Etika Hubungan Guru Dan Siswa Dalam Proses Belajar-Mengajar Di Mts. Nurul Hikmah Padak Lembar Lombok Barat (AI-38)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan yang berlangsung saat ini dan mungkin di saat yang akan datang berlangsung cepat, beragam, dinamis dan sukar diramalkan. Agar bisa mengikuti, mensucikan diri dan berkiprah dengan kemajuan-kemajuan yang sangat cepat tersebut kuncinya adalah pada belajar.
Dalam era globalisasi dan pasar bebas, serta persaingan ketat antar bangsa dalam mempertahankan pasar, manusia diharapkan pada perubahan-perubahan yang cepat dan sinergis. Ibarat nelayan di lautan lepas yang dapat menyesatkan, jika tidak memiliki kompas sebagai pedoman untuk bertindak dan mengarunginya.
Perkembangan yang cepat dari lingkungan yang cepat harus diimbangi oleh perkembangan yang cepat pula dari individu warganya. Untuk itu setiap individu warga planet bumi ini dituntut untuk belajar. Lebih banyak belajar, meningkatkan kemampuan, motivasi dan upaya belajarnya, sehingga tercipta masyarakat belajar. Individu warga wasyarakat yang banyak belajar akan mempercepat perkembangan masyarakatnya, perkembangan masyarakat yang cepat menuntut warga masyarakat belajar lebih banyak lebih intensif.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan tibal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan guru dan siswa tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar (Usman, 1995:4).
Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya suatu kegiatan yang tidak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling mendukung
Dalam hubungan guru terhadap anak didik, Islam memberikan tuntunan yang amat baik sekali dalam hal perlakuan guru terhadap anak didik yang sesuai dengan fitrah manusia, sebab Islam memang diciptakan oleh Allah sesuai dengan fitrah manusia.
Adapun tuntunan Islam dalam hal ini, yang terpenting diantaranya adalah: 1). kasih sayang, 2). lemah lembut, 3). memberikan kemerdekaan (tidak dipaksa), 4). memberikan penghargaan, 5). menyesuaikan dengan perkembangan anak didik, 6). mengarahkan ke masa depan, 7). berbicara dengan anak didik dengan benar, baik, lemah lembut dan udah dimengerti, 8).disiplin (Zaini, 1986:115-120).
Perlakuan guru sebagai pendidik kepada siswanya selaku anak didik populer dengan istilah etika etika hubungan guru dan siswa. Salam (2000:4) menyatakan bahwa “istilah lain dari etika, biasanya digunakan kata; moral, adab, susila, budi pekerti, akhlak (arab = akhlaq )”.
Untuk menumbuhkan motivasi dan upaya untuk belajar lebih lanjut, perlu penyebaran isi, proses maupun iklim pembelajaran, belajar di sekolah hendaknya dirasakan oleh para pelajar sebagai hal yang bermanfaat dan menyenangkan. Bila hal tersebut telah tercipta, maka akan tercipta pula suasana timbal balik antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
Peluang-peluang, ancaman dan hambatan yang dihadapi, kemudian dilanjutkan dengan menumbuhkan kepercayaan diri, dan motivasi untuk maju setelah ada kepercayaan diri, bahwa dirinya memiliki kekuatan, potensi dan kemampuan, tumbuh motivasi untuk mau berubah, mau belajar, mau berusaha, maka kegiatan belajar bisa dimulai.
Terciptanya masyarakat belajar dan individu-individu pembelajar di dalamnya merupakan keharusan di masa kini dan mendatang. Apabila tidak, maka kita akan tertinggal, dan tertinggal jauh dari masyarakat lain yang telah banyak belajar pembentukan masyarakat belajar, diawali oleh pembentukan individu-individu yang menjadi warganya. Pengubahan individu yang santai menjadi individu yang gesit dan suka berkerja keras, individu konsumtif menjadi produktif, individu penerima menjadi individu pemberi, individu yang mudah menyerah pada keadaan menjadi individu yang gigih merubah keadaan, menuntut penambahan perubahan tersebut diawali pada perubahan presepsi dan sikap, baik terhadap dirinya, maupun terhadap masyarakat dan lingkungannya.
Upaya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya manusia (SDM) merupakan tugas besar dan membutuhkan jangka waktu yang panjang, karena mengangkat pendidikan bangsa, dan masa depan suatu bangsa banyak ditentukan oleh kualitas pendidikannya.
Pembinaan tersebut perlu mendapatkan perhatian yang sangat serius baik dari pemerintah, maupun lembaga-lembaga swasta. Hal tersebut disebabkan karena pribadi dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu menjadi syarat mutlak bagi keberhasilan pembangunan. Pembinaan potensi dan kekuatan ini memerlukan pendekatan metode dan prosedur yang tepat, agar memberikan hasil yang optimal.
Sukmadinata (2004:179), menyatakan bahwa aktivitas dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar mendapatkan penilaian tidak hanya dilakukan secara tertulis, tetapi juga secara lisan dan perbuatan.
Berkenaan dengan etika hubungan guru dan siswa, peneliti melihat bahwa di MTs. Nurul Hikmah terjalin hubungan yang relatif kondusif antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini menjadikan peneliti tertarik untuk memilih penelitian yang terkait dengan tersebut dengan judul: “Etika Hubungan Guru dan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di MTs. Nurul Hikmah Padak Lembar LombokBarat”.
Judul : Etika Hubungan Guru Dan Siswa Dalam Proses Belajar-Mengajar Di Mts. Nurul Hikmah Padak Lembar Lombok Barat (AI-38)
0 Response to "Etika Hubungan Guru Dan Siswa Dalam Proses Belajar-Mengajar Di Mts. Nurul Hikmah Padak Lembar Lombok Barat (AI-38)"
Post a Comment