Makalah Rumusan Masalah
Makalah Metodologi Penelitian Ekonomi Islam tentang Rumusan Masalah
MAKALAH
METODOLOGI PENELITIAN EKONOMI ISLAM
“Rumusan Masalah Penelitian”
DosenPembimbing :
Ahmad Fageh, S.H.I., M.H.I.
Oleh:
M. Ainur Rahim
Fiana Afifah Mahsun
Hanik Masruhah
Nur Lailiatul Fitriyah
Rif’atinAprilia
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Segalapuji bagi Allah SWT.dzat yang MahaSempurna, MahaPenciptadanMahaPenguasasegalanya, karenahanyadenganridho-NyapenulisdapatmenyelesaikantugasMakalahinisesuaidenganapa yang diharapkanyaitutentang “Rumusan Masalah Penelitian”. Makalahinisengajadisusununtukmemenuhitugasmatakuliah“Metodologi Penelitian Ekonomi Islam”.
Tidaklupapenulis sampaikanbanyakterimakasihkepadasemuapihak yang turutberpartisipasidalam proses penyusunantugasini, karenapenulissadarsebagaimakhluksosialpenulistidakbisaberbuatbanyaktanpaadainteraksidengan orang lain dantanpaadanyabimbingan, sertarahmatdankaruniadari–Nya.
Penulisberharap agar mahasiswakhususnya, danumumnyadariparapembacadapatmemberikankritik yang positifdan saran untukkesempurnaanMakalahini.
Lamongan, 30Maret 2016 | |
Penulis |
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah............................................................ 1
B. RumusanMasalah..................................................................... 2
C. TujuanPenulisan....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi PerumusanMasalah.................................................... 3
B. Manfaat Perumusan Masalah .................................................. 4
C. Kriteria-Kriteria Perumusan Masalah ..................................... 4
D. Model Perumusan Masalah ..................................................... 5
E. Pembatasan dan Analisis Perumusan Masalah ....................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 12
B. Saran ....................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaan manusia bukan hanya dari segi fisik, akan tetapi manusia juga dianugerahi kesempurnaan akal. Kesempurnaan akal manusia ini menyebabkan pengetahuan manusia terus berkembang dari waktu ke waktu. Rasa keingintahuan manusia menuntutnya untuk mencari tahu hal-hal yang ingin diketahuinya. Sehingga manusia dapat memperoleh hal yang ingin diketahuinya tersebut. Untuk hal-hal yang ingin diketahuinya tersebut, manusia dapat melakukan dua jenis usaha. Usaha yang paling sering dilakukan adalah melalui penalaran akal sehat, akan tetapi tidak semua keingintahuan manusia bisa terjawab melalui penalaran akal sehat. Apabila keingintahuan tidak bisa terjawab melalui mekanisme penalaran akal sehat, maka alternatif lain yang dapat dilakukan adalah melalui penelitian ilmiah.
Setiap melakukan penelitian harus mempunyai masalah penelitian yang akan dipecahkan. Tanpa masalah, penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Masalah itu, sewaktu akan mulai memikirkan suatu penelitian, sudah harus dipikirkan dan dirumuskan secara jelas, sederhana, dan tuntas. Hal itu disebabkan oleh seluruh unsur penelitian lainnya akan berpangkal pada perumusan masalah tersebut.
Tidak mudah bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian, terutama bagi peneliti pemula. Masalah penelitian yang sering dirumuskan terlalu umum sehingga dengan pokok permasalahan yang tidak jelas akan menyulitkan tahap pemecahan masalah, yang meliputi penentuan konsep-konsep teoritis yang ditelaah dan pemilihan metode pengujian data. Semakin spesifik perumusan masalah, penelitian semakin mudah dilakukan pengujian secara empiris, perlu pendekatan sistematis untuk merumuskan masalah penelitian yang baik memudahkan tahap pemecahan masalah sehingga memudahkan pula untuk menetapkan suatu tujuan penelitian.
Mengingat arti penting dari permasalahan tersebut, maka pada maka-lah ini kami akan membahas mengenai “Rumusan Masalah Penelitian”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa Definisi dari Rumusan Masalah?
2. Apa Manfaat dari Perumusan Masalah?
3. Bagaimana Kriteria-Kriteria yang harus dipenuhi dalam perumusan masalah penelitian?
4. Apa saja Model Perumusan Masalah?
5. Bagaimana Pembatasan dan Analisis Perumusan Masalah?
6. Apa saja Prinsip-Prinsip dalam Perumusan Masalah?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari dilakukannya penulisan makalah ini selain sebagai tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Ekonomi Islam juga sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Definisi dari Rumusan Masalah.
2. Untuk mengetahui Manfaat dari Perumusan Masalah.
3. Untuk mengetahui Kriteria-Kriteria yang harus dipenuhi dalam perumusan masalah penelitian.
4. Untuk mengetahui Model-Model Perumusan Masalah.
5. Untuk mengetahui Pembatasan dan Analisis Perumusan Masalah.
6. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip dalam Perumusan Masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Perumusan Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi. Stoner mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan dan kompetisi.[1]
Perumusan masalah (research questions / research problem), diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat. Rumusan masalah ini pada hakikatnya adalah deskriptip tentang ruang lingkup masalah, pembatasan dimensi dan analisis variabel yang tercakup didalamnya. Dengan demikian rumusan masalah tersebut sekaligus menunjukkan fokus pengamatan di dalam proses penelitian nantinya.[2]
Sumber persoalan adalah sesuatu yang obyektif, akan tetapi persoalan selalu bersifat subyektif “Kejadian yang sama dapat menimbulkan persoalan yang berbeda dalam diri pengamat yang berbeda”.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.
B. Manfaat Perumusan Masalah
Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut yaitu Fungsi pertama adalah sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan. Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan. Fungsi ketiga dari perumusan masalah, adalah sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya. Sedangkan fungsi keempat dari suatu perumusan masalah adalah dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.
Kegiatan penelitian yang menggunakan tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit semestinya dapat menghasilkan manfaat. Penelitian harus dilaksanakan dengan tujuan memberikan sumbangsih bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan peningkatan efektivitas kerja.[3]
C. Kriteria-Kriteria Perumusan Masalah
Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan masalah penelitian yaitu:
Kriteria pertama dari suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena atau gejala di dalam kehidupan manusia.
Kriteria Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai pencipta teori-teori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah ada.
Kriteria ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang baik, juga hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi kehidupan manusia.[4]
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perumusan masalah yaitu:
1. Dirumuskan secara jelas
2. Menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternaatif tindakan yang akan dilakukan
3. Dapat diuji secara empiris
4. Menggandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan
5. Disusun dalam bahasa yang jelas dan singkat
6. Jelas cangkupannya dan Memungkinkan untuk dijawab.
D. Model Perumusan Masalah
Berdasarkan level of explanation suatu gejala, model rumusan masalah secara umum dibagi dalam tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif dan assosiatif.[5]
1. Rumusan masalah deskriptif
Merupakan suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.
2. Rumusan masalah komparatif
Merupakan rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks sosial atau domain satu dibandingkan dengan yang lain.
3. Rumusan masalah assosiatif
Merupakan hubungan rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya.
Rumusan masalah assosiatif dibagi menjadi tiga yaitu, hubungan simetris, kausal dan reciprocal atau interaktif. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Selanjutnya hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati/ditemukan adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif.
Dalam penelitian kuantitatif, ketiga rumusan masalah tersebut terkait dengan variable penelitian, sehingga rumusan masalah penelitian sangat spesifik, dan akan digunakan sebagai panduan bagi peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, insrumen, dan teknik analisis data. Oleh karena itu, rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau situasi sosial tertentu. Namun demikian, setiap peneliti baik peneliti kuantitatif mau pun kualitatif tetap harus membuat rumusan masalah.
Pertanyaan penelitian kualitatif di rumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context). Peneliti yang meggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya akan mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data. Proses seperti ini disebut “emergent design”. Namun yang jelas, tidak ada keseragaman model rumusan masalah dalam penyajian, karena para peneliti berasal dari berbagai macam disiplin ilmu dengan beragam latar belakang metodologi penelitian.
E. Pembatasan dan Analisis Perumusan Masalah
Masalah adalah lebih dari sekedar pertanyaan, dan jelas berbeda dengan tujuan. Pertanyaan, lebih lanjut harus dirumuskan dan dibatasi secara spesifik agar tidak menimbulkan kebingungan dalam mengetahui dengan jelas keterangan dan data apa sebenarnya yang harus dikumpulkan serta kesimpulan apa yang pada akhirnya dapat diambil pada hasil penelitian. Masalah penelitian dapat berasal dari berbagai sumber. Dalam hal ini tentu peneliti terlebih dahulu harus melukiskan masalah seluas mungkin yang dapat dijangkau oleh pikirannya berdasarkan realitas yang ditemukannya. Namun, karena keterbatasan kemampuan, baik pengetahuan, waktu, tenaga, biaya dan fasilitas lainnya, maka peneliti harus membatasi masalahnya.
Masalah dalam penelitian dapat dibatasi dengan bertumpu pada sesuatu fokus. Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda-tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban. Faktor yang berhubungan tersebut dalam hal ini mungkin berupa konsep, data empiris, pengalaman, atau unsur lainnya. Jika kedua faktor itu diletakkan secara berpasangan akan menghasilkan sejumlah tanda-tanya, kesukaran yaitu sesuatu yang tidak dipahami atau tidak dapat dijelaskan pada waktu itu. Sebagai contoh: fokus penelitiannya adalah ketidakdisiplinan pegawai. Untuk menelaah penyebabnya peneliti mungkin ingin menelaahnya dari sisi kepemimpinan atasan, tingkat kesejahteraan, lingkungan kerja yang tidak kondusif. Faktor-faktor tersebut dapatlah dikaitkan untuk menjajaki penyebab terjadinya ketidakdisiplinan pegawai. Dengan demikian masalah penelitiannya menjadi sebagai berikut: Apakah ada kaitan antara kepemimpinan atasan dengan dengan ketidakdisiplinan pegawai?, Bagaimanakah pengaruh tingkat kesejahteraan, apakah hal ini menjadi sumber penyebab ketidakdisiplinan pegawai?, Apakah lingkungan kerja yang tidak kondusif ada kaitannya dengan etos kerja yang menyebabkan ketidakdisiplinan pegawai?.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah faktor-faktor tersebut haruslah dapat diukur dan dimanage (measurable and managable). Agar dapat diukur maka faktor-faktor tersebut harus konseptual, artinya faktor tersebut harus didukung oleh teori-teori sehingga akan lebih mudah mengukurnya karena indikator-indikatornya jelas dideskripsikan dalam teori-teori yang relevan. Faktor-faktor dapat di-manage artinya data dengan mudah dapat dikumpulkan dan tersedianya atau bersedianya responden sebagai unit analisis untuk mengisi instrumen penelitian.
Ada dua maksud tertentu yang ingin dicapai dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan memaanfaatkan fokus. Pertama, penetapan fokus dapat membatasi masalah. Jadi, dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inquiri. Jika peneliti membatasi diri dengan upaya menemukan teori
dari dasar, maka lapangan penelitian lainnya tidak akan dimanfaatkan lagi.
Pada contoh tersebut diatas, jelas bahwa subjek penelitian adalah pegawai. Jadi, peneliti tidak perlu kesana kemari untuk mencari subjek penelitian, karena dengan sendirinya telah dibatasi oleh fokusnya. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria iklusi-eksklusi atau kriteri masuk-keluar (inclusion-exlusion criteria) suatu informasi yang baru diperoleh dilapangan. Dengan bimbingan dan arahan suatu fokus seorang peneliti tahu persis data mana dan data tentang apa yang perlu dikumpulkan dan data mana pula, yang walaupun mungkin menarik, karena tidak terlalu relevan, tidak perlu lagi dimasukkan kedalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan. [6]
Ada enam patokan dalam melakukan analisis perumusan masalah yaitu:
1. Apakah rumusan masalah tesebut telah menghubungkan dua atau lebih faktor? Jika ya, apakah dirumuskan secara proporsional ataukah
dalam bentuk diskusi atau gabungan kedua-duanya?
2. Apakah rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian? Jika ya, apakah hanya terdapat rumusan masalah atau dicampuradukkan dengan memtode penelitian? Jika disatukan dengan tujuan penelitian, apakah masalah dipandang sama dengan tujuan penelitian ataukah tujuan penelitian dimaksudkan untuk memecahkan masalah? Apakah rumusan masalah yang disatukan dengan tujuan penelitian, pada “masalah penelitian” dibahas juga metode penelitianya?
3. Apakah uraianya dalam bentuk deskriptif saja atau deskriptif disertai pertanyaan penelitian, ataukah dalam bentuk pertanyaan penelitian saja?
4. Apakah uraian masalah dipaparkan secara khusus sehingga telah dapat memenuhi kriteria “inklusi-ekslusi” ataukah masih demikian umumnya sehingga criteria itu tidak terpenuhi?
5. Apakah kata “hipotesis kerja” dinyatakan secara eksplisit berkaitan
dengan masalah penelitian? Ataukah hanya dinyatakan secara implicit?
6. Apakah secara tegas pembatasan studi dinyatakan dengan istilah “fokus” secara eksplist atau tidak, dan apakah fokus itu merupakan masalah?
F. Prinsip-Prinsip Perumusan Masalah
Adapun Prinsip-Prinsip dalam perumusan masalah, antara lain:
1. Prinsip Yang Berkaitan Dengan Teori Dari Dasar
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan teori dari-dasar sebagai acuan utama. Dengan hal itu berarti bahwa masalah sebenarnya terletak dan berada di tengah-tengah kenyataan, atau fakta atau fenomena.
2. Prinsip Yang Berkaitan Dengan Maksud Perumusan Masalah
Pada dasarnya inti hakikat penelitian kualitatif terletak pada upaya penemuan dan penyusunan teori baru.
3. Prinsip Hubungan Faktor
Masalah merupakan rumusan yang terdiri atas dua atau lebih faktor yang menghasilkan kebingungan. Faktor-faktor itu dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena. Definisi tersebut mengarah pada tiga aturan tertentu yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti pada waktu merumuskan masalah, yaitu :
a. Adanya dua atau lebih faktor
b. Faktor-faktor itu dihubungkan dalam suatu hubungan yang logis atau bermakna, dan
c. Hasil pekerjaan menghubungkan tadi berupa suatu keadaan yang membingungkan, suatu keadaan berupa tanda tanya, yang memerlukan pemecahan atau untuk menjawab.
4. Fokus Sebagai Wahana Untuk Membatasi Studi
Penelitian kualitatif bersifat terbuka, artinya tidak mengharuskan peneliti menganut suatu orientasi teori tertentu. Dalam penelitian kualiatatif, pilihan subjektif peneliti dihormati dan dihargai. Pilihan itu bisa didasarkan pada paradigma ilmiah atau alamiah.
5. Prinsip Yang Berkaitan Dengan Kriteria Inklusi-Ekslusi
Perumusan masalah yang baik adalah yang dilakukan sebelum terjun kelapangan dan yang mungkin disempurnakan pada awal ia terjun kelapangan akan membatasi peneliti guna memilih data mana yang relevan dan mana pula yang tidak.
6. Prinsip Berkaitan Dengan Bentuk dan Cara Perumusan Masalah
Ada tiga bentuk perumusan masalah, yaitu :
a. Secara diskusi, yakni yang disajikan secara diskriptif tanpa pertanyaan-pertanyaan peneliti.
b. Secara proporsisional, yakni secara langsung menghubungkan faktor-faktor dalam hubungan logis dan bermakna; dalam hal ini ada yang disajikan dalam bentuk uraian atau deskriptif dan ada pula yang langsung dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan peneliti.
c. Secara gabungan, yakni terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi, kemudian ditegaskan lagi dalam bentuk proposisioanal.
7. Prinsip Sehubungan Dengan Posisi Perumusan Masalah
Yang dimaksud dengan posisi di sini tidak lain adalah kedudukan unsur rumusan maslah di antara unsur-unsur penelitian lainnya. Unsur-unsur penelitian lainnya yang erat kaitannya dengan perumusan masalah adalah “latar belakang masalah”, “tujuan’, dan “metode penelitian”.
8. Prinsip Yang Berkaitan Dengan Hasil Kajian Kepustakaan
Pada dasarnya perumusan masalah itu tidak dapat dipisahkan dari hasil kajian kepustakaan yang berkaitan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi. Perumusan masalah merupakan rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Adapun Model rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Rumusan Masalah Deskriptif
2. Rumusan Masalah Komparatif
3. Rumusan Masalah Asosiatif
Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan masalah penelitian yaitu:
1. Suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif.
2. Suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori.
3. Suatu perumusan masalah yang baik, juga hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang actual.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perumusan masalah yaitu:
1. Dirumuskan secara jelas
2. Menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternaatif tindakan yang akan dilakukan
3. Dapat diuji secara empiris
4. Menggandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan
5. Disusun dalam bahasa yang jelas dan singkat
6. Jelas cangkupannya
7. Memungkinkan untuk dijawab dengan mempergunakan metode atau teknik tertentu.
Beberapa prinsip dalam perumusan masalah antara lain:
1. Prinsip Yang Berkaitan Dengan Teori Dari Dasar
2. Prinsip Yang Berkaitan Dengan Maksud Perumusan Masalah
3. Prinsip Hubungan Faktor
4. Fokus Sebagai Wahana Untuk Membatasi Studi
5. Prinsip Yang Berkaitan Dengan Kriteria Inklusi-Ekslusi
6. Prinsip Berkaitan Dengan Bentuk dan Cara Perumusan Masalah
7. Prinsip Sehubungan Dengan Posisi Perumusan Masalah
8. Prinsip Yang Berkaitan Dengan Hasil Kajian Kepustakaan
B. Saran
1. Perumusan masalah merupakan dasar dari suatu penelitian, maka karena itu kita harus menyusunnya dengan baik agar penelitian yang dilakukan dapat maksimal dan bermanfaat.
2. Karena adanya keterbatasan kemampuan, baik pengetahuan, waktu, tenaga, biaya dan fasilitas lainnya, maka peneliti harus membatasi masalahnya.
3. Rumusan masalah sebaiknya dibuat dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan padat.
4. Suatu penelitian harus dilaksanakan dengan tujuan memberikan sumbangsih bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan peningkatan efektivitas kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Muthalib, Metode Penelitian Pendidikan Islam, Banjarmasin, Antasari Press. 2000
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Rake Sarasin, 1998
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Alfabeta, 2014
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2006
Firdaus, Kriteria Perumusan Masalah dalam https://firdausblogdotcom. wordpress.com/2013/03/30/kriteria-rumusan-masalah/ (diakses 8 April 2016)
[3] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 31
[4] Firdaus, Kriteria Rumusan Masalah dalam https://firdausblogdotcom.wordpress.com/2013/03/30 /kriteria-rumusan-masalah/ (diakses 08 April 2016)
[5] Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998), 86.
0 Response to "Makalah Rumusan Masalah"
Post a Comment