horward Kysley dalam Sudjana (1990: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motorik.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative (Sudjana, 1990: 22).
Hasil belajar biasanya dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis (Sudjana, 1987: 39-40).
Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadari. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran yaitu tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar dan mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran.
Soedijarto (1998) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Hasil belajar dalam rangka studi meliputi kawasan kognitif, afektif dan kemampuan seorangan pelajar.
Sedangkan Nana Sudjana (1998) Mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. menurutnya terdapat tiga hasil belajar, yaitu Tipe hasil belajar kognitif, Tipe hasil belajar afektif dan Tipe hasil belajar psikomotorik.
Dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran ranah tertentu diperlukan prinsip pembelajaran yang tidak sama, terutama prinsip yang mengatur prosedur dan pendekatan pembelajaran itu sendiri (Sugandi, dkk, 2004:11).
Hasil belajar memiliki peran penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Penilaian hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan belajar dalam upaya mencapai tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar mengajar. Jadi, Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar formatif yang berbentuk ranah kognitif. Aspek materinya yang digunakan untuk mengukur hasil belajar tersebut ada dua aspek yaitu, Aqidah tentang Menghindari perilaku ananiyah, dan menghindari perilaku gadab, dan Fiqih mengenai Memahami hukum Islam tentang hewan sebagai sumber bahan makanan.
D. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional No.20 (2003) menjelaskan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.
Menurut kurikulum PAI (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004) Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenai, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Sedangkan menurut Zakiah Drajat (Abdul majid dan Dian Andayani,2004) Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran yang telah ditentukan untuk mncapai tujuan yang telah ditetapkan.
Mengacu dari beberapa pendapat tersebut, maka proses belajar dan mengajar yang aktif ditandai adanya keterlibatan siswa secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosionalnya. Pelajaran PAI misalnya diperlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar dan mengajar sehingga keterlibatan siswa dapat optimal, yang pada akhirnya berdampak pada perolehan hasil belajar. Hal tersebut, sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari, siswa tidak pernah lepas PAI , yang dekat dengan aktivitas kehidupan mereka.
2. Karakteristik pendidikan Agama Islam
Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu yang dapat membedakannya dengan mata pelajaran lainnya. Begitu juga halnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), khususnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Adapun karakteristik mata pelajaran PAI di SMP adalah sebagai berikut:
a. PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam, sehingga PAI merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam.
b. Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang bertujuan untuk pengembangan moral dan kepribadian peserta didik. Semua mata pelajaran yang memiliki tujuan tersebut harus seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran PAI.
c. Diberikannya mata pelajaran PAI, khususnya di SMP, bertujuan untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., berbudi pekerti yang luhur (berakhlak yang mulia), dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya, sehingga dapat dijadikan bekal untuk memelajari berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut.
d. PAI adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik dapat menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih menekankan bagaimana peserta didik mampu menguasai kajian keislaman tersebut sekaligus dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, PAI tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah pada aspek afektif dan psikomotornya.
e. Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Quran dan al-Sunnah/al-Hadits Nabi Muhammad Saw. (dalil naqli). Dengan melalui metode Ijtihad (dalil aqli) para ulama mengembangkan prinsip-prinsip PAI tersebut dengan lebih rinci dan mendetail dalam bentuk fiqih dan hasil-hasil ijtihad lainnya.
f. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman; syariah merupakan penjabaran dari konsep islam, syariah memiliki dua dimensi kajian pokok, yaitu ibadah dan muamalah, dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian 3 keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti Ilmu Kalam (Theologi Islam, Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan pengembangan dari aqidah, Ilmu Fiqih yang merupakan pengembangan dari syariah, dan Ilmu Akhlak (Etika Islam, Moralitas Islam) yang merupakan pengembangan dari akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata pelajaran di SMP.
g. Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI di SMP adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia (budi pekerti yang luhur). Tujuan ini yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad Saw. di dunia. Dengan demikian, pendidikan akhlak (budi pekerti) adalah jiwa Pendidikan Agama Islam (PAI). Mencapai akhlak yang karimah (mulia) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Hal ini tidak berarti bahwa pendidikan Islam tidak memerhatikan pendidikan jasmani, akal, ilmu, ataupun segi-segi praktis lainnya, tetapi maksudnya adalah bahwa pendidikan Islam memerhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti juga segi-segi lainnya. Peserta didik membutuhkan kekuatan dalam hal jasmani, akal, dan ilmu, tetapi mereka juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, perasaan, kemauan, cita rasa, dan kepribadian. Sejalan dengan konsep ini maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah mengandung muatan pendidikan akhlak dan setiap guru haruslah memerhatikan akhlak atau tingkah laku peserta didiknya.
PAI merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh setiap peserta didik, terutama yang beragama Islam, atau bagi yang beragama lain yang didasari dengan kesadaran yang tulus dalam mengikutinya. Itulah gambaran tentang karakteristik Pendidian Agama Islam (PAI) pada umumnya dan mata pelajaran PAI di SMP pada khususnya yang dapat dikembangkan oleh para guru PAI dengan variasi-variasi tertentu, selama tidak menyimpang dari karakteristik umum ini. Dengan berpedoman kepada panduan ini, para guru PAI atau sekolah diharapkan dapat melakukan pengembangan silabus mata pelajaran PAI di SMP dengan mudah dan variatif.
3. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
a. Al Qur’an dan Hadits
b. Aqidah Akhlak
c. Fiqih
d. Tarikh dan Kebudayaan Islam.
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Aadapun materi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah materi aspek aqidah ahklak tentang perilaku tercela yakni dendam dan munafik.
E. Pelaksanaan Strategi Information Search dengan Menggunakan Sumber Belajar pada Pembelajaran PAI
Strategi mencari informasi (Information Search) adalah suatu strategi pembelajaran mencari informasi. Informasi dapat diperoleh melalui Koran, buku paket, majalah, atau ineternet. Hal tersebut digunakan agar siswa dapat memiliki informasi lebih tentang materi tersebut. Agar siswa aktif mencari informasi, maka guru membuat suatu permasalahan yang dituangkan di dalam LDS (lembar diskusi siswa). Pencarian informasi ini dilakukan secara berkelompok kecil, yang bertujuan agar permasalahan tersebut terselesaikan dengan cepat, dan apabila ada siswa yang malu bertanya kepada guru, siswa dapat bertanya dengan teman sekelompoknya, sehingga terjadi tukar pendapat antar anggota kelompok.
Sedangkan Belajar Berdasarkan Sumber (resource-based learning) dimaksudkan segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu.
Penerapan strategi mencari informasi dalam pembelajaran PAI dapat memberikan keuntungan positif dimana siswa dapat bekerjasama dalam kelompoknya untuk saling bertukar pendapat dalam memahami konsep materi yang disajikan dalam uraian teks. Setelah siswa memahami persoalan, selanjutnya setiap kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih dapat saling bekerjasama dan bertukar pendapat dalam menyelesaikan persoalan yang terdapat dalam lembar kerja. Walaupun pembelajaran ini dilakukan secara berkelompok namun setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri, selanjutnya antar anggota kelompok dapat saling berbagi pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah.
Mata pelajaran PAI sebagian besar pelajarannya adalah berupa uraian teks, sehingga siswa diharapkan mampu untuk memahami bacaan dengan baik dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar tercapai tujuan pembelajaran karena kegiatan belajar tidak dapat terlepas dari kegiatan membaca.
Oleh karena itu penerapan strategi mencari informasi (Information Search) dalam pembelajaran PAI diharapkan akan lebih mempermudah memahami materi. Siswa dituntut untuk saling bekerjasama dalam memecahkan persoalan, namun masih mempunyai tanggung jawab perseorangan
Langkah-langkah penerapan strategi mencari informasi dalam pembelajaran PAI diuraikan dalam table dibawah ini:
Langkah Kegiatan Guru
1
Guru merancang program pembelajaran
1. Guru mempertimbangkan dan menerapkan target pembelajaran
2. Guru membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijadikan persoalan pada materi yang akan diajarkan
2
Aplikasi pembelajaran di kelas 1. Guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi siswa dalam belajar
2. Guru menjelaskan pokok-pokok materi
3. Guru membimbing siswa untuk membuat kelompok
4. Guru membagikan lembar kerja siswa
5. Guru memberikan informasi tentang langkah-langkah strategi mencari informasi (Information Search)
6. Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dibuat guru untuk menyelesaikan persoalan yang ada pada materi yang diajarkan.
3
Pengarahan 1. Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual ataupun kelompok pada saat mereka melakukan kegiatan mencari informasi (information search)
2. Guru melakukan kegiatan observasi terhadap kegiatan siswa.
4
Evaluasi 1. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari dan masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
F. Kaitan Penerapan Strategi Information Search dengan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI
Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Untuk mendewasakan manusia, maka diperlukan suatu proses dimana suatu proses diperlukan metode atau strategi tertentu sehingga orang akan memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan. Sehingga dalam upaya pengajaran dan pelatihan diperlukan peran aktif dari seluruh komponen pendidikan, baik dari siswa, guru, ataupun pihak lain yang mendukung dalam proses pengajaran.
Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan (Syah, 2006:223) karena peranan penting guru dalam proses belajar mengajar ialah sebagai direktur belajar, dimana setiap guru harus pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegaiatan belajar mengajar.
Permasalahan yang dihadapi oleh siswa di SMPN 11 Pontianak adalah kesulitan dalam mencapai hasil belajar yang baik.
Dari sekian banyak strategi aktif, strategi information search (mencari informasi) merupakan salah satu strategi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan strategi ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan belajar siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru
Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan menerapkan strategi Information Search, siswa tidak hanya mendengar materi saja, melainkan siswa lebih menjadi aktif karena diminta menjawab pertanyaan guru dengan mencari informasi dari sumber belajar yang ada. Sehingga siswa pun akan dapat mencapai hasil belajar yang baik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan strategi information search (mencari informasi) dengan menggunakan sumber belajar yang ada pada mata pelajaran PAI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Basuki Wibowo (2004) dalam bukunya “Penelitian Tindakan Kelas” menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai “aksi” atau tindakan yang dilakukan oleh guru/pelaku, mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Susilo (2007) dalam bukunya “Penelitian Tindakan Kelas”, menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.
Sejalan dengan pengertian di atas, Fahrul Razi Salim (2005) dalam penelitiannya tentang “Model Pembelajaran Mandiri melalui Penggunaan Lembar Kerja Mahasiswa” dengan menggunakan penelitian yang sama, yakni Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom action research (CAR). Beliau menggabung desain penelitian ini menjadi tiga tahapan yakni: tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan, dan tahap refleksi. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Kurt Lewin (Ali Hasmy, 2009:39) bahwa konsep pokok action research (penelitian tindakan) dalam penelitian ini terdiri dari empat komponen yaitu: tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan an tahap refleksi. Dalam hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Acting
Planning Observing
Reflecting
Model Action Research Kurt Lewin
Dari beberapa pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu: (1) Perencanaan Tindakan (Planning), (2) Pelaksanaan Tindakan (Acting), (3) Pengamatan (Observing) dan Refleksi (Reflecting). Namun sebelumnya, Directorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Basuki Wibawa, 2004:35) menjelaskan baha tahapan ini diawali oleh suatu tahapan Pra-PTK, yang meliputi: Identifikasi masalah, analisis masalah, rumusan masalah dan rumusan hipotesis tindakan.
Dalam hal ini, tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat digambarkan sebagai berikut:
tahapan Pelaksanaan PTK
Dari figur di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahapan Pra PTK
Pada tahap ini, peneliti dan guru PAI melakukan identifikasi masalah yakni permasalahan yang dirasakan dalam proses kegiatan belajar mengajar dikelas. Dalam hal ini, permasalahan yang peneliti temukan adalah permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa yang ditinjau dari pengaruhnya terhadap pembelajaran. Kemudian masalah yang ditemukan tersebut dirumuskan secara komprehensif, yang selanjutnya barulah rumusan hipotesis tindakan dibuat.
Dari tahapan Pra-PTK tersebut, maka masalah dapat dirumuskan (sebagaimana telah dipaparkan pada bagian pendahuluan) sebagai berikut:
a. Masih banyak terdapat hasil belajar siswa yang masih rendah
b. Masih terbatasnya sikap dan pemahaman guru PAI dalam menggunakan strategi dan mengembangkan sumber belajar yang ada untuk digunakan dalam pembelajaran.
Berangkat dari tahapan Pra-PTK inilah, kemudian tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dimulai.
2. Tahapan Perencanaan Tindakan (Planning)
Basuki Wibawa (2004) mengemukakan bahwa “Rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan penelitian tindakan kelas, mulai dari materi/bahan ajar, rencana pembelajaran yang mencakup mtode/teknik mengajar, serta teknik dan instrument observasi/evaluasi dipersiapkan secara matang pada tahapan perencanaan ini”.
Pada tahap ini, ada tiga siklus yang akan direncanakan untuk dilaksanakan pada tahapan pelaksanaan tindakan (action). Adapun ke-3 siklus tersebut, yakni sebagai berikut:
1) Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Rencana tindakan dalam penelitian ini diawali dengan melakukan kajian pendahuluan yaitu dengan mengkaji permasalahan yang terkait dengan kegiatan pembelajaran. Dimana peneliti dan guru PAI secara kolaboratif dalam menyusun rancangan pembelajaran yang terkait dengan penerapan strategi information search (mencari informasi) dengan menggunakan sumber belajar yang ada.
Dalam membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi information search, terlebih dahulu peneliti mengumpulkan perangkat yang dibutuhkan seperti: Rencana pembelajaran yang dimiliki oleh guru PAI, bahan ajar, dan sumber belajar yang akan digunakan. Setelah semua perangkat terkumpul, selanjutnya peneliti membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi Information search yang meliputi pembuatan soal yang tertuang dalam LKS (lembar kerja siswa). Kemudian hasil rancangan tersebut didiskusikan dengan guru sehingga diperoleh kesepakatan tentang rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dikelas. Adapun materi pelajaran yang akan diajarkan dengan menggunakan strategi Information search adalah sebagai berikut :
No Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Pencapaian
1 Menghindari perilaku dendam Perilaku tercela (dendam) 1. Menjelaskan pengertian perilaku dendam.
2. Menjelaskan bahaya negatif dari dendam.
3. Menunjukkan dalil naqli yang terkait dengan dendam.
4. Menjelaskan ciri-ciri pendendam.
5. Menjelaskan cara menghindari perilaku dendam dalam lingkungan keluarga.
6. Menjelaskan cara menghindari perilaku dendam dalam lingkungan sekolah.
7. Menjelaskan cara menghindari perilaku dendam dalam lingkungan masyarakat.
2 Menghindari perilaku munafik Perilaku tercela (munafik) 1. Menjelaskan pengertian perilaku munafik
2. Menjelaskan bahaya negatif dari munafik.
3. Menunjukkan dalil naqli yang terkait dengan munafik.
4. Menjelaskan ciri-ciri munafik.
5. Menjelaskan cara menghindari perilaku munafik dalam lingkungan keluarga.
6. Menjelaskan cara menghindari perilaku munafik dalam lingkungan sekolah.
7. Menjelaskan cara menghindari perilaku munafik dalam lingkungan masyarakat.
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Tindakan pertama akan dilakukan sesuai dengan jadwal dan kesepakatan guru yang mengajar. Seperti pembelajaran biasanya, pembelajaran biasanya akan diawali dengan lafadz salam dari guru dan do’a bersama oleh siswa sebelum pembelajaran dimulai. Langkah berikutnya, guru memberikan motivasi awal, serta menyampaikan pokok bahasan/sub bahasan. Kemudian, guru memberikan pretest kepada siswa terkait dengan materi yang akan dibahas. Dalam penyampaian materi, guru menggunakan strategi mencari informasi dengan memberikan sebuah permasalahan yang harus didiskusikan oleh siswa dengan mencari informasi yang ada. Guru memotivasi siswa agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Langkah selanjutnya, guru memberikan post test kepada siswa berkenaan dengan materi yang telah dipelajari. Post Test diberikan sama dengan test yang diberikan pada Pretest.
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru mengingatkan kepada siswa yang jika ada nilainya kurang dari 75% (tidak tuntas), maka akan dilakukan remedial. Kegiatan perbaikan (remedial) dilakukan pada pertemuan minggu berikutnya.
c. Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan ini, peneliti akan melakukan pemantauan dan pencatatan atas apa yang peneliti lihat dan didengar. Dalam hal ini, pada tahap pelaksanaan penelitian, proses pembelajaran PAI menggunakan instrument pengumpulan data yang telah ditetapkan yakni dengan menggunakan lembar/pedoman observasi dengan dilengkapi catatan lapangan, Preetest dan Postest sehingga diperoleh seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan.
d. Reflaksi (Reflcting)
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang hingga permasalahan dapat teratasi (Hopkins dalam Suhardjono, 2006 :80)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Secara umum, pada tahapan ini apabila rancangan pembelajaran telah dilaksanakan sepenuhnya. Namun, ada beberapa hal yang perlu didiskusikan lebih lanjut dan disepakati kembali antara peneliti dan guru untuk pengembangan pebelajaran pada minggu berikutnya, guna memperoleh hasil belajar siswa yang lebih baik lagi.
Pada akhir pelajaran, guru juga diharapkan untuk mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi pelajaran yang akan dibahas pada minggu berikutnya. Dan pada akhirnya siswa akan dapat memperoleh nila yang lebih baik lagi.
2) Siklus Kedua
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan segala perangkat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya berupa: Rencana persiapan pembelajaran, bahan ajar/materi. Disamping itu, peneliti juga membuat LKS pada saat menggunakan strategi mencari informasi yang aka dilakukan dalam pembelajaran seperti yang telah dilakukan pada perencanaan minggu lalu.
Hasil refleksi dari tindakan sebelumnya, juga menjadi pdoman bagi peneliti dalam menentukan rancangan pembelajaran berikutnya dan kemudian hasil rancangan yang baru tersebut peneliti brikan kepada guru agar dapat mempelajarinya terlebih dahulu. Setelah itu, peneliti dan guru mendiskusikan hasil rancangan yang telah dibuat guna kelancaran pada pelaksanaan tindakan nanti
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Tindakan kedua ini akan dilakukan sesuai dengan jadwal dan kesepakatan guru yang mengajar. Seperti pembelajaran biasanya, pembelajaran biasanya akan diawali dengan lafadz salam dari guru dan do’a bersama oleh siswa sebelum pembelajaran dimulai. Pada tindakan kedua ini, guru akan melakukan remedial kepada siswa yang dinyatakan tidak tuntas.
Langkah berikutnya, guru mengumumkan hasil pekerjaan siswa dengan membagikan lembar pekerjaan mereka dan menyebutkan nama-nama siswa yang harus mengikuti remedial. Kemudian guru memberika penjelasan kepada siswa bahwa yang namanya disebutkan tadi harus tetap berada di dalam kelas dan mengikuti remedial. Sedangkan yang namanya tidak disebutkan tadi, mereka harus belajar diperpustakaan sekolah dengan mengerjakan tugas/soal yang diberikan oleh guru.
Setelah remidial selesai dilakukan, siswa masuk kembali kedalam kelas dan guru meminta kepada siswa untuk duduk pada kelompoknya masing-masing, seperti minggu lalu. Dan guru memberikan pretes kepada siswa terkait dengan materi yang akan dibahas.
Dalam penyampaian materi, guru menggunakan strategi mencari informasi dengan memberikan sebuah permasalahan yang harus didiskusikan oleh siswa dengan mencari informasi yang ada. Guru memotivasi siswa agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Langkah selanjutnya, guru memberikan post test kepada siswa berkenaan dengan materi yang telah dipelajari. Post Test diberikan sama dengan test yang diberikan pada Pretest, hanya saja soalnya diacak.
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru mengingatkan kpada siswa yang jika ada nilainya kurang dari 75% (tidak tuntas), maka akan dilakukan remedial. Kegiatan perbaikan (remedial) dilakukan paa pertemuan minggu berikutnya.
c. Pengamatan (Observing)
Sama halnya pada tindakan pertama yang telah dilakukan, pada tindakan kedua ini peneliti juga melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan tersebut.
d. Reflaksi (Reflcting)
Pada tahap ini, apabila semua rancangan pembelajaran pada tindakan/siklus kedua ini telah dilaksanakan sepenuhnya dan dinilai sudah cukup baik. Kemudian, apa yang telah dilakukan oleh guru sesuai dengan apa yang telah disepakati antara guru dan peneliti pada kegiatan perencanaan. Maka, pada tindakan selanjutnya tidak perlu membuat suatu prncanaan pembelajaran yang baru.
Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa dari hasil perbandingan pretest dan Postest, dapat dilihat apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah menggunakan strategi Information Search (Mencari Informasi).
Setelah siklus pertama dilakukan dan dari kegiatan pengamatan serta penilaian secara reflektif diperoleh data yang menunjukkan adanya keharusan untuk melakukan daur ulang, maka perencanaan berikutnya merupakan perencanaan yang telah di revisi dan akan menjadi siklus kedua dan seterusnya kembali seperti siklus pertama sampai hasil belajar siswa meningkat.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 11 Pontianak yang beralamat di Jl. Akhmad Marzuki Kec. Pontianak Selatan Kab. Kota Pontianak. Adapun mata pelajaran yang dijadikan pelaksanaan tindakan adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang disajikan dalam 2 jam pelajaran (2 x 40 menit ) dalam 1 minggu yakni yang dilaksanakan setiap hari senin pukul 09.20-10.00 Wib oleh ibu Dra.Salmah, selaku guru mata pelajaran PAI. Sedangkan kelas yang dijadikan sebagai implementasi tindakan adalah siswa kelas VIII D yang berjumlah 18 orang siswa yang beragama Islam. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan permasalahan efektifitas pembelajaran dan kemudahan dalam pelaksanaan tindakan.
C. Instrumen Penelitian
Sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu tentang dampak penerapan strategi Information Search (Mencari Informasi) dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber pada hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dokumentasi
Hadari Nawawi (1995) mengatakan bahwa teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis yang berupa arsip, buku-buku tentang teori, dalil dan lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dengan demikian teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa bahan tertulis yang dijadikan debagai salah satu sumber data. Adapun dokumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah berupa nilai-nilai rapor PAI siswa kelas VII semester pertama.
2. Preetest
Anas Sudijono (2003) dalam bukunya “Pengatur Evaluasi Pendidikan” mengatakan bahwa pretest adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada siswa atau peserta didik. Oleh karena itu, dalam hal ini pretest digunakan untuk memperoleh data tentang penguasaan materi pelajaran oleh siswa sebelum menggunakan model pendekatan ATI.
3. Achievement Test (Postest)
Anas Sudijono (2003) mengatakan bahwa achievement test atau tes hasil belajar adalah tes yang biasa digunakan untuk mengungkapkan tingkat pencapaian atau prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, achievement test digunakan untuk memperoleh data tentang penguasaan materi pelajaran oleh siswa setelah menggunakan strategi information search (mencari informasi) yang dibuktikan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
4. Observasi (Pengamatan)
Hadari Nawawi (1995) mengatakan bahwa observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan pemantauan secara komprehensif. Proses pembelajaran dinilai dengan menggunakan instrumen berupa lembar/pedoman observasi yang dilengkapi dengan catatan kegaiatan lapangan. Observasi dan catatan kegiatan lapangan digunakan untuk memperoleh data dan gambaran mengenai proses pembelajaran PAI dengan menerapkan strategi information search (mencari informasi) yang memfokuskan pada kinerja guru dan siswa yang tampak selama proses pembelajaran.
D. Pengumpulan Data
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan pada dua tahapan pnelitian yaitu tahap pengamatan dan pelaksanaan. Pengumpulan data pada kedua tahapan tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Tahap pengamatan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan melihat kemampuan siswa yang diperoleh dari nilai rata-rata rapor PAI siswa pada semester sebelumnya.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan dua kali pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengukuran.
a. Pada Bagian Awal
Pada bagian ini dilakukan pengukuran awal yang disebut dengan tes awal (pretest). Tes awal (pretest) adalah tes yang dilakukan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada siswa. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan awal tersebut dengan menggunakan pretest. Dalam hal ini, pretest digunakan untuk memperoleh data tentang penguasaan materi pelajaran oleh siswa sebelum menggunakan strategi information search (mencari informasi) dengan pendekatan belajar berdasarkan sumber.
b. Pada Bagian Inti
Pada bagian inti, alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan observasi. Dalam hal ini, alat yang digunakan adalah berupa lembar/pedoman observasi yang dilengkapi dengan catatan kegiatan lapangan. Pedoman observasi dan catatan kegiatan lapangan digunakan untuk memperoleh data dan gambaran mengenai proses pembelajaran PAI dengan menerapkan strategi information search (mencari informasi) dengan pendekatan belajar berdasarkan sumber.
c. Pada Bagian Akhir
Pada bagian ini dilakukan pengukuran hasil belajar siswa yang disebut dengan postest atau achievement test. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan achievement test. Dalam hal ini, posttest atau achievement test digunakan untuk memperoleh data tentang penguasaan materi pelajaran oleh siswa setelah diberikan pelajaran dengan menerapkan strategi information search (mencari informasi).
E. Analisis Data
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini kemudian dilakukan penganalisisan data melalui kegiatan: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses analisis data dilakukan sejak awal hingga akhir tindakan dilakukan. Analisis data dilakukan melalui kegiatan menelaah (menganalisis, mensintesis, memahami dan menyimpulkan) seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber. Maka langkah selanjutnya adalah melakukan reduksi data dengan menyusun data ke dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorikan, agar gambaran data dapat dilihat dan dipahami secara keseluruhan. Maka, pengkategorian dilakukan dengan melakukan pengkodean data.
Dari hasil sajian data yang lengkap, maka dilakukan penafsiran data dan penarikan kesimpulan. Tahap akhir dari analisis data ini adalah melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan melakukan verifikasi terhadap hasil temuan. Kegiatan verifikasi data dilakukan dengan melakukan kegiatan triangulasi data. Mengingat penelitian ini merupkan penelitian tindakan, maka tahap analisis data dilakukan secara partisipatoris dan kolaboratif antara peneliti dan praktisi (guru mata pelajaran).
Data yang diperoleh pada penelitian ini dilakukan dengan cara kualitatif sepanjang penelitian ini berlangsung, dalam arti sejak pengumpulan data itu dilakukan sejak itu pula analisis terhadap data yang ditemukan. Sedangkan data yang diperoleh dari tes tertulis siswa yang berupa (pretest dan post test) dideskripsikan dengan menggunakan analisis kuantitatif melalui statistik deskriptif dan analitik dengan rumus min dan persentase berdasarkan kepentingan.
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN,
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Pontianak yang beralamat di jalan Akhmad Marzuki Kecamatan Pontianak Selatan. Adapun mata pelajaran yang dijadikan pelaksanaan tindakan adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang disajikan dalam 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) dalam 1 minggu. Sedangkan kelas yang menjadi implementasi tindakan adalah siswa kelas VIII D yang berjumlah 18 orang yang telah ditetapkan peneliti berdasarkan pertimbangan permasalahan efektifitas pembelajaran dan kemudahan pelaksanaan tindakan.
Pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak 2 tindakan dengan materi pelajaran tentang “Perilaku Dendam dan Munafik”. Adapun strategi yang digunakan adalah dengan menerapkan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber belajar.
Sehubungan dengan penelitian ini, paparan deskripsi hasil penelitian ini meliputi: rancangan umum, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi. Rancangan umum merupakan suatu perencanaan untuk kegiatan pembelajaran secara keseluruhan yang dikembangkan berdasarkan pembelajaran yang sudah berjalan. Pelaksanaan tindakan adalah kegiatan yang dilakukan dalam memanipulasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber belajar.
Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan selama akhir bulan Juli - Agustus 2010. Sedangkan yang melaksanakan tindakan adalah guru Pendidikan Agama Islam. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar hasil pengamatan dari penelitian ini lebih objektif dan bervariasi.
B. Tindakan Penelitian dan Hasilnya
Sebagaimana hipotesis awal yang telah dirumuskan sebelum melakukan tindakan ini, bahwa dengan menggunakan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPN 11 Pontianak.
Untuk mengetahui hasil dari hipotesis tersebut, maka dilakukanlah beberapa tahapan pelaksanaan tindakan yang meliputi: tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian tindakan kelas semestinya dilakukan dalam waktu 2 sampai 3 bulan, akan tetapi pada penelitian ini peneliti membatasi dengan hanya 2 x tindakan (siklus). Tindakan yang telah dilakukan dalam dua kali Tindakan atau dua kali tindakan ini, akan peneliti paparkan sebagai dihalaman berikutnya:
1. Hasil Belajar Siswa Sebelum Menggunakan Strategi Information search
a. Pemeriksaan Data
Sebelum analisis data pada tindakan pertama dilakukan, maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan data yang akan dianalisis. Dalam hal ini dapat dipaparkan pada tabel di halaman berikut:
Tabel 3
Pemeriksaan Kelengkapan Data
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Hasil belajar siswa sebelum menggunakan strategi information search 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa data lengkap (100%) tanpa ada yang hilang, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut.
b. Analisis Deskriptif
Untuk melihat keberartian tindakan pertama ini, dilihat dari hasil evaluasi yang diperoleh siswa, dilakukanlah analisis deskriptif terhadap skor-skor jawaban siswa pada tes akhir sebelum menggunakan strategi information search yaitu pada materi “dendam” akan dipaparkan dihalamani berikutnya:
Tabel 4
Analisis Deskriptif Hasil Belajar Siswa
Sebelum Menggunakan Strategi Information search
N
Valid 18
Missing 0
Mean 5,211
Std. Error of Mean ,3275
Median 5,600
Mode 6,0
Skewness -,687
Std. Error of Skewness ,536
Kurtosis -,620
Std. Error of Kurtosis 1,038
Range 4,5
Minimum 2,5
Maximum 7,0
Percentiles
25 4,000
50 5,600
75 6,100
Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat pada tabel 4 didapatkan hal-hal sebagai berikut:
Dilihat dari hasil deskriptif data bagian Box Plot tidak ditemukan adanya nilai ekstrim (data pencilan), sehingga kita dapat menggunakan rata-rata hitung (Mean) 5,211 sebagai nilai kecenderungan pemusatan datanya.
Untuk dapat menentukan kategori kecenderungan pemusatan datanya, maka digunakan rumus persentase yang telah dipaparkan pada bab III sebelumnya.
Berdasarkan hasil persentase (52,11%) dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa pada materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang.
Berdasarkan nilai skewness (-0,687) dan standard error of skewness (0,536) maka dapat kita lihat bahwa dilihat dari kemiringannya data hasil belajar siswa materi dholim pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelum menggunakan strategi information search ini adalah normal, karena skewness : SE skewnessnya = (-0,687: 0,536) = -1,282 yang masih berada pada rentang standard kategori normal yaitu -2,00 s/d + 2,00.
Ditinjau dari kurtosis (keruncingannya) data ini normal, karena kurtosis : SE kurtosis = -0,620 : 1,038 = -0,597, yang juga masih dalam berada rentang standard kategori normal -2,00 s/d + 2,00.
Nilai maksimum 7 dan nilai minimum 2,5, dengan demikian range (rentangnya) adalah 7 – 2,5 = 4,5.
Analisis kuartil memperlihatkan bahwa: kuartil 1 (persentil 25) nilainya adalah 4,000, kuartil 2 (persentil 50) nilainya adalah 5,600, dan Kuartil 3 (persentil 75) nilainya adalah 6,100.
Tabel 5
Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Sebelum Menggunakan Strategi Information search
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2,5 1 5,6 5,6 5,6
3,0 2 11,1 11,1 16,7
4,0 2 11,1 11,1 27,8
4,8 2 11,1 11,1 38,9
5,6 3 16,7 16,7 55,6
6,0 4 22,2 22,2 77,8
6,4 1 5,6 5,6 83,3
6,5 1 5,6 5,6 88,9
7,0 2 11,1 11,1 100,0
Total 18 100,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa sebelum diterapkannya strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni 44,44%. Sedangkan sebesar 55,56% siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan. Oleh karenanya peneliti merasa tergerak untuk memperbaiki hasil belajar yang telah diperoleh siswa.
2. Hasil Belajar Siswa Pada Tindakan 1
a. Perencanaan Tindakan
Tahapan ini peneliti dan guru mengawali dengan menyiapkan segala perangkat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan berupa: rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi information search, format obsevasi dan alat evaluasi.
Untuk tahap awal peneliti membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi information search.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pertama dilakukan pada hari Senin, tanggal 02 Agustus 2010 yaitu pada pukul 11.00 – 12.10 WIB. Diawali dengan guru masuk kelas pada pukul 11.00 WIB, dimana siswa-siswa terlihat sudah menempati bangku mereka masing-masing.
Seperti pembelajaran biasanya, pembelajaran diawali dengan lafadz salam dari guru dan doa bersama oleh siswa sebelum pelajaran dimulai.
Langkah berikutnya, guru memberikan perlakuan pembelajaran dengan memberitahukan terlebih dahulu bahwa kegiatan pembelajaran hari ini agak berbeda, yakni ibu akan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran dan kemudian membagi siswa menjadi 3 kelompok berdasarkan sumber belajar yang telah ditetapkan. Adapun sumber belajar tersebut dari sumber koran, sumber internet, dan sumber rekaman berita dari TV.
Setelah pembagian kelompok oleh guru selesai, kemudian siswa berpindah tempat dengan kelompoknya masing-masing. Langkah berikutnya guru menginformasikan materi pelajaran kepada siswa. Selanjutnya guru melakukan appersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi awal, serta menyampaikan pokok bahasan/sub pokok bahasan. Selanjutnya guru memberikan pretest kepada siswa terkait dengan materi yang akan dibahas selama 15 menit.
Setelah siswa mengumpulkan soal dan lembaran jawaban, kemudian guru menginstruksikan kepada siswa untuk kembali ke bangkunya masing-masing. Selanjutnya guru menjelaskan materi dengan menggunakan strategi information search dari sumber-sumber belajar yang telah tersedia. Pada awalnya siswa merasa kebingungan dengan aktivitas pembelajaran baru ini, karena dalam kegiatan pembelajaran yang biasanya guru hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga kadang siswa terlihat bosan dan hasil belajar siswa pun kadang kurang maksimal.
Dalam pembelajaran kali ini, guru membagikan sumber belajar serta soal-soall yang berkenaan dengan materi pembelajaran. Kemudian guru menjelaskan kepada siswa mengenai soal-soal yang diberikan tersebut dan apa yang harus mereka lakukan, yakni mencari jawaban dari sumber belajar yang telah tersedia menurut kelompok masing-masing yang telah dibagikan sebelumnya dengan waktu selama 30 menit. Selanjutnya guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompok yang lain untuk menemukan jawaban-jawaban yang berbeda dari sumber belajar yang berbeda pula. Namun siswa-siswa tampak tidak berani (takut-takut) dalam memberikan pendapatnya.
Selanjutnya guru memberikan achievement test berupa postest kepada siswa, berkenaan dengan materi yang telah dipelajari. Postest diberikan sama halnya dengan tes yang diberikan pada pretest. Setelah selesai, guru mengingatkan siswa agar mempelajari kembali di rumah, karena bagi siswa yang tidak tuntas maka harus mengikuti remidial. Dan guru menginformasikan kepada siswa materi pelajaran berikutnya, yakni “perilaku munafik”. Hal ini berkaitan dengan pretest yang diberikan guru setiap diawal pelajaran. Guru mengakhiri proses belajar mengajar dengan ucapan hamdalah, dan salam.
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pemantauan dan pencatatan atas apa saja yang peneliti lihat, dengar dan rasakan. Dalam hal ini, pada pelaksanaan penelitian, proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan strategi information search, menggunakan instrument pengumpul data yang telah ditetapkan yakni dengan menggunakan lembar/pedoman observasi, pretest dan postest (achievement test) sehingga diperoleh seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan.
Dari hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas pada tindakan pertama ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Observasi terhadap Aktifitas Belajar Siswa dengan Menggunakan Strategi Information Search
a) Pada saat pembelajaran di kelas, mengenai aktivitas siswa melihat dan mendengar dapat dinilai baik pada saat mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru.
b) Aktivitas mencatat pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan menulis jawabannya terhadap soal yang diberikan, siswa dinilai baik.
c) Dalam hal memberikan jawaban terhadap soal yang diberikan pada saat pembelajaran akan berlangsung siswa dianggap sudah cukup baik. Hal ini terlihat pada saat guru memberikan kesempatan untuk memberikan pendapatnya, siswa tampak bersemangat. Meskipun hanya sebagian orang siswa saja yang berani mengemukakan pendapatnya. Selain itu, terlihat ada beberapa siswa yang masih tampak terlihat bosan pada saat mengikuti pembelajaran.
d) Dalam hal aktivitas emosional siswa dengan menggunakan strategi information search, sebagian siswa tampak gembira mengikuti pembelajaran yang sudah berlangsung. Meskipun mereka masih tampak bingung dan canggung dengan proses pembelajaran.
2) Observasi Terhadap Hasil Belajar Pemeriksaan Data
Sebelum analisis data pada tindakan pertama dilakukan, maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan data yang akan dianalisis. Dalam hal ini dapat dipaparkan dalam tabel dihalaman berikutnya:
Tabel 6
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nilai Preetest Tindakan 1 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Nilai Postest Tindakan 1 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa data lengkap (100%) tanpa ada yang hilang, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut.
3) Analisis Deskriptif
Untuk melihat keberartian tindakan pertama ini, dilihat dari hasil evaluasi yang diperoleh siswa, dilakukanlah analisis deskriptif terhadap nilai pretest dan postest. Adapun hasil print out dari analisis deskriptif hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam akan dipaparkan dihalaman berikutnya:
Tabel 7
Analisis Deskriptif Hasil Belajar Siswa
Setelah Menggunakan Strategi Information search Tindakan 1
Hasil Preetest Siswa Tindakan 1 Hasil Postest Siswa Tindakan 1
N Valid 18 18
Missing 0 0
Mean 4,278 6,278
Std. Error of Mean ,3314 ,4107
Median 4,000 7,000
Mode 6,0 7,0(a)
Skewness -,128 -1,156
Std. Error of Skewness ,536 ,536
Kurtosis -1,268 ,968
Std. Error of Kurtosis 1,038 1,038
Range 4,0 6,0
Minimum 2,0 2,0
Maximum 6,0 8,0
Percentiles
25 3,000 5,000
50 4,000 7,000
75 6,000 8,000
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat pada tabel 7 didapatkan hal-hal sebagai berikut:
Dilihat dari hasil deskriptif data bagian Stem and Leaf Plot dan Box Plot tidak ditemukan adanya nilai ekstrim (data pencilan) sehingga kita dapat menggunakan rata-rata hitung (Mean) 4,278 sebagai nilai kecenderungan pemusatan data pada nilai pretest, dan Mean 6,278 sebagai nilai kecenderungan pemusatan data pada nilai postest.
Untuk dapat menentukan kategori kecenderungan pemusatan datanya, maka digunakan rumus persentase yang telah dipaparkan pada bab III sebelumnya.
Berdasarkan hasil persentase (42,78%) dapat diketahui bahwa nilai pretest pada materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 1 termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pretest pada materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Sedangkan hasil persentase (62,78%) dapat diketahui bahwa nilai postest pada materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 1 termasuk dalam kategori cukup. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai postest pada materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dapat dikatakan cukup.
Berdasarkan nilai skewness (-0,128) dan standard error of skewness (0,536) maka dapat kita lihat bahwa dilihat dari kemiringannya, data nilai pretest materi dendam pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 1 ini adalah normal, karena skewness : SE skewnessnya = (-0,128 : 0,536) = -0,239 yang masih berada pada rentang standard kategori normal yaitu -2,00 s/d + 2,00. Sedangkan nilai Skewness pada data nilai postest materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 1 adalah -1,156: 0,536 = -2,157, yang juga masih dianggap dalam rentang kategori normal.
Nilai maksimum 6,0 dan nilai minimum 2,0, dengan demikian range (rentang) pada nilai pretest materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 1 adalah 6,0 – 2,0 = 4,0. Sedangkan pada data nilai postest materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 1 nilai maksimum 8,0 dan nilai minimum 2,0, dengan demikian range (rentangnya) adalah 8,0 – 2,0 = 6,0.
Analisis kuartil pada nilai pretest materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memperlihatkan bahwa: kuartil 1 (persentil 25) nilainya adalah 3,000, kuartil 2 (persentil 50) nilainya adalah 4,000, dan Kuartil 3 (persentil 75) nilainya adalah 6,000. Sedangkan analisis kuartil pada nilai postest materi dendam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 1 memperlihatkan bahwa: kuartil 1 (persentil 25) nilainya adalah 5,000, kuartil 2 (persentil 50) nilainya adalah 7,000, dan Kuartil 3 (persentil 75) nilainya adalah 8,000.
Untuk melihat frekuensi perolehan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, baik pada hasil pretes maupun postest dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel 8
Frekuensi Nilai Pretest Tindakan 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2,0 2 11,1 11,1 11,1
3,0 4 22,2 22,2 33,3
4,0 4 22,2 22,2 55,6
5,0 3 16,7 16,7 72,2
6,0 5 27,8 27,8 100,0
Total 18 100,0 100,0
Berdasarkan tabel frekuensi nilai pretest di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa (nilai preetest) pada Tindakan 1, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 5 orang ± 27,78%. Sedangkan sebesar ± 72,22% siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan.
Tabel 9
Frekuensi Nilai Postest Tindakan 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2,0 1 5,6 5,6 5,6
3,0 1 5,6 5,6 11,1
5,0 3 16,7 16,7 27,8
6,0 3 16,7 16,7 44,4
7,0 5 27,8 27,8 72,2
8,0 5 27,8 27,8 100,0
Total 18 100,0 100,0
Berdasarkan tabel frekuensi nilai postest di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa (nilai postest) pada Tindakan 1, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 13 orang ± 72,22%. Sedangkan sebesar ± 27,78% atau sebanyak 5 orang siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan.
d. Refleksi
Berdasarkan pengamatan peneliti dan data yang terkumpul, peneliti dan guru menyimpulkan bahwa penguasaan siswa sudah meningkat, meskipun belum optimal (13 dari 18 orang siswa dinyatakan tuntas belajarnya sedangkan 5 orang siswa dinyatakan belum tuntas).
Berdasarkan kesimpulan tersebut guru dan peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
1) Masih ada sekelompok siswa yang memberikan komentarnya terhadap jawaban dari informasi yang harus dicari masih kurang sesuai.
2) Bentuk pertanyaan perlu diperbaiki agar tidak menimbulkan salah tafsir.
3) Perhatian guru ketika mengajar harus lebih merata untuk semua siswa
4) Masih ada beberapa anak yang kurang aktif ketika diskusi kelompok
Berdasarkan hasil refleksi tersebut untuk perbaikan ke Tindakan II sebagai berikut:
1) Pertanyaan yang dibuat hendaknya mudah dipahami
2) Setiap kelompok mengatur tempat duduknya dengan bentuk leter O
3) Guru memberikan perhatian yang lebih merata dan memberikan dorongan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya
4) Guru mengajak siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dengan mengaitkan pertanyaan dengan jawaban yang ada.
3. Hasil belajar Siswa Pada Tindakan 2
a. Perencanaan Tindakan
Tahapan ini peneliti dan guru menyiapkan segala perangkat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan berupa: rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi information search, format observasi dan alat evaluasi.
Untuk tahap awal peneliti membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi information search.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pertama dilakukan pada hari Senin, tanggal 16 Agustus 2010 yaitu pada pukul 10.00 – 11.10 WIB. Diawali dengan guru masuk kelas pada pukul 10.00 WIB, dimana siswa-siswa terlihat sudah menempati bangku mereka masing-masing.
Seperti pembelajaran biasanya, pembelajaran diawali dengan lafadz salam dari guru dan doa bersama oleh siswa sebelum pelajaran dimulai.
Langkah berikutnya, guru memberikan perlakuan pembelajaran dengan memberitahukan terlebih dahulu bahwa kegiatan pembelajaran hari ini agak berbeda, yakni ibu akan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran dan kemudian membagi siswa menjadi 3 kelompok berdasarkan sumber belajar yang telah ditetapkan. Adapun sumber belajar tersebut dari sumber koran, sumber internet, dan sumber rekaman berita dari TV.
Setelah pembagian kelompok oleh guru selesai, kemudian siswa berpindah tempat dengan kelompoknya masing-masing. Langkah berikutnya guru menginformasikan materi pelajaran kepada siswa. Selanjutnya guru melakukan appersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi awal, serta menyampaikan pokok bahasan/sub pokok bahasan. Selanjutnya guru memberikan pretest kepada siswa terkait dengan materi yang akan dibahas selama 15 menit.
Setelah siswa mengumpulkan soal dan lembaran jawaban, kemudian guru menginstruksikan kepada siswa untuk kembali ke bangkunya masing-masing. Selanjutnya guru menjelaskan materi dengan menggunakan strategi information search dari sumber-sumber belajar yang telah tersedia. Pada awalnya siswa merasa kebingungan dengan aktivitas pembelajaran baru ini, karena dalam kegiatan pembelajaran yang biasanya guru hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga kadang siswa terlihat bosan dan hasil belajar siswa pun kadang kurang maksimal.
Dalam pembelajaran kali ini, guru membagikan sumber belajar serta soal-soal yang berkenaan dengan materi pembelajaran. Kemudian guru menjelaskan kepada siswa mengenai soal-soal yang diberikan tersebut dan apa yang harus mereka lakukan, yakni mencari jawaban dari sumber belajar yang telah tersedia menurut kelompok masing-masing yang telah dibagikan sebelumnya dengan waktu selama 30 menit. Selanjutnya guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompok yang lain untuk menemukan jawaban-jawaban yang berbeda dari sumber belajar yang berbeda pula. Namun siswa-siswa tampak tidak berani (takut-takut) dalam memberikan pendapatnya.
Selanjutnya guru memberikan achievement test berupa postest kepada siswa, berkenaan dengan materi yang telah dipelajari. Postest diberikan sama halnya dengan tes yang diberikan pada pretest. Setelah selesai, guru mengingatkan siswa agar mempelajari kembali di rumah, karena bagi siswa yang tidak tuntas maka harus mengikuti remidial. Dan guru menginformasikan kepada siswa materi pelajaran berikutnya, yakni “perilaku munafik”. Hal ini berkaitan dengan pretest yang diberikan guru setiap diawal pelajaran. Guru mengakhiri proses belajar mengajar dengan ucapan hamdalah, dan salam.
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini, peneliti juga melakukan pemantauan dan pencatatan atas apa saja yang peneliti lihat, dengar dan rasakan. Dalam hal ini, pada pelaksanaan penelitian, proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan strategi information search, menggunakan instrument pengumpul data yang telah ditetapkan yakni dengan menggunakan lembar/pedoman observasi, pretest dan postest (achievement test) sehingga diperoleh seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan.
Dari hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas pada tindakan pertama ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Observasi terhadap Aktifitas Belajar Siswa dengan Menggunakan Strategi Information Search
a) Pada saat pembelajaran di kelas, mengenai aktivitas siswa melihat dan mendengar dapat dinilai baik pada saat mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru.
b) Aktivitas menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru, dan menulis komentarnya terhadap pertanyaan, siswa dinilai baik.
c) Dalam hal memberikan pertanyaan terhadap jawaban yang diberikan pada saat pembelajaran berlangsung siswa dianggap sudah cukup baik. Hal ini terlihat pada saat guru memberikan kesempatan untuk mengkomentari jawaban temannya, siswa tampak bersemangat dengan adanya antusias sebagian besar siswa sudah terlihat berani mengemukakan pendapatnya.
d) Dalam hal aktivitas emosional siswa dengan menggunakan strategi information search, sebagian siswa tampak gembira mengikuti pembelajaran yang sudah berlangsung. Hal ini diperjelas atas pernyataan beberapa siswa yang mengaku senang sekali dengan diterapkannya strategi yang dimaksud.
2) Observasi Terhadap Hasil Belajar Pemeriksaan Data
Sebelum analisis data pada tindakan pertama dilakukan, maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan data yang akan dianalisis. Dalam hal ini dapat dipaparkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 10
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nilai Preetest Tindakan 2 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Nilai Postest Tindakan 2 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa data lengkap (100%) tanpa ada yang hilang, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut.
3) Analisis Deskriptif
Untuk melihat keberartian tindakan kedua (Tindakan 2) ini, dilihat dari hasil evaluasi yang diperoleh siswa, dilakukanlah analisis deskriptif terhadap nilai pretest dan postest yang akan dipaparkan dihalaman selanjutnya:
Tabel 11
Analisis Deskriptif Hasil Belajar Siswa
Setelah Menggunakan Strategi Information Search Tindakan 2
Hasil Preetest Siswa Tindakan 2 Hasil Postest Siswa Tindakan 2
N
Valid 18 18
Missing 0 0
Mean 4,167 7,389
Std. Error of Mean ,2712 ,1833
Median 4,000 7,000
Mode 4,0 7,0
Skewness -,362 -,007
Std. Error of Skewness ,536 ,536
Kurtosis -,129 -,095
Std. Error of Kurtosis 1,038 1,038
Range 4,0 3,0
Minimum 2,0 6,0
Maximum 6,0 9,0
Percentiles
25 3,750 7,000
50 4,000 7,000
75 5,000 8,000
Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat pada tabel 11 didapatkan hal-hal sebagai berikut:
Dilihat dari hasil deskriptif data bagian Stem and Leaf Plot dan Box Plot tidak ditemukan adanya nilai ekstrim (data pencilan) sehingga kita dapat menggunakan rata-rata hitung (Mean) 4,167 sebagai nilai kecenderungan pemusatan data pada nilai pretest pada Tindakan 2, dan Mean 7,389 sebagai nilai kecenderungan pemusatan data pada nilai postest.
Untuk dapat menentukan kategori kecenderungan pemusatan datanya, maka digunakan rumus persentase yang telah dipaparkan pada bab III sebelumnya.
Berdasarkan hasil persentase (41,67%) dapat diketahui bahwa nilai pretest pada materi perilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 2 termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pretest pada materi prilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Sedangkan hasil persentase (73,89%) dapat diketahui bahwa nilai postest pada materi prilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 2 termasuk dalam kategori baik. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai postest pada materi prilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dapat dikatakan baik.
Berdasarkan nilai skewness (-0,362) dan standard error of skewness (0,536) maka dapat kita lihat bahwa dilihat dari kemiringannya, data nilai pretest materi perilaku munafik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 2 ini adalah normal, karena skewness : SE skewnessnya = (-0,362: 0,536) = -0,675 yang masih berada pada rentang standard kategori normal yaitu -2,00 s/d + 2,00. Sedangkan nilai Skewness pada data nilai postest materi perilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 2 adalah -0,007: 0,536 = -0,013, yang juga masih dalam rentang kategori normal.
Nilai maksimum 6,0 dan nilai minimum 2,0, dengan demikian range (rentang) pada nilai pretest materi perilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 2 adalah 6,0 – 2,0 = 4,0. Sedangkan pada data nilai postest materi perilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 2 nilai maksimum 9,0 dan nilai minimum 6,0, dengan demikian range (rentangnya) adalah 9,0 – 6,0 = 3,0.
Analisis kuartil pada nilai pretest materi perilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Tindakan 2 memperlihatkan bahwa: kuartil 1 (persentil 25) nilainya adalah 3,750, kuartil 2 (persentil 50) nilainya adalah 4,000, dan Kuartil 3 (persentil 75) nilainya adalah 5,000. Sedangkan analisis kuartil pada nilai postest materi perilaku munafik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada Tindakan 2 memperlihatkan bahwa: kuartil 1 (persentil 25) nilainya adalah 7,000, kuartil 2 (persentil 50) nilainya adalah 7,000, dan Kuartil 3 (persentil 75) nilainya adalah 8,000.
Adapun frekuensi dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada tindakan kedua ini dapat dilihat pada tabel-tabel frekuensi berikut:
Tabel 12
Frekuensi Nilai Pretest Tindakan 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2,0 2 11,1 11,1 11,1
3,0 2 11,1 11,1 22,2
4,0 7 38,9 38,9 61,1
5,0 5 27,8 27,8 88,9
6,0 2 11,1 11,1 100,0
Total 18 100,0 100,0
Berdasarkan tabel frekuensi nilai pretest di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa (nilai preetest) pada Tindakan 2, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 2 orang ± 11,11%. Sedangkan sebesar ± 88,89% atau sebanyak 16 orang siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan.
Tabel 13
Frekuensi Nilai Postest Tindakan 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
6,0 2 11,1 11,1 11,1
7,0 8 44,4 44,4 55,6
8,0 7 38,9 38,9 94,4
9,0 1 5,6 5,6 100,0
Total 18 100,0 100,0
Berdasarkan tabel frekuensi nilai postest di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa (nilai postest) pada Tindakan 2, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 18 orang ± 100%.
d. Refleksi
Berdasarkan pengamatan peneliti dan data yang terkumpul, peneliti dan guru menyimpulkan bahwa penguasaan siswa sudah meningkat yaitu sebesar ± 100%.
Berdasarkan kesimpulan tersebut guru dan peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
1) Siswa-siswa sudah sesuai dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan atau soal-soal yang diberikan guru.
2) Bentuk pertanyaan sudah dirasa cukup baik dengan dibuktikan tidak adanya salah tafsir terhadap pertanyaan.
3) Perhatian guru ketika mengajar terlihat lebih merata untuk semua siswa dari sebelumnya
4) Semua siswa aktif ketika diskusi kelompok
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka peneliti tidak mengadakan perbaikan ke Tindakan III.
C. Temuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan uraian tindakan penelitian dan hasilnya seperti yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1. Dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diperoleh hasil persentase rata-ratanya 52,11%. Hal ini dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Secara empiris terlihat bahwa hasil belajar siswa sebelum diterapkannya strategi information search, untuk siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni 11,11%. Sedangkan sebesar 88,89% siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan.
2. Dapat diketahui bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada tindakan 1 diperoleh hasil persentase rata-ratanya adalah sebesar 42,78%. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Sedangkan hasil persentase nilai rata-rata dari postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada tindakan 1 sebesar (62,78%) termasuk dalam kategori cukup baik. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dapat dikatakan cukup baik. Hasil tersebut dapat juga ditunjukkan melalui hasil belajar siswa (nilai preetest) pada tindakan 1 yaitu siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 5 orang ±27,78%. Sedangkan sebesar ± 72,22% siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan. Selain itu, tampak juga pada hasil belajar siswa (nilai postest) setelah digunakan strategi information search pada tindakan 1, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 13 orang ± 72,22%. Sedangkan sebesar ± 27,78% atau sebanyak 5 orang siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan.
3. Berdasarkan hasil persentase (41,67%) dapat diketahui bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada tindakan 2 termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Hasil ini juga dapat ditunjukkan melalui hasil belajar siswa (nilai preetest) pada tindakan 2, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 2 orang ±11,11%. Sedangkan sebesar ± 88,89% atau sebanyak 16 orang siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan. Sedangkan nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada tindakan 2 termasuk dalam kategori baik dengan hasil persentase rata-ratanya sebesar (73,89%). Hal ini dapat diartikan bahwa nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat pada perolehan hasil belajar siswa (nilai postest) pada Tindakan 2, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 18 orang ±100%.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Secara umum hasil analisis data yang dilakukan, merujuk penerapan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Secara spesifik, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelum diterapkan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber di kelas VIII di SMPN 11 Pontianak. Hal ini dapat dilihat pada tindakan pertama dapat diketahui dari nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada tindakan 1 termasuk dalam kategori kurang dengan hasil persentase nilai rata-rata (42,78%). Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Sedangkan hasil persentase nilai rata-rata (62,78 %) dapat diketahui bahwa nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber pada tindakan 1 termasuk dalam kategori cukup baik. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber dapat dikatakan cukup baik. Secara empiris terlihat bahwa hasil belajar siswa sebelum diterapkannya strategi information search, untuk siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni 11,11%. Sedangkan sebesar 88,89% siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan.
Pada Tindakan kedua dapat diketahui hasil persentase (41,67%) dapat diketahui bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada tindakan 2 termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai pretest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan kurang. Hasil ini juga dapat ditunjukkan melalui hasil belajar siswa (nilai preetest) pada tindakan 2, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 2 orang ±11,11%. Sedangkan sebesar ± 88,89% atau sebanyak 16 orang siswa dinyatakan belum tuntas atau tidak mencapai nilai sesuai yang diharapkan. Sedangkan nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search pada tindakan 2 termasuk dalam kategori baik dengan hasil persentase rata-ratanya sebesar (73,89%). Hal ini dapat diartikan bahwa nilai postest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi information search dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat pada perolehan hasil belajar siswa (nilai postest) pada tindakan 2, siswa yang mencapai ketuntasan belajar (>6) yakni sebanyak 18 orang ±100%.
Dari hasil uraian di atas, terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah guru menggunakan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII di SMPN 11 Pontianak. Hal ini tampak pada hasil belajar siswa sebelum diterapkan strategi information search rata-rata nilainya adalah sebesar 502,11% (kategori kurang), kemudian pada tindakan pertama dilakukan tindakan dengan menggunakan strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 62,78% (kategori baik). Dan kemudian digunakan kembali strategi information search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber pada tindakan kedua diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 73,89% (kategori baik).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dapat diketahui bahwa hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelum diterapkannya strategi Information Search masih banyak yang belum mencapai nilai sesuai yang diharapkan, hal ini dapat terlihat dari nilai hasil nilai presentase rata-ratanya yakni 52,11%.
2. Dapat diketahui bahwa hasil belajar pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam setelah menggunakan strategi Information Search dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat terlihat pada hasil persentase nilai rata-rata dari postest tindakan 1 sebesar 62,78% dan pada tindakan kedua sebesar 73,89%.
3. Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui strategi mencari informasi (Information Search) dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua kali tindakan penelitian, ternyata menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas VIII D SMPN 11 pontianak.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI, maka dapat disarankan antara lain sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, disarankan kepada guru agar dapat memahami dan menguasai berbagai macam strategi pembelajaran. Penerapan strategi Information Search dengan menggunakan pendekatan belajar berdasarkan sumber pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Sebelum diterapkan strategi pembelajaran dan diberi sumber belajar yang berbeda, siswa terlebih dahulu diberikan pretest (tes awal). Dengan demikian guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang akan dibahas. Dalam hal ini, guru diharapkan dapat memperhitungkan waktu dalam menerapkan strategi pembelajaran tersebut.
3. Terakhir, lakukan posttest. Dengan demikian guru dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan kepadanya. Dan juga guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang diberikannya kepada siswa. Apabila ada siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dari yang ditentukan, maka harus dilakukan pembelajaran ulang (remedial).
0 Response to "STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF"
Post a Comment